- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
![aymawishy](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/12/12/avatar11138712_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/images/2022/11/13/11138712_202211130230500233.png)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
![](https://img.youtube.com/vi/P2s2LCFFACI/0.jpg)
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
![lifi1994](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/06/23/default.png)
![Nankendra](https://s.kaskus.id/user/avatar/2010/10/18/avatar2171039_1.gif)
![snf0989](https://s.kaskus.id/user/avatar/2018/05/16/avatar10214079_360.gif)
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
60.3K
Kutip
1K
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Stories from the Heart](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-51.png)
Stories from the Heart![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
![aymawishy](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/12/12/avatar11138712_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
aymawishy
#172
Part 47 - Drama Di Hari Pertama
Spoiler for Drama Di Hari Pertama:
“Hei para gadis remaja! Ini jam berapa??”, teriak Mom Ule saat keempat temanku baru memasuki kelas. Sontak aku yang tengah duduk di kursi bagian depan jadi sedikit gemetar! Sedang mereka yang masih berdiri di dekat pintu kelas, tertunduk ketakutan.
“Kalau jam keberangkatan pesawat kalian jam 8, terus kalian dateng jam 8-nan begini, PESAWAT BISA DELAY, MBA!!”, suara Mom Ule makin menggelegar.
“Mulai besok, saya ga mau kalian melakukan kesalahan yang sama lagi seperti pagi ini! Bisa ya?”
“Bisa, Mom…”, jawab kami serempak dengan mimik wajah yang kaku seperti kanebo kering.
“Kalian yang telat, sini!!”, Mom Ule masih terlihat sangat marah, membuat keempat temanku yang sebelum memasuki kelas terdengar cekikian tiba-tiba diam seribu bahasa dengan mimik wajah yang...ah susah untuk ku jelaskan!
“Coba sekarang perkenalkan diri kalian satu-satu!!”, perintah Mom Ule setelah mereka berdiri di depan papan tulis. Mereka pun mulai menyebutkan nama dan daerah asal mereka satu per satu.
“Kate! Rambutnya dirapikan lagi! Kalau kamu ga bisa ngebentuk rambut croissant, potong pendek!!”, Mom Ule mulai menilai penampilan Kate, yang saat itu berdiri di dekat Mom Ule.
“Sepatu kamu, kenapa masih pake sepatu beludru? Bukannya sudah saya sampaikan standar sepatu yang harus kalian pakai di hari Jum’at kemarin?!”, kali ini Mom Ule mengkritik sepatu Elda.
“Maaf Mom saya ga ada waktu untuk beli sepatu karena saya…”, ujar Elda berusaha memberikan penjelasan namun dipotong oleh Mom Ule.
“Saya ga nerima alasan apapun ya, Mba!! Mulai besok, saya ga mau liat ada yang memakai sepatu berbahan beludru diantara kalian!”, kata Mom Ule singkat padat jelas.
Tak berhenti disitu, Mom Ule terus mengkritik dan mencari kesalahan-kesalahan mereka. Dari warna lipstik yang kurang cerah lah, dari make-upyang terlalu bold lah, dari syal yang bentuknya ga rapi lah, dan masih banyak lagi.
“Coba sekarang buka travel bag kalian!”, perintah ke sekian kalinya dari Mom Ule. Bersyukurnya, mereka berempat membawa semua buku-buku yang telah dibagikan di hari Jum’at kemarin. Jadilah mereka diminta untuk segera duduk setelah mendapatkan surat peringatan pertama.
Saat itu, jujur aku bisa bernapas lega. Karena aku berpikir semua drama pagi ini sudah berakhir. Namun, aku salah! Drama itu terus berlanjut karena Mom Ule meminta kami untuk maju ke depan satu per satu sembari membawa travel bag kami.
Selain menilai penampilan kami pagi itu, Mom Ule juga memeriksa isi dari travel bag kami, apakah isinya lengkap atau engga!
Dari dua puluh tiga orang, ada satu orang yang ternyata melakukan pelanggaran yang paling banyak.
