Hallo Sobat Kaskuser dimana sahaja berada, salam damai!


Kita melihat dunia ini dan kita akan merasakan dan juga membayangkan kalau apa yang terjadi sekarang pun tidak jauh beda dengan puluhan tahun lalu bahkan ratusan tahun yang lalu, kengerian perang masih tetap ada

Ya perang tentu ada hukumnya pula sebagaimana sepakbola tapi berbeda dengan olahraga populer itu, dalam perang mungkin para pelakunya para penjahat perang menganggap aturan perang adalah gurauan

Hukum perang adalah peraturan yang sangat terpuji, semisal yang diungkapkan Frederick Rosen penulis buku Collateral Damage: A Candid History Of A Death yang menulis "mengacu pada hukum perang, menembakkan roket atau mortar tanpa mengecek ada atau tidaknya warga sipil (di area target) adalah tindakan ilegal" namun benarkan ada bangsa yang benar benar mematuhi hanya untuk satu aturan itu sahaja?










Hari ini 32 tahun yang lalu,

Tepatnya 12 februari 1991 Walid William Esho seorang pemuda Irak berusia 18 tahun mengantar ibunya Shonee Shamoan Eshaq ke tempat penampungan umum nomor 25 di Amiriyah, Baghdad sebuah bunker yang dirasa aman oleh pemerintah Saddam Husain untuk melindungi warganya dari bombardir pesawat pesawat pembom Amerika!

Itulah terakhir kali dia melihat orang paling dicintainya dalam hidupnya, mencium kening ibunya ia bepesan "kau akan tetap aman disini bu, aku akan ikut membantu tentara Irak mengevakuasi korban jika terjadi lagi serangan bom yang menghancurkan perumahan penduduk di kota ini, aku akan menemuimu besok!" ujar esho sambil meninggalkan ibunya dalam bunker, tanpa pandangan perpisahan mengharukan walau kenyataan hari hari itu baghdad adalah kota yang sangat mencekam


Dini hari 13 Februari, dari kejauhan Esho yang sedang bersama tentara Irak mendengar dentuman keras berasal dari tempat ibunya berlindung, ia tak percaya bom itu meledak tepat ditempat ibunya dan 400 warga sipil lainnya berlindung, bergegas dia ke bunker dan pagi harinya ia menemukan mantel dan cincin ibunya "ini bukan ibuku, itu bukan punya ibuku" teriaknya lirih, beberapa tentara irak memegang pundaknya seraya berusaha menenangkan dirinya

Eshaq 45 tahun adalah salah satu dari 400 warga sipil Irak yang tewas malam itu, insiden paling mematikan yang disebabkan oleh dua bom "pintar" berpemandu laser milik Amerika dan sampai sekarang 13 Desember 2023 tak ada satupun yang dimintai pertanggungjawaban atas tragedi kemanusiaan itu, sedangkan klaim dari pihak Amerika menuding penampungan warga sipil itu adalah pusat komando militer pasukan tentara Irak, menurut jenderal bintang empat Merrill Mcpeak saat itu AS mengandalkan satelit pengumpul intelejen dan sulit untuk memisahkan warga sipil dengan seseorang yang berseragam,




Dia menambahkan bahwa AS telah bertindak luar biasa meminimal jumlah korban sipil dalam perang irak dan kita seharusnya mendapatkan penghargaan untuk ini, bukan meminta maaf!

Sehebat apa intelejen Amerika?

Hasil intelejen Amerika di Irak 10 tahun kemudian di perang teluk 2, banyak ambulans mencurigakan!













Sedikit dari Saya tentang "Hari Ini 32 Tahun Yang Lalu: 2 Bom Pintar AS Tewaskan 400 Warga Sipil Amiriyah, Irak!" jika ada kesalahan atau kekeliruan dalam penulisan maupun isi tulisan mohon dikoreksi, baik untuk Saya!

Apapun perangnya, korban sipil yang paling menderita...hentikan perang!

Orang tua yang menciptakan perang, anak muda yang menanggung akibatnya...di masa damai anak anak menangisi kepergian orang tuanya, di masa perang orang tua menangisi kepergian anak anaknya!

"narasi dan opini sendiri"


Tulisan Sendiri:

@amekachi

Sumber Tulisan dan Gambar:

1

2

3

4