Kaskus

Story

araneaAvatar border
TS
aranea
Teman Sejati
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Teman Sejati


Selamat datang di thread sederhana ini. Apakabar kalian semua? Semoga temen-temen semua dalam keadaan baik baik saja, sehat, dan teman-teman semua dalam keadaan bahagia dimanapun teman-teman berada.

Oke mang. 


Disini saya mencoba menuliskan sebuah cerita yang terjadi beberapa tahun lalu yang sebelumnya sudah saya tulis, namun tidak pernah saya publikasikan. Tapi semoga dengan menulis disini bisa membantu saya juga dalam mengembangkan potensi saya dalam menulis. 

Cerita ini akan memiliki dua POV, yang dimana, update keduanya insyaAllah akan selalu berbarengan sedikit demi sedikit. Saya berharap selain bisa mengembangkan potensi menulis saya, apapun yang saya tulis bisa dipetik hal baiknya dan dibuang hal buruknya. Dan semoga bisa menghibur para reader budiman disini.

- Selamat Membaca -

INDEX


Fajar Adi Prabowo
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15






Part 17
Part 18
Part 19
Part 20






Diubah oleh aranea 04-06-2023 12:26
amdar07Avatar border
corazonraizo882Avatar border
percyjackson321Avatar border
percyjackson321 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
4.2K
65
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
araneaAvatar border
TS
aranea
#23
Part 10
Fajar Adi Prabowo


Setelah shalat, kami hendak melanjutkan perjalanan menuju pos 5. Perjalan ke pos 5 cukup jauh. Mas Dudung bilang kalau normalnya bisa memakan waktu satu setengah jam. Aku berada di barisan paling belakang, dan ada satu orang lagi yang ikut bersama kami. Seseorang yang tadi berada di pos 4. Setelah perkenalan singkat, pendaki itu bernama Purnama.

“Solo hiking mas?” tanyaku pada Purnama
“Iya kang” jawabnya
“Kalau boleh tau, tadi kenapa mas?” tanyaku
“Gapapa ko kang” katanya
“Oh, yaudah, jangan banyak pikiran mas, tapi jangan banyak ngelamun juga. Tujuan mas nya mungkin sama kaya kami, mau tadabbur alam kan” ucapku
“Iya kang” jawabnya


Saat ditengah perjalanan, beberapa ibu-ibu minta istirahat sebentar, dan mas Dudungpun menyetujuinya. Tidak baik juga memaksakan. Akupun ikut beristirahat sambil memeriksa kondisi rombongan, terutama Zahra dan Fitri

“Kalian masih kuat?” tanyaku
“Masih kok, tadi udah keisi tenaganya” kata Fitri
“Kamu gimana dek?” tanyaku
“Masih mas, aku sama Fitri kan saling bantu, hehe” kata Zahra


Akupun duduk disamping mereka, sementara Purnama ditemani oleh pak Sofian

“Tadi siapa mas?” tanya Zahra
“Oh, itu namanya Purnama. Dia pendaki solo” ucapku
“Oh, sendirian? Terus tadi gapapa?” tanyanya
“Yaaa gapapa sih, soalnya dia cuma bilang gitu. Gamau bahas juga” kataku
“Ajak aja ke rombongan kita, biar bareng-bareng” ujar Fitri
“Iya, ini kan kakak ajak” ucapku


Setelah beberapa saat beristirahat, kami kembali melanjutkan perjalanan menuju pos 5. Singkat cerita, kami sudah tiba di pos 5 pada jam 8 malam. Aku dan pak Sofian langsung mendirikan tenda untuk kami dan juga untuk para wanita. Sementara mas Dudung akan mencari kayu bakar. Saat itu, kami hanya mendirikan tiga buah tenda, dengan masing-masing tenda bisa berkapasitas 4 orang. Yang berarti, dua tenda akan diisi wanita, dan satu tenda diisi olehku dan pria lainnya.

Beberapa saat kemudian, mas Dudung sudah selesai membuat api unggun, dan kami semua duduk bersama di sekitarnya, termasuk Purnama. Dikabarkan kalau rombongan pak Bambang baru saja sampai di Goa Walet, pos 6. Dan mereka juga akan camping disana. Yang berarti dapat aku simpulkan, kalau pos 6 berada jauh darisini.

