Kaskus

Story

araneaAvatar border
TS
aranea
Teman Sejati
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Teman Sejati


Selamat datang di thread sederhana ini. Apakabar kalian semua? Semoga temen-temen semua dalam keadaan baik baik saja, sehat, dan teman-teman semua dalam keadaan bahagia dimanapun teman-teman berada.

Oke mang. 


Disini saya mencoba menuliskan sebuah cerita yang terjadi beberapa tahun lalu yang sebelumnya sudah saya tulis, namun tidak pernah saya publikasikan. Tapi semoga dengan menulis disini bisa membantu saya juga dalam mengembangkan potensi saya dalam menulis. 

Cerita ini akan memiliki dua POV, yang dimana, update keduanya insyaAllah akan selalu berbarengan sedikit demi sedikit. Saya berharap selain bisa mengembangkan potensi menulis saya, apapun yang saya tulis bisa dipetik hal baiknya dan dibuang hal buruknya. Dan semoga bisa menghibur para reader budiman disini.

- Selamat Membaca -

INDEX


Fajar Adi Prabowo
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15






Part 17
Part 18
Part 19
Part 20






Diubah oleh aranea 04-06-2023 12:26
amdar07Avatar border
corazonraizo882Avatar border
percyjackson321Avatar border
percyjackson321 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
4.2K
65
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
araneaAvatar border
TS
aranea
#27
Part 11
Azzahra Nafeeza Fatharani


“Tolong ambilkan air” kata Fitri

Aku duduk sejenak berusaha mencerna kembali apa yang terjadi. Bagaimana mungkin mas Fajar bisa hilang begitu saja. Berulang kali aku mengucap istigfar.

“Kak, kakak gapapa?” tanya Fitri
“Gatau dek” ucapku
“Nanti kita cari pak Fajar, sekarang lebih baik kita ke pos 6 dulu” ucap pak Sofian
“Gimana bisa pak Sofian kehilangan mereka?” tanyaku
“Maaf, mbak. Sayapun kurang tau, karena selama pendakian, saya mengobrol dengan mereka. Bahkan langkah kaki merekapun terdengar. Tapi saat saya menoleh, ternyata saya sendirian” ucapku


Dengan sedikit lemas, kami semua turun. Selama perjalanan turun, kami juga mengecek sekitar jalur siapa tau mas Fajar ada disekitar jalur pendakian.

“Kita udah hubungi pihak basecamp, takutnya juga pak Fajar kembali ke basecamp. Dan kita juga udah minta pihak basecamp untuk membantu pencarian” kata pak Bambang
“Tenang ya teh, pasti ketemu” ucap bu Esti menenangkanku


Aku hanya mengangguk meski sebenarnya aku gatau harus berbuat apa. Pada jam 7 pagi, kami mulai turun gunung sambil melakukan pencarian.

Pada jam 9 pagi, kami tiba di pos 5. Selama perjalanan itu, aku tak melihat tanda-tanda dari mas Fajar. Selama itu juga berdzikir. Dengan harapan membuat hatiku lebih tenang.

Pagi itu langit mulai sedikit tertutup awan, dan ga lama gerimis mulai turun, namun tidak terlalu deras. Sehingga kami putuskan untuk tidak menggunakan jas hujan dulu. Tak hentinya rasa khawatirku muncul mengenai mas Fajar. Apalagi dengan kondisi cuaca yang sepertinya akan turun hujan. Perjalanan turun ini tidak sesulit ketika naik. Waktu menunjukkan jam 10 pagi, dan kami tiba di pos 4. Saat itu, terlihat dua orang pendaik yang sedang duduk disana. Jika aku tak salah ingat, mereka merupakan pendaki dari Bandung itu. Julian dan Diana.

