- Beranda
- Stories from the Heart
Teman Sejati
...
TS
aranea
Teman Sejati
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat datang di thread sederhana ini. Apakabar kalian semua? Semoga temen-temen semua dalam keadaan baik baik saja, sehat, dan teman-teman semua dalam keadaan bahagia dimanapun teman-teman berada.
Oke mang.
Oke mang.
Disini saya mencoba menuliskan sebuah cerita yang terjadi beberapa tahun lalu yang sebelumnya sudah saya tulis, namun tidak pernah saya publikasikan. Tapi semoga dengan menulis disini bisa membantu saya juga dalam mengembangkan potensi saya dalam menulis.
Cerita ini akan memiliki dua POV, yang dimana, update keduanya insyaAllah akan selalu berbarengan sedikit demi sedikit. Saya berharap selain bisa mengembangkan potensi menulis saya, apapun yang saya tulis bisa dipetik hal baiknya dan dibuang hal buruknya. Dan semoga bisa menghibur para reader budiman disini.
- Selamat Membaca -
INDEX
- Selamat Membaca -
INDEX
Fajar Adi Prabowo
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Azzahra Nafeeza Fatharani
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Diubah oleh aranea 04-06-2023 12:26
percyjackson321 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
4.2K
65
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aranea
#14
Part 6
Azzahra Nafeeza Fatharani
Setelah itu, Fitri mencoba gamis yang tadi aku belikan. Dan setelah mencobanya, ia terlihat sangat cantik. Persis seperti ibu, hehe. Kemudian dengan antusias iapun memperlihatkannya pada ibu.
“Cantik sekali, beli dimana ini?” tanya ibu
“Di butik muslimah depan bu, kak Zahra yang belikan” kata Fitri
“Aduh, sampai segitunya, makasih loh nak” kata ibu
“Tadi Zahra liat kayanya Fitri suka banget sama gamis itu, jadi Zahra belikan hehe” ucapku
“Bu, pas kuliah nanti, aku boleh ga pake cadar? Kaya kak Zahra” tanya Fitri pada ibu
“Emmm, ibu ngizinin aja, selama kamu siap dengan apa yang bakal terjadi, kaya diomongin orang, jadi pusat perhatian orang” kata ibu
“Gapapa bu, namanya juga proses” kata Fitri
“Alasan kamu pake cadar kenapa? Apa hanya karena mau ikut seperti aku?” tanyaku
“Menjaga diri kak” kata Fitri
“Yasudah, ibu izinin kalau gitu” kata ibu
“Yeaayy . . . makasih buuu” kata Fitri sambil memeluk ibunya
Menjelang ashar, langit terlihat gelap. Sepertinya akan turun hujan. Dan benar saja, jam lima sore, hujan mulai turun. Sementara mas Fajar belum juga kembali. Aku mencoba menghubunginya, tapi nomornya tidak aktif. Seperti biasa aku menunggu di teras depan.
“Nak, ngapain disini?” tanya ibu
“Nunggu mas Fajar bu” kataku
“Nunggunya didalem yuk” kata ibu
“Engga bu, aku nunggu disini aja” jawabku
“Di dalam aja nak, dingin, nanti kamu sakit” ucap ibu
“Yaudah deh” ucapku menurut
Aku menyiapkan handuk dan baju ganti untuk mas Fajar. Aku juga membersihkan diri dan bersiap untuk shalat magrib. Setelah shalat magrib, aku menunggu di teras rumah. Setengah tujuh malam, aku mendengar suara motor yang mengebut,
“Assalamualaikum” ucap mas Fajar
“Waalaikumussalam, alhamdulillah mas udah pulang” tanyaku sambil salim
“Iya, tadi lembur” katanya
“Kenapa ga langsung pulang tadi?” tanyaku penasaran
“Ya kan hujan, Ra. Aku tadi neduh dulu sekalian shalat magrib” jawabnya
“Ya seengganya kabarin aku mas” ucapku khawatir
“Udah udah, aku cape” katanya sambil masuk kedalam
Mas Fajar masuk kedalam dan menyimpan barang-barangnya begitu saja. Aku berfikir kalau aku sudah salah bicara lagi sampai dia lagi-lagi kesal.
“Nak sini duduk sama ibu” kata ibu
“Iya ibu” ucapku
“Ibu boleh kasih saran?” tanya ibu
“Boleh bu” jawabku
“Saat suami pulang, usahakan jangan ditanya kemana atau darimana, tapi kalau bisa tanyakan apa yang ia butuhkan, apa itu minum, atau makanan, atau mandi, dan kalau bisa kamu sudah siapkan” kata ibu
“Iya bu, Zahra ngerti sekarang” kataku
“Iya nak, karena dia udah lelah dikantor, pasti mood nya lagi cape” kata ibu
“Iya bu” jawabku
Setelah itu aku melihat mas Fajar mandi, dan aku putuskan untuk menunggu di kamar. Beberapa saat setelah selesai, mas Fajar masuk, namun ia hanya mengenakan celana pendek saja dengan handuk yang digantung di leher. Sontak aku berteriak sambil menutup mataku
“Kenapa dah?” tanyanya
“Mas iiih pake baju duluuu” ucapku
“Iya ini kan mau” katanya
“Yaudah cepeet pakee, malu tau” ucapku
“Lah, aku ini suami kamu, lagian kita sekamar kamu ga malu” katanya
“Iih pake cepet” ucapku sedikit kesal
“Iya iya udah ini” katanya
Akupun pergi keluar kamar meninggalkan mas Fajar sendirian di kamar setelah aku membereskan bajunya yang tadi sempat berserakan.