Pertama, sepatu dia berbahan beludru. Kedua, dia tidak menggunakan syal. Ketiga, rambut pendeknya berentakan. Keempat, dia tidak memakai riasan di wajahnya. Kelima, di dalam travel bagnya, hanya ada FAM dan satu buku catatan. Padahal seharusnya, selain FAM dan buku catatan, masih ada empat macam buku lagi yang harus dibawa.
Yang membuat Mom Ule marah besar adalah dia sama sekali ga ada rasa bersalah apalagi berusaha untuk meminta maaf, dia lebih memilih untuk bersikap bodo amat.
Alhasil, dia pun juga mendapatkan surat peringatan di hari pertama kami akan memulai pelatihan.
Jika ditanya bagaimana suasana pagi itu di dalam kelas? Sumpah menegangkan!! 🥲
Meski begitu, di detik-detik menjelang jam setengah sembilan pagi, Mom Ule pun menjelaskan kenapa dia bersikap sekeras itu kepada kami.
“Anak-anakku sayang, percayalah, saya sekeras ini, saya sebawel ini, tujuannya ya agar kalian bisa lebih disiplin. Saya membuat peraturan a sampai z, agar kalian terbiasa mengikuti peraturan yang diberlakukan di maskapai nantinya. Seorang flight attendant itu wajib mengikuti aturan dan prosedur yang ada jika ingin selamat. Kalau kalian melanggar aturan yang menurut kalian sepele, mungkin emang ga berdampak saat ini, tapi bagaimana jika hal itu dilakukan terus berulang-ulang? Bagaimana jika kalian terus membiasakan sesuatu yang ga wajar dan menyimpang? Saya yakin, ada saatnya kalian akan ‘celaka’ akibat sesuatu yang kalian perbuat sendiri. Bahkan kalian bisa mencelakakan orang lain dengan sikap kalian yang begitu! Ayolah, kalian ini sudah berusia 18 tahun ke atas, sudah bisa membedakan mana baik mana buruk. Sudah tau apa yang dilarang dan apa yang engga dilarang. Yuk mulai saat ini, ubah pola pikir kalian yang menyebutkan ‘aturan ada untuk dilanggar!’. Ga ada ya yang seperti itu!!”, kali ini Mom Ule menyampaikan uneg-unegnya dengan sangat lembut. Seperti seorang Ibu yang sedang menasehati anak-anaknya yang baru saja melakukan kesalahan.
“Saya ga mau flight attendant yang saya didik tumbuh menjadi seorang FA yang lalai, yang ga disiplin, dan banyak dikeluhkan oleh senior-senior dan rekan kerjanya. Saya ingin kalian menjadi flight attendant yang berattitude baik dan berprestasi!!”, ujarnya lagi.
Menurutku, apa yang disampaikan oleh Mom Ule pagi itu, berhasil terserap dalam memori ingatanku dengan sangat baik. Sebab, sejak saat itu, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik dengan selalu mematuhi peraturan yang ada bukan karena takut kena sanksi, melainkan takut berdampak buruk terhadap diriku sendiri apabila aku tak mematuhi aturan yang sudah diberlakukan.
Disaat kami sama-sama saling terdiam, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas kami. Mom Ule pun membukakan pintunya seolah dia mengetahui siapa yang datang.
“Welcome, Bu Chief!”, sambutnya sembari memeluk dan bercipika-cipiki dengan sosok perempuan cantik dan keibuan yang pernah kutemui sebelumnya.
Mom Ule langsung terlihat ceria ketika Bu Chief datang. Mereka pun saling mengobrol dan bersenda gurau di depan kelas, dihadapan kami. Sedang aku dan teman-temanku, hanya bisa duduk mematung memperhatikan mereka, sebab ketegangan yang terjadi di drama hari pertama masih belum menghilang dari kami ber-dua puluh tiga.
