- Beranda
- Stories from the Heart
Teman Sejati
...
TS
aranea
Teman Sejati
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Selamat datang di thread sederhana ini. Apakabar kalian semua? Semoga temen-temen semua dalam keadaan baik baik saja, sehat, dan teman-teman semua dalam keadaan bahagia dimanapun teman-teman berada.
Oke mang.
Oke mang.
Disini saya mencoba menuliskan sebuah cerita yang terjadi beberapa tahun lalu yang sebelumnya sudah saya tulis, namun tidak pernah saya publikasikan. Tapi semoga dengan menulis disini bisa membantu saya juga dalam mengembangkan potensi saya dalam menulis.
Cerita ini akan memiliki dua POV, yang dimana, update keduanya insyaAllah akan selalu berbarengan sedikit demi sedikit. Saya berharap selain bisa mengembangkan potensi menulis saya, apapun yang saya tulis bisa dipetik hal baiknya dan dibuang hal buruknya. Dan semoga bisa menghibur para reader budiman disini.
- Selamat Membaca -
INDEX
- Selamat Membaca -
INDEX
Fajar Adi Prabowo
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Azzahra Nafeeza Fatharani
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 1
Part 2
Part 3
Part 4
Part 5
Part 6
Part 7
Part 8
Part 9
Part 10
Part 11
Part 12
Part 13
Part 14
Part 15
Part 17
Part 18
Part 19
Part 20
Diubah oleh aranea 04-06-2023 12:26
percyjackson321 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
4.2K
65
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aranea
#4
Part 2
Fajar Adi Prabowo
Aku dan semua keluargaku disambut oleh pemilik rumah yang aku sendiri sangat asing dengan orang maupun rumah ini.
“Alhamdulillah sampai juga” ucap seorang wanita di teras menyambut kami
“Alhamdulillah hehe” ucap ibu
“Zidan, itu toiong bantu” kata wanita itu pada seorang lelaki yang kutaksir itu adalah anaknya
Kamipun dipersilahkan masuk. Luar biasa, rumah ini begitu mewah. Berbeda sekali dengan rumah kami di kampung.
“Ini yang namanya Fajar?” tanya wanita tadi
“Iya bu” kata ibu “Kenalkan ini ummi Fida” kata ibu padaku
“Saya Fajar” ucapku
“Hallo bro, gue Zidan” kata cowok itu
Ibu dan ummi Fidapun mengobrol, ternyata mereka merupakan teman semasa sekolah dulu. Tapi jika silaturahmi apa harus sejauh ini?
“Wah, makin besar aja rumahnya bu” kata ibu pada ummi Fida
“Alhamdulillah, hehe, Zidan sudah bisa seperti sekarang” kata ummi
“Kalau bukan karena pak Riko dan bu Salmah juga mungkin Zidan ga bisa seperti sekarang hehe” kata Zidan
Keluargaku dan keluarga ummi Fida saling mengobrol dan basa-basi tentang kabar kami. Setelah beberapa saat menyimak obrolan mereka, ada satu perempuan yang datang dari dalam
“Nak, panggilkan” ucap ummi Fida pada perempuan itu. Beberapa saat kemudian, ia kembali bersama seorang perempuan yang postur tubuhnya lebih kecil darinya, kemudian duduk disamping ummi Fida
Aku masih tidak mengerti apa tujuan keluargaku datang kemari.
“Nah kenalkan, ini Zahra” kata ummi Fida
“MasyaAllah cantiknya” kata ibu
“Jadi gini nak, maksud ibu ngajak kamu kesini, karena ibu sama bapak mau menjodohkan kamu sama anaknya ummi Fida” kata bapak
Apa? Dijodohkan? Baru saja hatiku merasa kecewa, tapi sekarang aku malah dijodohkan?
“Apaan sih bu, pak, kenapa tiba-tiba main jodoh-jodohan?” kataku sedikit meninggi
“Ibu sama bapak punya alasan sendiri nak” kata ibu
“Apa? Karena ngerasa pernah ngebantu mereka?” ucapku
“Jaga bicara kamu nak, tenang” kata bapak
Memang selama ini aku selalu menuruti keinginan ibu dan bapak. Tapi bukan berarti hal seperti inipun aku harus menurutinya. Aku melihat kearah gadis yang diperkenalkan itu. Ia mengenakan gamis berwarna biru dongker dan memakai cadar berwarna hitam. Aku sedikit kurang menyukai penampilannya. Berbeda dengan Risma, maksudku kenapa ia harus menutupi wajahnya seperti itu? Apa takut kelihatan jelek?
