- Beranda
- Stories from the Heart
Teman Sejati
...
TS
aranea
Teman Sejati
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat datang di thread sederhana ini. Apakabar kalian semua? Semoga temen-temen semua dalam keadaan baik baik saja, sehat, dan teman-teman semua dalam keadaan bahagia dimanapun teman-teman berada.
Oke mang.
Oke mang.
Disini saya mencoba menuliskan sebuah cerita yang terjadi beberapa tahun lalu yang sebelumnya sudah saya tulis, namun tidak pernah saya publikasikan. Tapi semoga dengan menulis disini bisa membantu saya juga dalam mengembangkan potensi saya dalam menulis.
Cerita ini akan memiliki dua POV, yang dimana, update keduanya insyaAllah akan selalu berbarengan sedikit demi sedikit. Saya berharap selain bisa mengembangkan potensi menulis saya, apapun yang saya tulis bisa dipetik hal baiknya dan dibuang hal buruknya. Dan semoga bisa menghibur para reader budiman disini.
- Selamat Membaca -
INDEX
- Selamat Membaca -
INDEX
Fajar Adi Prabowo
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Azzahra Nafeeza Fatharani
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Diubah oleh aranea 04-06-2023 12:26
percyjackson321 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
4.2K
65
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aranea
#30
Part 12
Azzahra Nafeeza Fatharani
Adzan magrib berkumandang dan aku langsung melaksanakan shalat magrib. Seusai magrib, aku kembali mengaji, setidaknya Al-Qur’an bisa menenangkan pikiran dan hatiku. Setelah isyapun sama, aku kembali membaca Al-Qur’an. Sampai akhirnya, aku ketiduran di basecamp.
Aku terbangun entah jam berapa. Terdengar suara dari luar seperti ada barang yang terjatuh. Ketika itu, aku melihat seseorang didepan jalur masuk pendakian, dan ketika aku dekati, ternyata itu mas Fajar
“Mas, mas Fajar?” panggilku
Iapun menoleh, kemudian ia tersenyum padaku. Dengan penuh rasa senang, aku hendak mendekatinya. Tapi ketika aku mendekatinya, mas Fajar malah menjauh bahkan kelihatannya ia seperti ingin mendaki. Mas Fajar berjalan begitu cepat sehingga saat aku mengejarnya, ia masih berada di jarak saat aku memanggilnya. Seolah seperti mas Fajar tidak ingin aku susul. Namun semakin aku jauh mengikutinya, aku merasa kalau ini bukanlah jalur pendakian.
Aku kembali mengikuti mas Fajar terus masuk kedalam hutan. Tapi sejauh apapun aku mengikutinya, aku tidak merasa lelah sama sekali. Suasana dihutan sangat gelap, namun cahaya bulan cukup untuk menerangi jalan yang aku tuju. Suara disekitarku tiba-tiba hilang. Anginpun tidak bertiup sama sekali. Suara hewan mendadak lenyap. Hening. Dan kini aku benar-benar kehilangan mas Fajar.
“Aku dimana” ucapku sambil melihat ke sekitarku.
Tiba-tiba aku merasakan kantuk yang luar biasa. Tapi aku harus terjaga dan terus mencari keberadaan mas Fajar. Hingga aku tiba disebuah hamparan padang rumput yang luas. Karena tak kuat menahan rasa kantuk, akupun duduk dan tak lama semua menjadi gelap.
Suara adzan kembali terdengar dan membuatku terbangun seketika. Ternyata itu alarm dari handphoneku. Minggu pagi, saat aku tersadar, aku sudah berada di basecamp.
“Ayo teh, solat dulu” kata teh Ica
“Eh iya teh” jawabku
Aku juga membangunkan Fitri dan mengajaknya untuk shalat. Singkat cerita, setelah sarapan, aku dihampiri oleh Ica.
“Teh, saya diminta untuk ke atas, Roni bilang mereka nemu jaket warna biru dongker” kata teh Ica
“Aku ikut” ucapku
“Loh, sudah teteh tunggu disini aja. Biar kami yang melakukan pencarian” katanya
“Izinkan saya ikut. Semalam saya bermimpi” ucapku
Kemudian aku menceritakan mimpi itu, dimana terakhir aku bertemu mas Fajar, dan lokasi terakhirku yang aku ingat.
“Yasudah, kamu boleh ikut, sama adiknya juga ya, tapi jangan jauh dari saya ya, semoga hanya perasaan saya aja” kata teh Ica
“Baik teh” ucapku dan Fitri
Setelah bersiap-siap, kamipun kembali memasuki jalur pendakian. Namun saat aku hendak keluar dari basecamp, terdengar . . .