“Mas, dari sini ke puncak berapa lama kira-kira?” tanyaku
“Yaaa sekitar 2 jam setengahan sih mas” katanya
“Lumayan juga ya” ucapku
“Iya, paling kalau mau, sebelum subuh kita beres-beres disini, lalu kita shalat subuh, dan berangkat ke pos 6. Barang-barang kita simpan disana terus summit ke puncak. Paling setengah jam dari pos 6 ke puncak” kata mas Dudung
“Bongkar tenda lagi?” tanya bu Esti
“Ga usah, tenda kita simpan aja disini” kata mas Dudung
“Emang ga takut ada yang ambil mas?” tanya seseorang dari rombongan kami
“InsyaAllah aman kok. Saya juga sering ninggalin tenda di pos deket puncak. Paling tenda kosongin aja, jangan ada barang yang ditinggal” jawab mas Dudung meyakinkan semua


Malam semakin larut. Waktu sudah menunjukkan jam 10 malam. Dari yang awalnya semua berkumpul disekitaran api unggun, beberapa orang mulai masuk ke tenda mereka. Menyisakan aku dan Purnama, dan dari perempuan ada Zahra, Fitri dan bu Esti.

“Kalian ga ngantuk?” tanyaku pada mereka
“Menikmati malam pak, kapan lagi tadabbur alam” kata bu Esti


Sedikit info kalau bu Esti ini berusia 24 tahun. Ia merupakan lulusan S1 ilmu pendidikan dari universitas yang Zahra dan Fitri minati. Pada akhirnya, bu Estipun bercerita tentang pengalamannya pada Fitri dan Zahra.

Purnama yang sedari tadi ada bersama kami, hanya terdiam tak banyak bicara. Ia hanya menatap kearah api unggun sambil sesekali mengecek handphoenya. Ia beranjak dan pergi meninggalkan kami menuju arah luar pos, tanpa berfikir macam-macam, mungkin ia hanya ingin buang arit saja, pikirku.

Zahra dan Fitri pamit untuk istirahat karena sudah merasa lelah, meninggalkanku dengan pak Sofian dan Esti. Obrolan tentang sekolah mengisi malam kami. Sampai pada akhirnya, suasana menjadi cukup sepi. Purnama yang sedari tadi pergi belum juga kembali.

“Mas Purnama belum balik juga pak” ucapku pada pak Sofian
“Iya nih, udah setengah jam loh” kata pak Sofian yang juga menyadari
“Apa kita cari?” tanyaku
“Kita tunggu aja dulu, lagian tas nya masih disini kan” ucapku


Malam semakin larut, daun-daun pepohonan saling bergesekan satu sama lain. Udara cukup dingin sehingga membuat jaketkupun tak mampu menahan suhu udara di malam hari. Pada awalnya, aku berniat untuk terjaga sambil menunggu Purnama kembali, tapi rasa kantuk tidak bias aku tahan sehingga dengan kondisi masih diluar tenda, aku tertidur.

Ketika aku terbangun, sedikit suara keributan terdengar disekitarku. Ternyata itu merupakan suara dari rombonganku yang tengah bersiap untuk jalan

“Bangun juga pak” ucap pak Sofian
“Eh, mau lanjut?” tanyaku
“Iya, kita lanjut ke pos 6, dan kita akan shalat subuh disana, kemudian summit ke puncak” ujar mas Dudung
“Oh iya, sebentar” ucapku sambil mencoba terbangun
“Mas, kok tidur diluar?” Tanya Zahra sambil menghampiriku
“Eh, iya ketiduran hehe” jawabku terkekeh


Waktu sudah menunjukkan pukul tiga pagi. Tapi disaat itu Purnama belum juga kembali, apa mungkin dia tidur di tempat lain?” dalam hati aku bertanya-tanya.

