Kaskus

News

newandipurnomoAvatar border
TS
newandipurnomo
Garnisun Prancis di Muong Khoua Bertempur Sampai Peluru & Prajurit Terakhir
Pertempuran Muong Khoua

Pertempuran Muong-Khoua terjadi antara tanggal 13 April dan 18 Mei 1953, di Laos utara selama Kampanye Laos Utara Pertama dalam Perang Indochina Prancis. Dalam pertempuran ini sebuah garnisun yang terdiri selusin tentara Prancis dan 300 tentara Laos menduduki pos terdepan di perbukitan di atas desa Muong Khoua, di seberang perbatasan dari Diện Biên Phu, bertarung melawan pasukan Viet-Minh yang lebih kuat. Muong Khoua adalah salah satu pos terdepan Prancis terakhir di kawasan Laos utara menyusul keputusan Komando Tinggi Prancis untuk mempertahankan beberapa garnisun yang terisolasi melalui wilayah tersebut untuk mengulur waktu guna membentengi kota-kota besar Laos dari serangan Việt Minh.


Garnisun Prancis di Muong Khoua Bertempur Sampai Peluru & Prajurit Terakhir
Pohon ditebangi dan parit digali sebagai persiapan untuk menghadapi serangan Viet Minh, di zona operasi Xieng Khouang, Laos, Indochina, 15 April 1953. Pada tahun 1953, Viet Minh bukan lagi sebuah unit militer kecil yang bertarung dengan taktik gerilya, namun mereka sudah bertransformasi debagai militer konvensional yang mampu menjalankan operasi militer besar, termasuk melakukan invasi ke wilayah Laos. (Sumber: https://www.flickr.com/)

Daftar Isi
Part 1 Survivor
Part 2 Latar Belakang
Part 3 Sap Nao
Part 4 Penyergapan dan Pengepungan
Part 5 Kubu Pertahanan Perancis di Muong Khoua
Part 6 Prioritas Rendah Militer Perancis
Part 7 Bantuan Yang Terlambat
Part 8 Grezy Last Stand
Part 9 Setelah Pertempuran
CREDIT


Part 1 - Survivor

SURVIVOR

“Seperti Kristus membawa salib” adalah ekspresi yang menjadi umum di Indochina untuk menggambarkan orang-orang yang selamat dari pergerakan mundur yang mengerikan melalui hutan belantara. Dan biasanya seperti itulah penampilan mereka: begitu kurus sampai ke kerangka karena kelaparan dan disentri, mata cekung, pucat yang khas tropis kontras dengan kulit berwarna perunggu dari “pemburu kulit putih” yang populer dalam film-film Hollywood. Wajah kurus mereka ditutupi oleh janggut lebat, dan kulit mereka ditutupi dengan luka bernanah, akibat dari ruam panas hingga gigitan lintah dan luka busuk di dalam hutan.


Sersan Rene Novak tidak terkecuali saat dia dan dua tentara Laos terhuyung-huyung ke Phong-Saly, pos Prancis terakhir di kawasan Laos utara, pada tanggal 22 Mei 1953. Dia baru berusia dua puluh lima tahun, tetapi dia tampak seperti pria berusia lima puluh tahun. Dia terus berjalan seperti robot ke tengah pos sebelum dia dihentikan oleh beberapa prajurit yang menatapnya seperti hantu


Di satu sisi, Novak adalah hantu, revenant, seperti yang dikatakan orang-orang Prancis, seseorang yang telah kembali dari kematian. Dia dan dua tentara Laos sejauh ini adalah satu-satunya yang selamat dari garnisun di Muong-Khoua. Mereka diikuti dua hari kemudian oleh satu lagi yang selamat, Sersan Staf Pierre Blondeau, seorang veteran tempur yang sangat berpengalaman, yang telah secara sukarela tetap tinggal di Indochina.



Blondeau telah menghabiskan 57 jam bersembunyi di semak-semak dekat Muong-Khoua sebelum bisa lolos dari barisan pasukan Komunis yang mengejar. Dia telah berjalan, sendirian, tanpa makanan atau kompas selama tiga hari sebelum dia beruntung bertemu dengan seorang pendaki gunung Kha-Kho yang pernah mengenalnya dan yang memberinya makanan dan menunjukkannya jalan menuju ke Phong-Saly. 


Tidak pernah tidur di desa, tidak pernah beristirahat di jalan tapi memilih merobek masuk lubang ke semak-semak tebal dengan tangan kosong dan menyembunyikan dirinya di dalamnya, Blondeau berhasil mencapai sebuah desa beberapa mil dari Phong- Saly, di mana seorang penduduk meminjamkannya salah satu kuda poni kecil yang banyak di daerah Laos utara. Tampak seperti Don Quixote yang babak belur, Blondeau mencapai Phong-Saly pada tanggal 24 Mei 1953. Keempat pria itu melakukan hal yang hampir seperti keajaiban.


Mereka telah melewati 80 kilometer wilayah yang dikuasai musuh setelah selamat dari pengepungan selama sebulan di tempat yang namanya menjadi simbol kepahlawanan di Indochina, yakni: Muong-Khoua. 