Kepalaku yang masih mengarah tegak lurus ke depan, memaksa kedua mataku untuk melirik jam dinding yang berada diatas papan. Rupanya jam masih menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menitan. Rasanya waktu berlalu begitu sangat lamban.
“Anak-anakku yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng, pagi ini hingga besok, Bu Chief yang akan memberikan materi langsung kepada kalian. Tapi tetap, saya akan terus mengawasi! Baiklah kalau begitu, saya serahkan anak-anak saya kepada Ibu yaa..”, kata Mom Ule sebelum ia pergi meninggalkan kelas kami.
“Makasih ya Mom Ule…”, balas Bu Chief sembari tersenyum cerah. Aku yang sedari tadi memperhatikannya, refleks ikut tersenyum. Beliau ini terlihat sangat anggun dan super menenangkan. Adem gitu liatnya.
Dalam jadwal yang kami terima, materi basic indoctrination mengawali kegiatan pelatihan kami. Basic Indoctrination itu lebih ke memperkenalkan identitas perusahaan gitu. Dan pada kesempatan itu, Bu Chief sendiri yang memberikan materi itu kepada kami.
“Selamat pagi semua!”, sapanya kepada kami.
“Selamat pagi, Mom!”, jawab kami serempak.
“Gimana semalam bobonya? Nyenyak ga?”, tanyanya mencairkan suasana.
“Enggak Mom!”, jawab salah satu rekanku.
“Susah tidur Mom, ACnya dingin banget di kamar!”, jawab rekanku yang lain.
“Ga nyenyak Mom, ngebayangin pagi ini bakal seperti apa!”, jawab yang lainnya juga.
Bu Chief tersenyum mendengar jawaban dari rekan-rekanku.
“Kira-kira, hari ini bakal ngapain aja ya? Pasti sebagian dari kalian bertanya-tanya seperti itu semaleman dalam benak kalian, jadinya ga bisa nyenyak tidurnya! Hayo ngaku?”, tebak Bu Chief masih dengan senyumnya yang memukau. Kami pun menanggapinya dengan berbeda-beda. Ada yang tanpa malu langsung mengiyakan. Ada yang hanya ketawa sambil membenarkan. Ada juga yang hanya tersenyum dan mengiyakan dalam hati.
“Hehe wajar anak-anak! Itu artinya kalian ada ketertarikan terhadap pelatihan hari ini sehingga membuat kalian penasaran dalam setiap detiknya. Nikmati saja, jangan terlalu banyak dipikirkan! Oke?”, setiap kalimat yang diucapkan oleh Bu Chief itu seperti mengandung mantra, karena membuatku seketika menjadi benar-benar lega.
“Tak kenal maka tak sayang. Jadi sebelum materi saya berikan, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, selanjutnya kalian yang memperkenalkan diri ya. Gantian!”
Lalu Bu Chief pun mulai memperkenalkan dirinya kemudian berlanjut kepada kami yang satu-satu menyebutkan nama, memberitahu tentang pengalaman kami setelah lulus SMA, juga memberitahu darimana kami berasal. Secara tidak langsung, dengan perkenalan yang demikian, kami saling mengetahui satu sama lain, pengalaman apa yang dimiliki dari kandidat satu dengan kandidat yang lain.
Setelah sesi perkenalan usai, Bu Chief segera menjelaskan tentang profil perusahaan. Sekitar tiga jam lamanya beliau memperkenalkan perusahaan kepada kami dan membuat kami tersadar bahwa perusahaan ini adalah salah satu perusahaan penerbangan terbesar dan terbaik di Indonesia setelah Garuda Indonesia dan Citilink di tahun 2016-2017.
Saat jam ISHOMA telah usai, Bu Chief tiba-tiba memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan kepada kami.
“Anak-anak, apa yang kalian tau tentang flight attendant?”
“Seseorang yang bertanggung jawab akan keselamatan penumpang di dalam pesawat, Mom.”, jawab Ari.
“Betul.. Apalagi menurut kalian?”
“Seseorang yang dapat membantu penumpang di dalam pesawat.”, jawab Imas.
