Kaskus

News

newandipurnomoAvatar border
TS
newandipurnomo
Rescue Dawn, Kisah Nyata Dibalik Pelarian Tawanan Paling Dramatis Dlm Perang Vietnam
Saat terbang rendah di atas hutan Laos yang berbahaya dan tidak bisa ditembus dalam misi pemboman terhadap Pasukan Komunis, Kolonel Angkatan Udara AS Eugene Deatrick melihat sosok sendirian yang melambai kepadanya dari tempat terbuka di bawah. Dia melanjutkan jalur penerbangannya, tetapi sepuluh menit kemudian – ragu kalau ada seorang penduduk asli di medan yang berbahaya ini mencoba menarik perhatiannya – dia memutuskan untuk kembali melakukan pengamatan lagi. Kali ini, dia melihat huruf-huruf SOS dieja di atas batu. Di sampingnya berdiri seorang lelaki kurus berpakaian compang-camping, melambaikan sisa-sisa parasut di atas kepalanya dan memberi isyarat dengan putus asa. Saat itu tahun 1966. (Dieter) Dengler telah  dinyatakan hilang dan diduga sudah mati, selama enam bulan, dan menjadi sasaran penyiksaan kejam dari para penahannya. 

Rescue Dawn, Kisah Nyata Dibalik Pelarian Tawanan Paling Dramatis Dlm Perang Vietnam
Adegan film Rescue Dawn (2006) saat Dieter Dengler diselamatkan. Saat itu tahun 1966. (Dieter) Dengler telah  dinyatakan hilang dan diduga sudah mati, selama enam bulan, dan menjadi sasaran penyiksaan kejam dari para penahannya. (Sumber: https://www.rogerebert.com/)


Daftar Isi
Part 1 Little Dieter Learn To Fly
Part 2 Ditembak Jatuh
Part 3 Ditangkap Pathet Lao
Part 4 Ditahan Orang Vietnam
Part 5a Rencana Melarikan Diri Bag.1
Part 5b Rencana Melarikan Diri Bag.2
Part 5c Rencana Melarikan Diri Bag.3
Part 6a Pelarian Bag.1
Part 6b Pelarian Bag.2
Part 7 Kehilangan Kawan
Part 8 Rescue Dawn
Part 9 Setelah Penyelamatan


PART 1
LITTLE DIETER LEARN TO FLY

Dieter Dengler lahir dan dibesarkan di kota kecil Wildberg, di wilayah Hutan Hitam negara bagian Jerman, Baden-Württemberg pada tanggal 22 Mei 1938. Ia tidak sempat kenal ayahnya yang gugur pada musim dingin 1943/1944 dalam Perang Dunia II. Dengler kemudian menjadi sangat dekat dengan ibu dan saudara-saudaranya. Kakek dari pihak ibu Dengler, Hermann Schnuerle, menolak untuk memilih Adolf Hitler dalam pemilihan umum tahun 1934 (yang dianggap sebagai referendum pengesahan kediktatoran Hitler). Selanjutnya dia diarak keliling kota dengan plakat di lehernya, diludahi dan kemudian dikirim untuk bekerja di tambang batu selama satu tahun. Dengler memuji bahwa tekad kakeknya sebagai inspirasi utama selama waktu penahanannya di Laos. Keteguhan kakeknya meskipun menghadapi risiko besar adalah salah satu alasan Dengler menolak permintaan pihak Vietnam Utara agar ia menandatangani dokumen yang mengecam agresi Amerika di Asia Tenggara, saat Dengler ditangkap.

Dengler dibesarkan dalam kemiskinan yang ekstrem tetapi selalu menemukan cara untuk membantu keluarganya bertahan hidup. Dieter dan saudara-saudaranya akan pergi ke gedung-gedung yang dibom, merobek wallpaper, dan membawanya ke ibu mereka untuk direbus sebagai nutrisi dalam pasta wallpaper berbahan gandum. Ketika anggota kelompok kecil tentara Maroko (bagian dari tentara Prancis) yang tinggal di daerah itu akan menyembelih domba untuk makanan mereka, Dieter akan menyelinap ke penginapan mereka untuk mengambil sisa-sisa makanan dan sisa-sisa yang tidak akan mereka makan dan ibunya akan membuatkan makan malam dari bahan-bahan itu.

Dia juga sempat membuat sepeda dengan mengais-ngais dari tempat pembuangan sampah. Dieter lalu magang ke pandai besi pada usia 14 tahun. Pandai besi dan anak laki-laki lainnya, yang bekerja enam hari seminggu untuk membangun jam raksasa dan jam guna memperbaiki katedral Jerman, secara teratur memukulinya. Di kemudian hari, Dieter berterima kasih kepada para ‘mantan gurunya’ ini “atas pelatihannya yang disiplin dan karena membantu menjadikan Dieter lebih mampu, mandiri, dan ya, ‘cukup tangguh untuk bertahan'”. 