“Purnama ketemu, Purnama ketemu” ucap seseorang dari luar
Sontak beberapa orang di basecamp menghampirinya, termasuk aku dan Fitri. Benar saja, aku melihat Purnama yang turun dibantu oleh Ranger dan juga Julian, dan betapa kagetnya ketika kulihat Purnama dalam keadaan sangat lemas. Beberapa jaketnya terlihat sobek, namun Purnama masih sadar. Aku merasa kasihan melihatnya seperti itu, bahkan aku ga bisa membayangkan, jika Purnama saja seperti itu, bagaimana dengan mas Fajar?
Diana yang saat itu juga mendengar kabar itu, langsung berlari dan memeluk Purnama
“Lo kemana aja, kita semua cariin lo” kata Diana
“Sorry ya, gue gapapa kok” jawab Purnama
“Emm, maaf mas, apa masnya bersama Fajar?” tanyaku
“Iya mbak, tadi saya bareng dia, terus saya pamit untuk buang air sebentar, saat saya kembali, dia udah ga ada” jelas Purnama
Lagi-lagi airmataku menetes, meskipun begitu, Purnama juga memberitahu pada tim pencari dimana terakhir kali ia melihat mas Fajar. Jadi tim pencaripun langsung memeriksa lokasi.
“Mas nya gapapa?” tanya salah satu tim pencari
“Gapapa a, saya gapapa” kata Purnama
“Lebih baik, kita ke rumah sakit aja mas” kata orang itu
“Ga usah a, nanti saja saya sendiri. Saya baik-baik aja kok, Cuma lemes aja” kata Purnama
Purnamapun langsung ditangani dan diberikan makanan dan minum. Setelah dirasa membaik, Purnama menceritakan semua yang dialaminya selama dia dinyatakan hilang.
Ketika kakinya terkilir saat menuju pos 6, ia terpisah dengan pak Sofian saat dibantu oleh mas Fajar. Namun ia bercerita kalau merekapun sampai ke puncak. Itu dibuktikan dengan foto yang Purnama ambil ketika sunrise di puncak. Tapi saat itu, aku dan rombongan tidak melihat mereka berdua. Kemudian ia mengajak mas Fajar turun karena mereka mengira kalau rombongan sudah kembali ke pos 6. Namun, saat perjalanan ke pos 6, mereka tidak pernah menemukan pos tersebut. Merekapun berjalan bersama mencari jalan keluar, hingga Purnama berpamitan untuk buang air sedikit kedalam hutan dan keluar dari jalur
Ketika selesai buang air, Purnama mengaku kembali ke jalur, tapi saat itu mas Fajar udah ga ada. Akhirnya dia memutuskan untuk mencarinya sendiri. Entah berapa jauh dia mencari sampai di suatu titik, ia meninggalkan carriernya, dan hanya membawa botol air saja. Ia meninggalkan carriernya semata-mata untuk menghilangkan beban. Disitulah awal mula tas Purnama ditemukan terlebih dulu.
Saat mencari mas Fajar, ia sempat terperosok kedalam jurang dengan posisi tersangkut dan kepalanya berada dibawah. Itulah kenapa jaket Purnama bisa sampai sobek. Kemudian ia menjelaskan sempat dikejar babi hutan juga, yang membuat air minumnya terjauh, dan ketika ia kelelahan, ia tertidur di atas pohon.
“Kita pulang ya” ucap Diana mengajak Purnama
“Engga, Na. Kita bantu dia dlulu. Dia udah banyak nolongin gue, gue harus membalas kebaikannya” kata Purnama
“Lo banyak luka gini Pur” kata Julian
“Kalau ga ada dia, mungkin gue ga akan pernah bisa memenuhi janji gue sama Amel” kata Purnama
“Yaudah kalau itu mau lo, tapi jangan coba nekat lagi” kata Diana
“Iya iya, bawel banget sih” kata Purnama
Oh iya, aku mengumpulkan rombongan kami dibantu oleh bu Lina dan bu Esti. Aku menyampaikan permintaan maafku pada mereka semua
“Maaf, kalau karena mas Fajar, kepulangan jadi tertunda” ucapku
“Sudah sudah mba, gapapa kok” kata bu Lina
“Iya, namanya musibah ga ada yang tau kan” lanjut bu Esti
Aku hanya terdiam tertunduk, kemudian bu Esti mendekatiku dan memelukku
“Kita semua keluarga, Fajar juga keluarga, jadi kita akan tunggu sampai ketemu. Kami masih bisa menunggu sampai besok” katanya
“Gapapa, saya gamau merepotkan” ucapku
“Ga repot, cuma kalau memang pahit-pahitnya kalau malam belum ketemu, kami akan kembali, karena ada pekerjaan. Tapi kami pasti selalu menunggu kabar tentang pak Fajar, semoga saja cepat ketemu” kata bu Lina
“Makasih” ucapku
pulaukapok dan percyjackson321 memberi reputasi
2