“Hmm oke, betul juga. Ada yang lain?”
“Seseorang yang bisa bekerja dalam tekanan yang berbeda-beda tiap terbang, Mom!”, jawab rekanku yang lain.
Saat itu aku agak kaget ya, karena ternyata rekan-rekanku cukup aktif merespons pertanyaan dari Bu Chief. Kalau jaman sekolah dan kuliah, biasanya kan yang aktif satu-dua orang gitu kan. Nah kali ini, justru yang ga aktif itu yang satu-dua orang aja, hehe.
“Good! Jawaban kalian ga ada yang salah. Semua benar karena semua itu menurut sudut pandang kalian, bukan? Coba sekarang kalian buka FAM kalian chapter satu halaman (sekian)!”
Kami yang sudah diajarkan cara membaca FAM oleh Bu Chief beberapa saat sebelum jam istirahat tadi, langsung mengerti dan melakukan arahan yang diberikan.
“Dalam regulasi yang ada pada ICAO (International Civil Aviation Organization), yaitu ANNEX (saat ini sudah terdapat 19 ANNEXES), Flight Attendant itu adalah a crewmember who performs, in the interest of safety of passenger, duties assigned by the operator or the pilot in command of the aircraft, but who shall not act as a flight crew member. Dalam bahasa, Flight Attendant itu artinya adalah seorang crewmember yang bertanggung jawab atas keselamatan penumpang yang ditugaskan oleh operator (dalam hal ini adalah maskapai) atau pilot in command (Captain dalam penerbangan) pada pesawat tersebut, namun tidak boleh bertindak sebagai flight crew member.
Jadi, pada intinya, tugas seorang Flight Attendant itu adalah bertanggung jawab atas keselamatan penumpangnya. Oleh karena itu, kalian harus mengikuti pelatihan ini hingga beberapa bulan ke depan, agar kalian bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Tadi ada yang menjawab, bahwa FA itu tugasnya membantu penumpang. Dalam hal ini, membantunya itu bukan serta merta kalian ngangkatin koper dan barang mereka ke luggage bins ya! Bukan! Kalian tidak bertanggung jawab atas itu! Dan, kalian pun berhak menolak secara baik-baik permintaan penumpang yang menyuruh kalian meletakkan kopernya ke dalam luggage bins! Kecuali, penumpang tersebut adalah seorang lansia yang terbang seorang diri, seorang Ibu hamil yang terbang seorang diri, atau seseorang yang memiliki cedera di tangannya. Kalau penumpang itu sehat, kuat, dan bugar, kalian dilarang untuk melakukan itu ya, Nak! Kalau engga, kalian minta mereka untuk sama-sama angkat kopernya dengan kalian, jadi ngangkatnya berdua. Atau lebih baik kalian minta tolong kepada groundstaff untuk meletakkannya di luggage bins atau dikargokan sekalian.
Kenapa saya melarang keras kalian membantu mengangkat koper penumpang ke dalam luggage bins?
Gini, kalian terbang sehari, misal sebanyak 4 landing yang artinya 4 kali boarding (proses penumpang masuk ke dalam pesawat). Kalau setiap boarding kalian naikin 1 koper penumpang, berarti dalam sehari kalian naikin 4 koper penumpang. Jika dalam 30 hari? Berapa kali kalian ngangkatin koper penumpang itu? 120 kali kan? Bisa-bisa, tulang belakang kalian akan bengkok, Nak! Kalau tulang belakang kalian sudah bengkok, itu nyeri loh! Dan bisa membahayakan kalian! Hal sepele bukan? Nah nanti, kalian akan diberikan materi yang lebih detail mengenai koper penumpang yang bisa masuk ke dalam kabin. Disini saya hanya mengulik sedikit saja ya.. Sampai sini paham?”
“Paham, Mom..”, jawab kami.
“Kira-kira, ada yang ingin ditanyakan?”, Bu Chief memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya.