Rescue Dawn, Kisah Nyata Dibalik Pelarian Tawanan Paling Dramatis Dlm Perang Vietnam
Anak-anak Jerman bermain di tengah reruntuhan perang di tahun 1946. Dalam kondisi semacam ini Dieter Dengler dibesarkan. Dengler memang dibesarkan dalam kemiskinan yang ekstrem tetapi selalu menemukan cara untuk membantu keluarganya bertahan hidup. (Sumber: https://histclo.com/)


Perkenalan pertama Dengler dengan pesawat adalah selama Perang Dunia II ketika ia menyaksikan sebuah pesawat tempur Sekutu menembakkan senjatanya ketika terbang sangat dekat melewati depan jendela rumah Dieter muda yang mengintip dari dalam di kota kelahirannya. Sejak saat itu, Dengler mengatakan bahwa dia ingin menjadi pilot. Ini adalah sebuah keputusan yang ironis, mengingat ketertarikannya akan dunia aviasi adalah saat dia melihat pesawat musuh menyerang negaranya. Lebih aneh lagi dia memutuskan pindah ke Amerika untuk bergabung dengan Angkatan Udara bekas musuh negeri kelahirannya itu. 

Setelah melihat iklan di majalah Amerika, yang menyatakan kebutuhan akan pilot, dia memutuskan untuk pergi ke Amerika Serikat. Meskipun seorang teman dari keluarga setuju untuk mensponsori dia, dia kekurangan uang untuk perjalanan dan datang dengan rencana untuk secara mandiri memulung kuningan dan logam lainnya untuk dijual guna menambah ongkosnya ke Amerika. Pada tahun 1956, ketika ia berusia 18 tahun dan setelah menyelesaikan masa magangnya, Dengler menumpang ke Hamburg dan menghabiskan dua minggu bertahan hidup di jalanan menunggu kapal berlayar ke New York City.


Saat berada di kapal, dia menyimpan buah dan sandwich untuk beberapa hari mendatang dan ketika melewati bea cukai, petugas bea cukai tercengang ketika menyaksikan makanan jatuh dari bajunya. Dia sempat tinggal di jalanan Manhattan selama lebih dari seminggu dan akhirnya menemukan jalannya ke tempat perekrutan Angkatan Udara. Dia saat itu yakin bahwa menerbangkan pesawat adalah tujuan dari setiap kadet Angkatan Udara, jadi dia mendaftar pada bulan Juni 1957 dan mengikuti pelatihan dasar di Lackland AFB di San Antonio, Texas. Setelah pelatihan dasar, Dengler justru menghabiskan dua tahun mengupas kentang dan kemudian dipindahkan ke bagian motor sebagai mekanik. Kualifikasinya sebagai masinis lalu mengarahkannya pada penugasan sebagai pembuat senjata.


Dia lulus tes untuk kadet penerbangan tetapi diberitahu bahwa hanya lulusan perguruan tinggi yang dipilih untuk menjadi pilot dan pendaftarannya berakhir sebelum dia dipilih untuk menjalani pelatihan pilot. Setelah keluar dari Angkatan Udara, Dengler bergabung dengan saudaranya yang bekerja di toko roti dekat San Francisco dan mendaftar di San Francisco City College, kemudian dipindahkan ke College of San Mateo, di mana ia belajar ilmu aeronautika. 


Rescue Dawn, Kisah Nyata Dibalik Pelarian Tawanan Paling Dramatis Dlm Perang Vietnam
Setelah melewati jalan yang berliku, sebagai imigran asal Jerman, Dieter Dengler berhasil menjadi pilot AL Amerika. (Sumber: https://www.thefamouspeople.com/)


Rescue Dawn, Kisah Nyata Dibalik Pelarian Tawanan Paling Dramatis Dlm Perang Vietnam
Pesawat serang Douglas A-1 Skyraider. Menerbangkan Skyraider, Dengler bergabung dengan Skuadron VA-145 ketika skuadron itu bertugas di darat di Pangkalan Udara Angkatan Laut Alameda, California. (Sumber: https://wall.alphacoders.com/)


Rescue Dawn, Kisah Nyata Dibalik Pelarian Tawanan Paling Dramatis Dlm Perang Vietnam
USS Ranger pada bulan Agustus 1961. Pada tahun 1965 skuadron Dengler bergabung dengan kapal induk USS Ranger. Pada bulan Desember kapal induk itu berlayar menuju pantai Vietnam. (Sumber: https://en.wikipedia.org/)