“Kalian mau turun?” tanyaku
“Kita lagi istirahat teh” jawab Diana
“Kalian udah ketemu sama temen kalian itu?” tanya Fitri
“Belum teh, kemarin kami naik sampai pos 6, tapi kami ga menemukan dia” kata Julian
“Kalian ke puncak?” tanyaku
“Engga teh, sampai di pos 6 kami turun lagi karena ada pendaki yang bilang liat orang dengan ciri-ciri yang kami cari” kata Diana


Menurut pengakuan mereka, setelah mereka mendengar kabar itu, mereka langsung turun kembali karena pendaki itu bilang melihat orang dengan ciri-ciri tersebut turun kembali.

“Tetehnya mau kemana? Kaya yang lagi buru-buru” tanya Diana
“Suami saya hilang” jawabku
“Hilang? Hilang gimana maksudnya?” tanya Julian


Aku menjelaskan kronologi singkat pada mereka. Dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk ikut bergabung bersama kami. Saat itu rombongan kami akan beristirahat dulu di pos 4 ini, tapi karena aku ga bisa tenang sebelum menemukan mas Fajar, aku meminta izin untuk turun duluan.

“Pak, saya mau turun duluan” ucapku
“Loh, mbak nya ga cape?” tanya pak Sofian
“Saya ga tenang kalau mas Fajar belum ketemu” ucapku
“Yasudah, biar saya temani” katanya
“Yasudah boleh, ini Julian sama Diana juga akan ikut sama kita” ucapku
“Boleh-boleh” kata pak Sofian


Hujan mulai berhenti. Jalur yang kami lalui menjadi sedikit licin, membuatku sulit untuk berjalan. Bahkan pak Sofian yang berada didepan sesekali terpeleset dan terjatuh.

“Ini salahku” ucapku pelan sambil berjalan
“Eh, kenapa kak?” ucap Fitri
“Emm engga apa-apa kok” kataku


Selama perjalanan turun, kami juga bertanya kepada pendaki yang sedang naik mengenai apakah melihat pendaki dengan ciri-ciri yang kami sebutkan, tapi mereka menjawab tidak.

Pada jam setengah 12 siang, kami tiba di pos 3. Cuaca disini sudah mulai kering, sepertinya hujan hanya turun di atas.

“Mau lanjut apa gimana?” tanya pak Sofian
“Kita istirahat dulu aja pak, temen saya udah cape nih” kata Julian
“Yaudah kita istirahat dulu aja sambil menunggu waktu dzuhur, dan kita makan dulu aja” kata pak Sofian


Sedari turun gunung tadi, kami bahkan belum makan sama sekali. Nafsu makanku hilang seketika aku mendapat kabar tentang mas Fajar. Suara adzan terdengar dari alarm handphoneku, dan salat dzuhurpun dilakukan secara bergantian. Setelah shalat, aku membereskan kembali alat shalatku dan kamipun melanjutkan perjalanan turun. Kami terus berjalan sampai kami melewati pos 2 tanpa istirahat. Saat hendak menuju pos 1, kami berpapasan dengan beberapa orang berpakaian pendaki pada umumnya, serta membawa peralatan yang cukup banyak.

“Maaf, apa kalian dari basecamp?” tanya pak Sofian
“Iya a, jam 12 tadi kami dapat laporan ada dua pendaki yang hilang, namanya Fajar dan Purnama” kata salah satu pendaki itu
“Purnama?” ucap Diana kaget
“Purnama itu orang yang kami cari sejak kemarin kang” kata Julian
“Iya, laporan baru masuk bersamaan tadi” katanya
“Saya mau ikut cari” ucapku seketika
“Saya juga mau ikut mencari” ucap Diana
“Lebih baik, kalian turun dulu, takutnya mau mengabari keluarga, biar pencarian ini kami yang lakukan
“Kalau gitu biarkan saya dan Julian ikut” karena kebetulan saya sempat bareng dengan mereka
“Baik, kalau begitu” jawabnya, Gus, tolong temani yang perempuan turun ya, nanti minta teh Ica buat nemenin mereka” lanjutnya
“Oke pak” jawabnya, “Mari mbak” lanjutnya mengajakku, Fitri dan Diana