“Saya, Mom.”, salah satu rekanku mengacungkan tangannya.
“Ya, silahkan..”
“Dalam pengertian Flight Attendant yang sudah Mom jelaskan, ada kalimat bahwa dutynya seorang FA, itu diberikan oleh operator itu sendiri atau oleh PIC (Captain) dalam pesawat itu. Itu artinya, maaf ya Mom sebelumnya..”, rekanku mulai ragu-ragu.
“It’s okay. Lanjutkan, gapapa.”, kata Bu Chief ramah.
“Hm itu artinya, yang dibilang orang-orang diluar sana, kalau pramugari itu harus deketin pilotnya biar jam terbangnya banyak, bener ya Mom?”
Sontak aku menoleh ke arah rekanku karena kaget mendengar pertanyaan itu. Dan ternyata tidak hanya aku yang melakukan hal tersebut, melainkan teman-temanku yang lain juga.
“Kalau jam keberangkatan pesawat kalian jam 8, terus kalian dateng jam 8-nan begini, PESAWAT BISA DELAY, MBA!!”, suara Mom Ule makin menggelegar.
“Mulai besok, saya ga mau kalian melakukan kesalahan yang sama lagi seperti pagi ini! Bisa ya?”
“Bisa, Mom…”, jawab kami serempak dengan mimik wajah yang kaku seperti kanebo kering.
“Kalian yang telat, sini!!”, Mom Ule masih terlihat sangat marah, membuat keempat temanku yang sebelum memasuki kelas terdengar cekikian tiba-tiba diam seribu bahasa dengan mimik wajah yang...ah susah untuk ku jelaskan!
“Coba sekarang perkenalkan diri kalian satu-satu!!”, perintah Mom Ule setelah mereka berdiri di depan papan tulis. Mereka pun mulai menyebutkan nama dan daerah asal mereka satu per satu.
“Kate! Rambutnya dirapikan lagi! Kalau kamu ga bisa ngebentuk rambut croissant, potong pendek!!”, Mom Ule mulai menilai penampilan Kate, yang saat itu berdiri di dekat Mom Ule.
“Sepatu kamu, kenapa masih pake sepatu beludru? Bukannya sudah saya sampaikan standar sepatu yang harus kalian pakai di hari Jum’at kemarin?!”, kali ini Mom Ule mengkritik sepatu Elda.
“Maaf Mom saya ga ada waktu untuk beli sepatu karena saya…”, ujar Elda berusaha memberikan penjelasan namun dipotong oleh Mom Ule.
“Saya ga nerima alasan apapun ya, Mba!! Mulai besok, saya ga mau liat ada yang memakai sepatu berbahan beludru diantara kalian!”, kata Mom Ule singkat padat jelas.
Tak berhenti disitu, Mom Ule terus mengkritik dan mencari kesalahan-kesalahan mereka. Dari warna lipstik yang kurang cerah lah, dari make-upyang terlalu bold lah, dari syal yang bentuknya ga rapi lah, dan masih banyak lagi.
“Coba sekarang buka travel bag kalian!”, perintah ke sekian kalinya dari Mom Ule. Bersyukurnya, mereka berempat membawa semua buku-buku yang telah dibagikan di hari Jum’at kemarin. Jadilah mereka diminta untuk segera duduk setelah mendapatkan surat peringatan pertama.
Saat itu, jujur aku bisa bernapas lega. Karena aku berpikir semua drama pagi ini sudah berakhir. Namun, aku salah! Drama itu terus berlanjut karena Mom Ule meminta kami untuk maju ke depan satu per satu sembari membawa travel bag kami.
Selain menilai penampilan kami pagi itu, Mom Ule juga memeriksa isi dari travel bag kami, apakah isinya lengkap atau engga!
Dari dua puluh tiga orang, ada satu orang yang ternyata melakukan pelanggaran yang paling banyak.