Setelah menyelesaikan dua tahun kuliah ia melamar program kadet penerbangan Angkatan Laut AS dan diterima. Dengler terbukti siap melakukan apa saja untuk bisa menjadi pilot. Dalam penerbangan perdananya di pelatihan penerbangan utama, misalnya, instruktur memberi tahu Dengler bahwa jika dia mabuk udara dan muntah di kokpit, dia akan menerima “down” pada catatannya. Siswa penerbang hanya diizinkan “down” tiga kali, sebelum kemudian mereka akan dikeluarkan dari pelatihan penerbangan. Instruktur kemudian membawa pesawat melalui putaran demi putaran yang menyebabkan Dengler menjadi pusing dan kehilangan arah. 

Mengetahui dia akan muntah dan tidak ingin menerima status “down“, Dengler kemudian melepas sepatu botnya, muntah ke dalamnya dan memakainya kembali. Di akhir penerbangan, instruktur memeriksa kokpit dan dapat mencium bau muntahan, tetapi tidak dapat menemukan bukti apa pun. Dia lalu tidak mendapatkan status “down“. Setelah menyelesaikan pelatihan penerbangan, Dengler pergi ke Naval Air Station di Corpus Christi, Texas untuk mengikuti pelatihan sebagai pilot pesawat serang Douglas AD Skyraider. Dia bergabung dengan Skuadron VA-145 ketika skuadron itu bertugas di darat di Pangkalan Udara Angkatan Laut Alameda, California. Pada tahun 1965 skuadron Dengler bergabung dengan kapal induk USS Ranger. Pada bulan Desember kapal induk itu berlayar menuju pantai Vietnam.


Dia awalnya ditempatkan di Stasiun Dixie, di Vietnam Selatan kemudian pindah ke utara ke Stasiun Yankee untuk menjalani operasi melawan Vietnam Utara. Menurut Bruce Henderson yang mengenal Dieter Dengler dan mewawancarainya (untuk bukunya yang ditulis dengan baik dan banyak diteliti orang, yang berjudul Hero Found), menggambarkan keadaan pikiran Dieter selama periode ini: “Sebenarnya, Dieter adalah seorang yang anti-perang. Setelah mengalami sendiri satu perang besar, dan melihat dampaknya yang mengerikan – termasuk ayahnya yang terbunuh – dia bukan sosok yang sok patriotis ingin menjalani perang lainnya di Asia Tenggara. Dia bahkan tidak tahu di mana Vietnam berada, dan ketika dia mengetahui seberapa jauh jaraknya, dia tidak setuju dengan argumen bahwa Vietnam adalah ancaman (bagi Amerika). Namun, Angkatan Laut Amerika telah mengajarinya untuk terbang, dan dia tahu bahwa dia memiliki ‘hutang’ yang wajib dia bayar untuk negara barunya.”
Diubah oleh newandipurnomo 28-02-2023 22:13
fachri15Avatar border
amekachiAvatar border
scorpiolamaAvatar border
scorpiolama dan 3 lainnya memberi reputasi
4
2.5K
18
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
KASKUS Official
6.5KThread11.5KAnggota
Tampilkan semua post
newandipurnomoAvatar border
TS
newandipurnomo
#8
Part 6B

kaskus-image
Grafis yang menggambarkan alur pelarian para tawanan. (Sumber: https://www.historynet.com/)


Setidaknya satu penjaga berhasil lolos. Masih ada penjaga ketujuh yang hilang, yang mungkin berada di dekatnya. Terlepas dari semua penjaga mati tergeletak di tanah yang tidak akan pernah lagi menganiaya para tawanan perang, hasilnya adalah bencana mengingat rencananya adalah untuk menangkap penjaga tanpa melepaskan tembakan atau membiarkan siapa pun lolos untuk kembali dengan bala bantuan. Rencana berani para tahanan untuk mempertahankan kamp dan melakukan kontak udara tidak lagi bisa dilakukan. Mereka tidak punya pilihan sekarang. Mereka harus mengumpulkan perbekalan apa pun yang bisa mereka temukan dan pergi ke hutan. Ketika Dieter pergi untuk mengambil sepatu botnya dan Duane dari tempat mereka menggantung di bawah gubuk dengan sepatu lainnya, semuanya sudah hilang


