- Beranda
- Stories from the Heart
Teman Sejati
...
TS
aranea
Teman Sejati
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat datang di thread sederhana ini. Apakabar kalian semua? Semoga temen-temen semua dalam keadaan baik baik saja, sehat, dan teman-teman semua dalam keadaan bahagia dimanapun teman-teman berada.
Oke mang.
Oke mang.
Disini saya mencoba menuliskan sebuah cerita yang terjadi beberapa tahun lalu yang sebelumnya sudah saya tulis, namun tidak pernah saya publikasikan. Tapi semoga dengan menulis disini bisa membantu saya juga dalam mengembangkan potensi saya dalam menulis.
Cerita ini akan memiliki dua POV, yang dimana, update keduanya insyaAllah akan selalu berbarengan sedikit demi sedikit. Saya berharap selain bisa mengembangkan potensi menulis saya, apapun yang saya tulis bisa dipetik hal baiknya dan dibuang hal buruknya. Dan semoga bisa menghibur para reader budiman disini.
- Selamat Membaca -
INDEX
- Selamat Membaca -
INDEX
Fajar Adi Prabowo
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Azzahra Nafeeza Fatharani
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Diubah oleh aranea 04-06-2023 12:26
percyjackson321 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
4.2K
65
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aranea
#13
Part 6
Fajar Adi Prabowo
Jam istirahat, aku memakan bekal yang dibuatkan Zahra. Ternyata ia membuatkanku telur rebus, dengan beberapa potong sayur seperti tomat, brokoli, dan beberapa potong buah-buahan. Sederhana, tapi seperti yang aku lihat di internet, kalau makanan seperti ini menyehatkan.
Dengan lahap aku menghabiskan bekalku. Tak ku sangka, ternyata makanan seperti ini enak juga. Setelah habis, aku langsung shalat dzuhur di mushola setempat. Selesai shalat, aku kembali ke meja kerjaku.
“Pak, semua staff pada punya rencana mau muncak nih, ikut ga?” tanya Sofian
“Muncak? Bogor?” ucapku
“Hiking pak, hiking” katanya
“Siapa aja yang ikut?” tanyaku
“Semua staff TU sini aja, ada guru-guru juga sih, kebetulan pak Bambang sering mendaki, jadi ada orang yang pengalamannya” katanya
Staff disini rata-rata umurnya masih terbilang muda. Setahuku yang paling tua itu bu Rini, bagian keuangan disini. Sementara yang lain hanya berkisar umur 20-30an
“Emang kapan?” tanyaku
“Rencananya sih dua minggu lagi” katanya
“Emm nanti deh dikabarin. Saya harus izin orang tua sama istri dulu” ucapku
“Asiik, yang sudah punya istri, hahaha” ejeknya
“Tapi beneran ini, biar nanti kita list dulu” katanya
“Pengen sih, yaudah daftarin aja dulu” ucapku
“Sip, mantaap” katanya
Aku melanjutkan pekerjaanku dan kali ini, tugasku sedikit banyak. Ada beberapa staff lain juga yang diharuskan lembur. Sebagai honorer, pasti tau lah, kalau lembur itu ga selalu dibayar. Tapi yasudah, ini bagian dari tugasku. Pada akhirnya aku menyelesaikan tugasku jam lima sore. Dimana seharusnya jam tiga itu sudah pulang. Kulihat langit sudah mulai gelap, dan hujan mulai turun
“Bawa jas hujan pak?” tanya bu Lina
“Bawa bu, cuma ga yakin ni motor sampe rumah, hehe” ucapku
“Bisa lah pak, hati-hati aja atau nunggu reda” katanya
“Iya nih bu, kalau kedinginan biasanya mogok” ucapku
“Yasudah, kalau gitu saya duluan ya pak” kata bu Lina
“Aman pak?” tanya pak Sofian
“Aman aman, duluan aja, nanti biar saya yang kunci pintu” ucapku
“Oke oke siap, kalau gitu saya duluan pak” katanya
Aku mencoba menyalakan motorku, dan benar saja, motor ini sulit dihidupkan. Jika menggunakan motor normalnya jarak ke rumah akan menempuh waktu kurang lebih dua puluh menit. Tapi, sepertinya aku harus mendorongnya sampai ke rumah. Tapi saat itu aku tunggu hujan hingga mereda. Tak terasa adzan magribpun berkumandang, aku putuskan untuk shalat dulu di mushola sekolah. Selesai shalat, hujan masih saja tidak mereda. Aku pakai jas hujanku dan mencoba menyalakan kembali motor ini, tapi tetap saja ga bisa.
Aku mencoba melepas businya dan membersihkannya, karena siapa tahu kotor atau lembab, kemudian aku mencoba menyalakan motornya lagi, dan alhamdulillah sudah bisa meski membuat motorku menjadi beruap karena mesin yang kedinginan. Aku sampai dirumah sekitar jam setengah tujuh malam. Setibanya dirumah, seperti sebelumnya aku melihat Zahra yang sedang menunggu teras depan.