Pertama, sepatu dia berbahan beludru. Kedua, dia tidak menggunakan syal. Ketiga, rambut pendeknya berentakan. Keempat, dia tidak memakai riasan di wajahnya. Kelima, di dalam travel bagnya, hanya ada FAM dan satu buku catatan. Padahal seharusnya, selain FAM dan buku catatan, masih ada empat macam buku lagi yang harus dibawa.
Yang membuat Mom Ule marah besar adalah dia sama sekali ga ada rasa bersalah apalagi berusaha untuk meminta maaf, dia lebih memilih untuk bersikap bodo amat.
Alhasil, dia pun juga mendapatkan surat peringatan di hari pertama kami akan memulai pelatihan.
Jika ditanya bagaimana suasana pagi itu di dalam kelas? Sumpah menegangkan!! 🥲
Meski begitu, di detik-detik menjelang jam setengah sembilan pagi, Mom Ule pun menjelaskan kenapa dia bersikap sekeras itu kepada kami.
“Anak-anakku sayang, percayalah, saya sekeras ini, saya sebawel ini, tujuannya ya agar kalian bisa lebih disiplin. Saya membuat peraturan a sampai z, agar kalian terbiasa mengikuti peraturan yang diberlakukan di maskapai nantinya. Seorang flight attendant itu wajib mengikuti aturan dan prosedur yang ada jika ingin selamat. Kalau kalian melanggar aturan yang menurut kalian sepele, mungkin emang ga berdampak saat ini, tapi bagaimana jika hal itu dilakukan terus berulang-ulang? Bagaimana jika kalian terus membiasakan sesuatu yang ga wajar dan menyimpang? Saya yakin, ada saatnya kalian akan ‘celaka’ akibat sesuatu yang kalian perbuat sendiri. Bahkan kalian bisa mencelakakan orang lain dengan sikap kalian yang begitu! Ayolah, kalian ini sudah berusia 18 tahun ke atas, sudah bisa membedakan mana baik mana buruk. Sudah tau apa yang dilarang dan apa yang engga dilarang. Yuk mulai saat ini, ubah pola pikir kalian yang menyebutkan ‘aturan ada untuk dilanggar!’. Ga ada ya yang seperti itu!!”, kali ini Mom Ule menyampaikan uneg-unegnya dengan sangat lembut. Seperti seorang Ibu yang sedang menasehati anak-anaknya yang baru saja melakukan kesalahan.
“Saya ga mau flight attendant yang saya didik tumbuh menjadi seorang FA yang lalai, yang ga disiplin, dan banyak dikeluhkan oleh senior-senior dan rekan kerjanya. Saya ingin kalian menjadi flight attendant yang berattitude baik dan berprestasi!!”, ujarnya lagi.
Menurutku, apa yang disampaikan oleh Mom Ule pagi itu, berhasil terserap dalam memori ingatanku dengan sangat baik. Sebab, sejak saat itu, aku selalu berusaha melakukan yang terbaik dengan selalu mematuhi peraturan yang ada bukan karena takut kena sanksi, melainkan takut berdampak buruk terhadap diriku sendiri apabila aku tak mematuhi aturan yang sudah diberlakukan.
Disaat kami sama-sama saling terdiam, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kelas kami. Mom Ule pun membukakan pintunya seolah dia mengetahui siapa yang datang.
“Welcome, Bu Chief!”, sambutnya sembari memeluk dan bercipika-cipiki dengan sosok perempuan cantik dan keibuan yang pernah kutemui sebelumnya.
Mom Ule langsung terlihat ceria ketika Bu Chief datang. Mereka pun saling mengobrol dan bersenda gurau di depan kelas, dihadapan kami. Sedang aku dan teman-temanku, hanya bisa duduk mematung memperhatikan mereka, sebab ketegangan yang terjadi di drama hari pertama masih belum menghilang dari kami ber-dua puluh tiga.
Kepalaku yang masih mengarah tegak lurus ke depan, memaksa kedua mataku untuk melirik jam dinding yang berada diatas papan. Rupanya jam masih menunjukkan pukul delapan lebih tiga puluh menitan. Rasanya waktu berlalu begitu sangat lamban.