Dia tahu persis siapa yang mengambilnya: orang-orang Thailand, yang sampai di sana lebih dulu, dan juga “memungut semua yang terbaik”, semua kelambu dan apa pun yang mereka pikir bisa mereka gunakan tanpa menawarkan untuk berbagi dengan yang lain. Membawa ransel berisi, mereka adalah orang-orang pertama yang meninggalkan kamp. Dieter lalu memberi yang lain 24 butir peluru sebagai imbalan atas salah satu parang mereka. Ketujuh tahanan itu kemudian terbagi menjadi tiga kelompok. DeBruin awalnya seharusnya pergi dengan Dengler dan Martin tetapi memutuskan untuk pergi dengan Y.C, yang baru pulih dari sakit dan tidak dapat mengimbangi kecepatan yang lain. Mereka bermaksud untuk mencapai punggung bukit terdekat dan menunggu penyelamatan


Ketiga orang Thailand bergerak sendiri. Dieter dan Gene kemudian menjalani perpisahan yang emosional. Gene sebelumnya telah menemukan senapan sub machine gun di gubuk penjaga, meskipun ketika dia melangkah keluar, tembak menembak telah berakhir. Dia sekarang memiliki senjata tersampir di satu bahunya. Saat mereka berjabat tangan, Dieter menatap wajah Gene dan ingin mengatakan sesuatu tentang bagaimana dia harusnya ikut dengannya dan Duane daripada tetap tinggal di dekat kamp. Tapi dia tahu Gene telah mengambil keputusan, dan tidak akan meninggalkan temannya yang sakit. Tidak dapat menemukan kata-kata yang ingin dia katakan kepada sesama orang Amerika, Dieter menjabat tangan Gene dengan hangat. “Pergilah, pergilah,” pinta Gene. “Sampai jumpa di Amerika.”


Dengler dan Martin pergi sendirian ke arah barat dengan tujuan menuju Sungai Mekong untuk melarikan diri ke Thailand. Dalam satu jam mereka “tidak memiliki referensi lagi” ke arah mana mereka harus menuju karena dedaunan lebat, dan tidak dapat melihat lebih dari lima kaki (1,5 meter) ke segala arah. Dalam kondisi mereka yang lemah dan tidak terbiasa berolahraga, mereka mulai “muntah.” Mereka segera bertopang oleh dinding padat semak duri. Anjing kamp rupanya telah mengikuti mereka, menggonggong, dan mereka takut dia akhirnya akan memberitahukan posisi mereka. 


Namun, anjing itu memiliki rencana pelariannya sendiri, dan sebelum menghilang ke dalam hutan, ia menemukan koridor yang digali di bawah semak-semak; Dieter dan Duane merangkak mengejarnya. Tak lama kemudian mereka sampai di sebuah punggung bukit. Karena kelelahan, mereka jatuh ke tanah. Ketika mereka pulih, Duane ingin berdoa. Mereka berlutut, dengan mata tertutup dan tangan terlipat di depan mereka. “Tuhan, tolong bantu kami sekarang. Tolong biarkan kami hidup.” Faktanya mereka tidak pernah mendapatkan diri mereka bergerak lebih dari beberapa mil dari kamp tempat mereka melarikan diri. Jadi sebenarnya bukan kamp POW yang “memenjarakan” mereka tapi justru hutan itu sendiri.


HUTAN PENJARA TERBESAR

Melarikan diri terbukti berbahaya. Segera, kedua kaki pria itu berwarna putih, lecet-lecet akibat dari perjalanan mereka melalui hutan lebat. Mereka lalu menemukan sol sepatu tenis tua, yang mereka kenakan bergantian, mengikatnya dengan kaki menggunakan rotan untuk memberi kenyamanan sejenak. Dengan cara ini mereka dapat mencapai sungai yang mengalir deras. “Itu adalah ‘jalan raya’ menuju kebebasan,” kata Dengler, “Kami tahu sungai itu akan mengalir ke Sungai Mekong, yang akan membawa kami melintasi perbatasan ke Thailand dan menuju ke tempat yang aman.” Mereka kemudian berdua membangun rakit dan mengapungkan diri di hilir melintasi jeram yang ganas, mengikat diri mereka pada pohon di malam hari untuk menghindari diri mereka hanyut dalam air yang deras


Pada pagi hari mereka akan bangun dengan tubuh tertutup lumpur dan dihinggapi ratusan lintah. Ketika mereka mengira bahwa mereka sedang dalam perjalanan ke Mekong, mereka kemudian mendapati mereka hanya berputar-putar saja di sekitaran tempat itu. Mereka telah melihat beberapa desa tetapi mereka hingga saat itu belum terdeteksi. Mereka kemudian mendirikan tempat berteduh di sebuah desa yang ditinggalkan di mana mereka dapat menemukan tempat berlindung dari hujan yang hampir tiada henti. 
Diubah oleh newandipurnomo 28-02-2023 21:19
bond_tomy2002
fachri15
fachri15 dan bond_tomy2002 memberi reputasi
2
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.