“Assalamualaikum” ucapku
“Waalaikumussalam, alhamdulillah mas udah pulang” katanya
“Iya, tadi lembur” ucapku
“Kenapa ga langsung pulang tadi?” tanyanya
“Ya kan hujan, Ra. Aku tadi neduh dulu sekalian shalat magrib” ucapku
“Ya seengganya kabarin aku mas” katanya
“Udah udah, aku cape” ucapku sambil masuk kedalam
Aku menyimpan barang-barangku di kamar, dan disana sudah ada handuk dan alat mandi yang tersimpan rapi. Bahkan termasuk baju yang sudah disiapkan. Aku langsung membersihkan diri dan saat aku kembali ke kamar, sontak Zahra sedikit berteriak sambil menutup matanya. Ya memang saat itu aku belum pake baju, hanya celana pendek saja dan handukan kaya bapak-bapak.
“Kenapa dah?” tanyaku
“Mas iiih pake baju duluuu” katanya
“Iya ini kan mau” ucapku
“Yaudah cepeet pakee, malu tau” katanya
“Lah, aku ini suami kamu, lagian kita sekamar kamu ga malu” kataku
“Iih pake cepet” kata Zahra
“Iya iya udah ini” ucapku
Iapun membuka matanya, kemudian merapikan barang-barangku yang masih berserakan di kasur tanpa berbicara apa-apa lagi. Bahkan iapun keluar dari kamar setelah selesai membereskan bajuku.
“Ngadu lagi ini mah” ucapku dalam hati
Aku ga keluar kamar sampai waktu isya karena masih ada kerjaan yang harus aku selesaikan. Meskipun aku hanya staff administrasi, tapi aku juga ditugaskan untuk memegang satu angkatan kelas untuk rekap nilai.
Singkat cerita, waktu sudah menunjukkan jam sembilan malam. Selama itu juga aku di kamar duduk bekerja didepan laptopku. Dan selama itu Zahra tak juga masuk kamar. Aku memutuskan untuk menutup laptopku dan pergi keluar, berniat untuk makan malam. Kalau makan malam saja jam segini, jam berapa aku harus tidur?
Saat aku keluar, ruang keluarga udah sepi, memang keluargaku biasanya sudah istirahat jam delapan. Kecuali Fitri yang kadang-kadang masih belum tidur. Tapi saat itu, aku melihat Zahra yang tengah tertidur disofa sambil memegang Al-Qur’an kecil ditangannya. Pada awalnya aku ingin membangunkannya agar pindah ke kamar, tapi saat itu ibu tiba-tiba keluar
“Jangan dibangunin, kasian dia cape” kata ibu
“Cape kenapa?” tanyaku
“Ya cape, kamu pikir dirumah dia main? Engga nak, dia ngerjain semua pekerjaan rumah yang biasa ibu lakukan” kata ibu
“Semua?” aku tak percaya
“Iya semua” kataibu “Kamu gendong dia ke kamar, pelan-pelan aja” lanjutnya
Memang postur tubuhnya bisa dibilang kecil. Ia memiliki tinggi 150cm, dan berat badan sekitar 45kg saja. Mungil, tapi menggemaskan. Kurang lebih sama seperti Fitri. Perlahan aku mengangkatnya dan berjalan menuju kamar. Saat membawanya, aku menatap wajahnya dari dekat
“Sial, malah penasaran sama wajahnya” ucapku dalam hati
Setelah di kamar, aku merebahkan dia secara perlahan di kasur. Nampak ia hanya bergerak sedikit saat itu. Nafasnya dapat kurasakan kalau dia sudah begitu lelah. Saat itu, aku berniat ingin melepas cadarnya, namun saat aku hendak menarik tali cadarnya, tiba-tiba ia membuka matanya
“Haaaah” katanya berteriak kecil sambil memegang cadarnya
“Apaan sih, ngagetin aja” ucapku
“Mas mau ngapain mas?” tanyanya
“Engga itu, kamu tidur di sofa, ibu bilang untuk mindahin kamu kesini” ucapku
“Terus kenapa megang cadar aku?” katanya
Mungkin ia sadar dengan cadarnya yang melonggar
“Gapapa, ga sengaja aja” ucapku gengsi kalau bilang ingin melihat wajahnya
“Udah ah, aku mau tidur” katanya sambil membelakangiku
“Iya, yaudah sana” kataku
Beberapa saat aku terdiam sambil mengecek handphoneku dan grup sekolahku. Tapi ga ada apa-apa. Cewek? Ga, ga ada. Aku ga pernah buka chat kecuali jiga memang dirasa penting saja.
“Mas” panggil Zahra
“Kenapa?” tanyaku
“Maaf ya, aku udah teriak” katanya
“Gapapa, maaf juga tadi udah marah-marah pas pulang” ucapku
“Mas, sebenarnya . . . “ ucap Zahra gugup
“Kenapa?” tanyaku
“Aku masih belum siap untuk buka cadar, aku ngerasa ga biasa aja, tapi mungkin sekarang ya” katanya
Zahra duduk dan memegang tali cadarnya. Saat ia hendak menarik turun cadarnya, aku menahan tangannya. Aku dapat merasakan dia gemetar saat itu.
“Jangan” ucapku
“Ke . . kenapa?” tanyanya
“Kalau ragu atau belum siap, gapapa Jangan dipaksa” kataku
“Em, bener gapapa?” tanyanya
“Iya gapapa” kataku
Sontak ia melihatku dan langsung memelukku saat itu. Aku hanya membalasnya dengan usapan di kepalanya saja
“Bimbing aku untuk jadi istri yang baik mas, dan ingatkan aku jika salah” katanya
“InsyaAllah” jawabku
oktavp dan 2 lainnya memberi reputasi
3