Diruang tengah, aku duduk bersama ibu dan bapak. Aku tak melihat Fitri, kata ibu sih, Fitri udah tidur.
“Kapan mulai kuliah nak?” tanya bapak
“Pendaftarannya kan nanti bulan Juni pak, oh iya, kalau Fitri sendiri gimana pak? Kan ujian nasional itu bulan April ya? Sekarang kan April?” tanyaku
“Fitri sebenernya udah lulus nak dari tahun kemarin, dia masuk SDnya lebih cepet setahun dulu. Jadi siswa paling muda hehe” kata ibu
“Ooh gitu, sama kaya Zahra ya, cepet hehe” ucapku
“Oh ya?” kata bapak
Malam itu kami mengobrol sampai sekitar jam delapan malam. Aku membuka Al-Qur’an kecilku untuk mengasah hafalanku. Sampai ga terasa aku ketiduran. Disaat itu, aku bermimpi ketemu abi. Aku sedang ada dirumah, dan abi sedang berdiri terdiam di teras rumah. Aku bertanya pada ibu apakah itu abi atau bukan. Kemudian ibu mejawab
“Iya nak, itu abi, memang kenapa? Masa lupa sama abi sendiri” kata ibu
Aku mendekati sosok itu, kemudian saat aku dibelakangnya, aku memeluknya seketika ia berbalik.
“Aduh anak abi, kangen ya” kata abi
Tak kuasa aku menahan air mata, dan menangis. Kemudian abi menatapku dengan dalam.
“Jangan nangis. Kamu itu wanita kuat, senyum ya” kata abi sambil menghapus airmataku “Kamu harus bahagia, Zahra harus jaga ummi, jaga juga Fajar, suami Zahra, oke. Abi baik-baik aja kok. Janji sama abi ya, Zahra akan jadi manusia yang bermanfaat” kata abi
“Iya abi, Zahra akan turuti apa kata abi” kataku
Singkat, tapi sangat membuatku bahagia, dan juga sedih. Aku merindukan sosok abi disisiku, yang menjagaku, dan Allah pertemukan aku dengan abi dengan cara ini
Seketika aku merasa pergerakan dan hembusan nafas diwajahku, saat aku menyadari, ada yang membuka cadarku.
“Haaaah” katanya berteriak kecil sambil memegang cadarnya
“Apaan sih, ngagetin aja” ucapku
“Mas mau ngapain mas?” tanyanya
“Engga itu, kamu tidur di sofa, ibu bilang untuk mindahin kamu kesini” ucapku
“Terus kenapa megang cadar aku?” katanya
Mungkin ia sadar dengan cadarnya yang melonggar
“Gapapa, ga sengaja aja” ucapku gengsi kalau bilang ingin melihat wajahnya
“Udah ah, aku mau tidur” katanya sambil membelakangiku
“Iya, yaudah sana” kataku
Beberapa saat kemudian, suasana mulai hening. Ga harusnya aku ngambekan kaya gitu. Aku memang belum siap untuk buka cadar didepan mas Fajar, tapi aku ini istrinya, tapi aku takut, aahh pikiranku malah ribut.
“Mas” panggilku
“Kenapa?” jawabnya
“Maaf ya, aku udah teriak” ucapku ga enak
“Gapapa, maaf juga tadi udah marah-marah pas pulang” katanya
“Mas, sebenarnya . . . “ panggilku sedikit gugup
“Aku masih belum siap untuk buka cadar, aku ngerasa ga biasa aja, tapi mungkin sekarang ya” ucapku
Aku duduk, dan aku berniat untuk membuka cadarku. Biar bagaimanapun mas Fajar juga harus tau wajahku. Meski mungkin nantinya aku bakal sering banget pake cadar. Tapi, aku harus membukanya, meskipun masih ada rasa takut
“Jangan” ucap mas Fajar tiba-tiba sambil memegang tanganku
Mas Fajar tidak mau aku melakukannya jika ragu-ragu. Mas Fajar mengerti jika ia harus menunggu sampai aku siap. Aku benar-benar bahagia saat itu. Entah kenapa, tapi bahagia, karena telah dipertemukan dengan mas Fajar. Dan juga perubahan sikapnya yang kini sudah lebih baik. Aku memeluknya saat itu juga.
“Bimbing aku untuk jadi istri yang baik mas, dan ingatkan aku jika salah” katanya
“InsyaAllah” jawabku
oktavp dan 2 lainnya memberi reputasi
3