“Ayo, nunggu apa?” Tanya pak Sofian
“Saya nunggu mas Purnama, dari semalam dia belum balik” ucapku
“Lah, terus gimana dong?” tanya pak Sofian
“Yaudah, kalian lanjut aja, saya mau cari ke sekitar, mungkin salah satu pendaki lain yang ada disini liat Purnama” ucapku
“Loh, sendiri dong?” ucap mas Dudung
“Iya, gapapa. Nanti tunggu aja di pos 6” ucapku
“Yakin pak?” ucap mas Dudung ragu
“Iya, aman mas. Lagipula ada pendaki lain juga disini, sementara mereka juga butuh pemandu” ucapku
“Yasudah, kalau gitu kami tunggu di pos 6 ya. Soalnya pada mau ngejar sunrise nih” ucap mas Dudung
”Mas, ga ikut?” tanya Zahra
“Mas nunggu Purnama, ini tas nya ditinggal, takutnya nanti hilang” kataku
“Kalau gitu aku tunggu ya” ucap Zahra
“Sudah, mas gapapa kok. Kamu ikut aja sama Fitri ke pos 6” ucapku


Awalnya Zahra terlihat ragu, dapat kulihat dari tatapannya, tetapi aku meyakinkan Zahra, kalau aku akan baik-baik saja. Aku memegang kedua tangannya dan tersenyum padanya.

“Aku akan menyusul” kataku

Zahrapun mengangguk dan iapun berangkat bersama rombongan. Tapi saat itu pak Sofian balik lagi dan bilang bahwa ia akan menunggu bersamaku. Setidaknya untuk memastikan bahwa aku akan baik-baik saja. Aku mendengar suara langkah kaki mendekat kearah kami. Waktu menunjukkan pukul setengah empat pagi. Saat aku menoleh, ternyata itu adalah Purnama.

“Dari mana mas?” tanyaku
“Itu, dari sana, udah pada berangkat?” tanya Purnama
“Sudah,, rencananya mau shalat di pos 6 dan summit ke puncak untuk liat sunrise” ucapku
“Oh, yasudah, lebih baik kita berangkat sekarang” ujar Purnama


Kamipun berangkat melanjutkan perjalanan dengan aku berada di barisan paling belakang, sementara Purnama di tengah dan pak Sofian di paling depan. Tiba-tiba terdengar suara jatuh, sontak saat aku sedang memperhatikan langkahku, aku melihat kearah sumber suara. Ternyata Purnama yang terjatuh.

“Gapapa kang?” tanyaku
“Gapapa, cuma kaki saya nih, ga bisa di gerakkan” katanya
“Kenapa mas?” tanya pak Sofian
“Ini kaki saya terkilir kang” kata Purnama
“Waduh, gimana? Bisa lanjut ga kira-kira?” tanya pak Sofian pada Purnama
“Kalau dipaksa sih bisa” jawab Purnama
“Yaudah, pak, lanjut aja, ini biar saya yang bantu, kabarin aja kalau nanti saya sama Purnama nyusul ke puncak” ucapku
“Lah, ditinggal dong ini” kata pak Sofian
“Udah gapapa, lagian kalau bapak ga pergi, ga ada yang ngabarin mereka nanti” ucapku
“Yaudah deh, bapak hati-hati, mas juga hati-hati. Kita tunggu di puncak” kata pak Sofian
“Oh iya pak, tolong bilang ke bu Esti, saya titip Zahra sama Fitri” ucapku
“Siap, kalau gitu saya lanjut ya, sekalian ngabarin yang lain” katanya


Pak Sofianpun lanjut. Aku mulai mencoba memijit kaki Purnama. Yaa memang sedikit bisa sih kalau soal ngurut kaki yang terkilir, karena dulu pernah ketika Fitri terkilir.

“Gimana mas?” tanyaku
“Udah agak mendingan kang, makasih banyak. Terus akang nya gimana itu, ketinggalan rombongan?” tanyaku
“Gampang mas” ucapku


Setelah membaik, kami melanjutkan perjalanan. Beberapa saat kemudian, kabut mulai turun, dan pandangan kamipun menjadi terbatas

“Masih kuat mas? Kalau engga, kita balik lagi aja ke pos 5. Mumpung belum terlalu jauh” ucapku
“Masih kang, masih” kata Purnama
“Jangan dipaksa mas, puncak ga bakalan kemana kok” aku member saran padanya
“Gapapa kang, lagipula, setelah ini, saya gatau apa masih bisa bepergian atau engga, saya punya amanah kang” katanya
“Yaudah kalau gitu, nyantai aja kang” ucapku


Singkat cerita, kami tiba di Goa Walet. Tapi aku tak melihat siapapun disana. Bahkan tenda yang berdiripun seperti ditinggalkan begitu saja.
pulaukapok
pulaukapok memberi reputasi
1
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.