Garnisun Prancis di Muong Khoua Bertempur Sampai Peluru & Prajurit Terakhir

Letnan-dokter Patrice de Carfort, “dokter”, turun tangan langsung di lapangan. Di sana, seorang personel pasukan payung, yang terkena tembakan parah di kaki kanannya, dirawat sementara seorang kawannya memegang tangannya. Tatapan ekspresif “dokter” menunjukkan tragedi dalam perang. Foto ini akan menjadi semacam gambaran dari perang Indochina. Dalam perang di Indochina tentara Prancis kerap menghadapi situasi putus asa dan pertempuran mati-matian, namun jarang dikenal banyak orang. (Sumber: https://www.chemin-de-memoire-parachutistes.org/
Diubah oleh newandipurnomo 28-02-2023 11:50
scorpiolamaAvatar border
scorpiolama memberi reputasi
1
1K
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & Xenology
KASKUS Official
6.5KThread11.5KAnggota
Tampilkan semua post
newandipurnomoAvatar border
TS
newandipurnomo
#8
Part 9 - End

SETELAH PERTEMPURAN

Media Vietnam dan Prancis diketahui telah memberikan perhatian yang cukup besar pada apa yang terjadi di Muong-Khoua, dan surat kabar di seluruh dunia telah meliput pertempuran tersebut. Wartawan perang Bernard Fall mencatat pentingnya pertempuran itu dalam tulisan bercorak “epik” di bukunya Street Without Joy  tahun 1961 dan Hell in a Very Small Place tahun 1967. Surat kabar Inggris The Times mulai meliput pertempuran tersebut pada tanggal 23 April 1953, dengan melaporkan mundurnya pasukan Prancis di Sop Nao ke Muong Khoua. Namun, meskipun dengan tepat mengidentifikasi setengah dari kekuatan penyerang Việt Minh, garnisun di titik Muong-Khoua disebut berjumlah hingga 1.000 orang, yang terbukti berlebihan

Pertempuran di Muong-Khoua hanya mendapat sedikit perhatian sebelum garnisun itu jatuh, namun setelah garnisun itu ditaklukkan Viet-Minh, liputan yang tetap bernada positif muncul dengan berfokus pada orang-orang Prancis yang selamat dari pertempuran dan spekulasi tentang masa depan kehadiran militer Prancis di Indochina dan komandan barunya, Henri Navarre. Pada bulan Januari 1954, Muong Khoua diduduki kembali oleh pasukan Laos, yang kemudian direbut sekali lagi oleh Divisi ke-316 Việt Minh.


yang kemudian direbut sekali lagi oleh Divisi ke-316 Việt Minh. Komandan Laos, yang tinggal di desa itu sendiri bersama istrinya, terbunuh di rumahnya sebelum serangan itu. Batalyon Legiun Asing Prancis dan pasukan Laos kemudian menderita kerugian dalam melindungi mundurnya para penyintas garnisun. Daerah Muong Khoua lalu menjadi rute pasokan penting melintasi Dien Bien Phu untuk Việt Minh dan pada tahun 1963 menjadi lokasi proyek konstruksi untuk jalur Rute 19 yang diusulkan. Dari sisi taktik militer Prancis kemudian akan menggunakan pelajaran yang dipetik di Muong Khoua dan dari Pertempuran Nà Sản tahun 1952 dalam rencana pertahanan mereka di Diện Biên Phu, sementara Việt Minh pada gilirannya akan menggunakan taktik pengepungan dan penyekatan yang serupa di sana.


Pentingnya armada udara untuk mempertahankan jalur pasokan, dukungan artileri yang kuat untuk mencegah serangan gelombang manusia Việt Minh, dan kebutuhan akan penempatan titik pertahanan yang terisolasi untuk saling mendukung satu sama lain, juga merupakan taktik penting yang diambil oleh Prancis dari kedua pertempuran tersebut. Selain itu hilangnya penduduk sipil setempat yang sebelumnya bersahabat dengan Prancis, yang menjadi pendahulu dari serangan Việt Minh, akan dijumpai oleh pasukan Prancis di Diện Biên Phu. 

Bagi Việt Minh, kemampuan mereka untuk mengisolasi dan meredam titik pertahanan individu sambil mempertahankan posisi artileri mereka tersembunyi dan mendukung penempatan senjata di luar jangkauan serangan udara dan senjata artileri Prancis diasah di kedua pertempuran itu, seperti juga praktik mereka menggunakan taktik serangan gelombang manusia.


kaskus-image
Bernard Fall saat sedang makan bersama dengan para tentara Angkatan Darat AS di Vietnam. Wartawan perang Bernard Fall mencatat pentingnya pertempuran di Muong Khoua dalam tulisan bercorak “epik” di bukunya Street Without Joy  tahun 1961, yang menjadi sumber tulisan ini dan Hell in a Very Small Place tahun 1967. (Sumber: https://id.wikipedia.org/)


kaskus-image
Pasukan Prancis di parit pertahanan Dien Bien Phu. Pertempuran Muong-Khoua memberi banyak pelajaran bapi pihak Prancis maupun Viet-Minh, yang nantinya akan banyak diterapkan dalam pertempuran di Dien Bien Phu. (Sumber: https://www.thoughtco.com/)


TAMAT
0
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.