Sekitar jam tiga sore, bertepatan dengan adzan ashar, kami tiba di basecamp. Kami bertemu dengan teh Ica yang dimaksud orang tadi. Adzan ashar berkumandang, dan aku langsung melaksanakan shalat ashar di basecamp. Setelah shalat, aku membuka Al-Qur’an kecilku dan membacanya. Beberapa menit kemudian, aku melihat Fitri yang tengah tertidur

“Kayanya dia cape banget ya” kata teh Ica
“Iya, dia udah banyak banget bantu saya” ucapku
“Teteh gapapa?” tanya Diana padaku
“Gapapa mbak, cuma masih kepikiran aja” ucapku
“Kita berdoa aja teh, semoga mereka baik-baik aja” ucap Diana mencoba menangkanku
“Kalau boleh tau, kenapa temen mbak mendaki sendirian?” tanyaku


Diana menghela nafas, terdiam sejenak, dan Diana mulai cerita

“Jadi, dia itu punya pacar, dan pingin banget mendaki ke Ciremai. Katanya pemandangannya bagus. Tapi sebelum terwujud, Tuhan berkehendak lain teh, jadi dia kesini untuk mewujudkan keinginan pacarnya itu” katanya
“Sampai segitunya ya” kataku
“Iya, padahal sebelumnya dia juga belum pernah mendaki, jadi kami khawatir” katanya
“Iya juga, kalau pertama kali gitu terbilang nekat” ucapku


Tak lama teh Ica datang bersama rombongan kami yang tadi tertinggal. Saat itu juga ada bu Esti yang langsung datang menghampiri kami.

“Ada perkembangan bu?” tanyaku pada bu Esti, bu Esti menggeleng
“Kamu dimana mas?” ucapku dalam hati sambil tertunduk
“Sabar ya teh, insyaAllah mereka bakal baik-baik aja” ucap teh Ica


Tak lama Fitri terbangun. Saat aku hendak menghubungi ibu,

“Mau telefon siapa kak?” tanya Fitri
“Telefon ibu” jawabku
“Lebih baik jangan dulu kak, aku gamau ibu khawatir, apalagi bapak, aku gamau jantungnya bapak kambuh” kata Fitri
“Bapak punya sakit jantung?” tanyaku kaget
“Iya kak, jadi kita tunggu saja sampai besok. Kalau pahit-pahitnya kak Fajar belum bias ketemu, baru kita hubungi mereka” kata Fitri
“Ya . . yaudah deh” aku mengikuti sarannya.
“Kakak udah makan?” tanya Fitri, aku menggeleng
“Ya Allah kak, yaudah aku beli makan dulu ya” kata Fitri
“Ayo, biar saya temani” kata bu Esti, dan Fitripun mengiayakannya


Aku hanya teridam, karena aku juga tahu kalau Fitri sendiri belum makan. Hanya minum saja selama turun gunung. Menjelang magrib, Fitri kembali membawa beberapa kantong kresek dan ia langsung membaginya kepada rombongan yang tiba disini. Termasuk aku.

“Kakak makan ya” kata Fitri
“I i ya dek” ucapku


Saat itu HT yang dipegang teh Ica berbunyi. Dengan sigap Icapun menjawab

“Masuk” kata Ica
“Kami menemukan sebuah tas carrier berwarna merah ada gantungan kunci kamera” kata orang dibalik HT itu
“Temen kalian ada yang punya tas itu ga?” tanya Ica
“Itu punya temen saya, Purnama” kata Diana
“Konfirmasi, itu tas punya Purnama” kata Ica
“Gada kabar tentang mas Fajar?” tanyaku pada Ica


Icapun bertanya pada rekannya, tapi rekannya bilang, belum ada kabar tentang keberadaan atau petunjuk tentang mas Fajar
pulaukapok
pulaukapok memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.