Ia hanya tertunduk tanpa berkata apa-apa. Ummi Fida nampak kaget melihat reaksiku. Aku memutuskan untuk bangkit dari tempat duduk dan pergi keluar rumah. Belum lama aku menyukai seseorang tetapi aku harus merelakannya, tapi apakah caranya harus seperti ini? Tiba-tiba seseorang menepuk pundakku, dan itu adalah Zidan
“Kenapa?” tanyaku padanya
“Tenang bro, jangan marah-marah dulu” kata Zidan
“Siapa yang ga kesel, tiba-tiba main dijodohkan seperti ini bahkan tanpa sepengetahuan gue” kataku
“Yaa gue udah denger dari ummi” kata bang Zidan
“Apa?” kataku
“Ummi itu sayang banget sama Zahra. Sekarang Zahra mau masuk kuliah, dan ummi khawatir sama Zahra, sehingga ia mempercayakan lo untuk jaga dia” kata bang Zidan
“Kenapa gue?” tanyaku
“Ya salah satunya karena ummi udah kenal lama dengan bu Salmah, dan ummi udah percaya kamu bisa jadi imam yang baik” kata Zidan
Aku terdiam masih berusaha mencerna apa yang terjadi tadi. Sampai tak lama ada seseorang menghampiriku
“Kakak, jangan marah-marah” kata Fitri
“Kamu ga ngerti apa-apa dek” kataku
“Kak, kalaupun kakak ga mau, kakak bisa bilang baik-baik, jangan kaya gini kak” kata Fitri
Aku menarik nafas, gatau harus berbuat apa. Aku ga mau menerima perjodohan ini, apalagi dengan perempuan yang wajahnya saja belum jelas. Tapi aku juga ga mau mengecewakan ibu sama bapak. Tapi apa harus seperti ini caranya?
Aku berjalan kembali kerumah tanpa bicara apa-apa lagi. Saat aku tiba di pintu depan, ibu dan bapak memintaku duduk disamping mereka
“Maaf ya, kalau ini mendadak. Ibu ga akan maksa kamu buat nerima perjodohan ini” kata ibu
Aku harus apa? Terlihat dari tatapan bapak dan ibu kalau mereka berharap aku menerima.perjodohan ini
“Kasih Fajar satu alasan kenapa Fajar harus nerima perjodohan ini” kataku
“Ibu pengen yang terbaik buat kamu, ibu gamau kamu salah pilih, dan percayalah sama ibu, pilihan ibu ga salah” lata ibu
“ . . . “ Aku hanya terdiam
“Suatu hari kamu bakal ngerti” lanjut ibu
Aku menatap ibu, bapak, ummi Fida, kemudian tertunduk sambil menghembuskan nafas dalam
“Oke Fajar mau” kataku
“Tapi ibu gamau kalau kamu terpaksa” kata ibu
“Ngga bu, Fajar ikhlas. Maaf Fajar udah bersikap kurang ajar. Maaf tante, saya sudah berteriak” kataku
“Gapapa, pasti kaget ya. Kamu sendiri gimana nak? Apa kamu bersedia?” tanya ummi Fida pada anaknya
“Zahra . . . turuti kata ummi aja” katanya
“Alhamdulillah, berarti sebentar lagi kita bakal jadi besan ya bu hehe” kata ummi Fida
“Lalu kapan pernikahannya akan dilaksanakan?” tanya bapak
“Kalau itu kesiapan kalian berdua gimana?” tanya ummi Fida padaku dan Zahra
Kami berdua sama-sama diam, sampai akhirnya ibu mengajukan untuk mempercepat pernikahannya. Dan dalam waktu dua minggu kedepan pernikahan akan berlangsung. Untuk mahar ummi Fida sendiri berkata kesanggupanku saja, tapi ibu ternyata sudah mempersiapkannya.
Singkat cerita, setelah perjodohan dadakan itu, beberapa hari berlalu mendekati hari pernikahanku. Dalam hatiku masih penuh dengan pertanyaan
“Ini gue beneran nikah?”
Aku sendiri bahkan belum tau seperti apa wajah Zahra. Berbagai fikiran melintas dipikiranku. Apakah dia cantik atau tidak? Apakah ia menutup wajahnya karena memiliki penyakit kulit? Pokonya prasangka baik ataupun buruk berkecamuk dalam benakku.
Hari ini aku tengah bersiap untuk berangkat kembali ke Bekasi untuk melangsungkan pernikahan itu. Pernikahan yang seharusnya didasari dengan cinta, bahkan aku sendiri ga ada rasa dengan perempuan itu.
“Jangan gugup, ini nama lengkap calon istri kamu, hafalkan” kata ibu sambil memberikan kertas dan tertulis Azzahra Nafeeza Fatharani binti Ruslan (almarhum)
Kami langsung menuju masjid yang sudah dijanjikan sebelumnya untuk melaksanakan acara pernikahan. Acara ini dihadiri oleh orang-orang terdekat saja termasuk saksi. Karena bukanlah pesta mewah, suasana sedikit tenang
“Saya terima nikahnya Azzahra Nafeeza Fatharani binti Ruslan (almarhum) dengan maskimpoi seperangkat alat shalat dan cincin seberat tiga gram dibayar tunai” ucapku
“Bagaimana para saksi?”
“SAH”
oktavp dan 2 lainnya memberi reputasi
3