“Anak-anakku yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng, pagi ini hingga besok, Bu Chief yang akan memberikan materi langsung kepada kalian. Tapi tetap, saya akan terus mengawasi! Baiklah kalau begitu, saya serahkan anak-anak saya kepada Ibu yaa..”, kata Mom Ule sebelum ia pergi meninggalkan kelas kami.
“Makasih ya Mom Ule…”, balas Bu Chief sembari tersenyum cerah. Aku yang sedari tadi memperhatikannya, refleks ikut tersenyum. Beliau ini terlihat sangat anggun dan super menenangkan. Adem gitu liatnya.
Dalam jadwal yang kami terima, materi basic indoctrination mengawali kegiatan pelatihan kami. Basic Indoctrination itu lebih ke memperkenalkan identitas perusahaan gitu. Dan pada kesempatan itu, Bu Chief sendiri yang memberikan materi itu kepada kami.
“Selamat pagi semua!”, sapanya kepada kami.
“Selamat pagi, Mom!”, jawab kami serempak.
“Gimana semalam bobonya? Nyenyak ga?”, tanyanya mencairkan suasana.
“Enggak Mom!”, jawab salah satu rekanku.
“Susah tidur Mom, ACnya dingin banget di kamar!”, jawab rekanku yang lain.
“Ga nyenyak Mom, ngebayangin pagi ini bakal seperti apa!”, jawab yang lainnya juga.
Bu Chief tersenyum mendengar jawaban dari rekan-rekanku.
“Kira-kira, hari ini bakal ngapain aja ya? Pasti sebagian dari kalian bertanya-tanya seperti itu semaleman dalam benak kalian, jadinya ga bisa nyenyak tidurnya! Hayo ngaku?”, tebak Bu Chief masih dengan senyumnya yang memukau. Kami pun menanggapinya dengan berbeda-beda. Ada yang tanpa malu langsung mengiyakan. Ada yang hanya ketawa sambil membenarkan. Ada juga yang hanya tersenyum dan mengiyakan dalam hati.
“Hehe wajar anak-anak! Itu artinya kalian ada ketertarikan terhadap pelatihan hari ini sehingga membuat kalian penasaran dalam setiap detiknya. Nikmati saja, jangan terlalu banyak dipikirkan! Oke?”, setiap kalimat yang diucapkan oleh Bu Chief itu seperti mengandung mantra, karena membuatku seketika menjadi benar-benar lega.
“Tak kenal maka tak sayang. Jadi sebelum materi saya berikan, saya akan memperkenalkan diri terlebih dahulu, selanjutnya kalian yang memperkenalkan diri ya. Gantian!”
Lalu Bu Chief pun mulai memperkenalkan dirinya kemudian berlanjut kepada kami yang satu-satu menyebutkan nama, memberitahu tentang pengalaman kami setelah lulus SMA, juga memberitahu darimana kami berasal. Secara tidak langsung, dengan perkenalan yang demikian, kami saling mengetahui satu sama lain, pengalaman apa yang dimiliki dari kandidat satu dengan kandidat yang lain.
Setelah sesi perkenalan usai, Bu Chief segera menjelaskan tentang profil perusahaan. Sekitar tiga jam lamanya beliau memperkenalkan perusahaan kepada kami dan membuat kami tersadar bahwa perusahaan ini adalah salah satu perusahaan penerbangan terbesar dan terbaik di Indonesia setelah Garuda Indonesia dan Citilink di tahun 2016-2017.
Saat jam ISHOMA telah usai, Bu Chief tiba-tiba memberikan pertanyaan-pertanyaan ringan kepada kami.
“Anak-anak, apa yang kalian tau tentang flight attendant?”
“Seseorang yang bertanggung jawab akan keselamatan penumpang di dalam pesawat, Mom.”, jawab Ari.
“Betul.. Apalagi menurut kalian?”
“Seseorang yang dapat membantu penumpang di dalam pesawat.”, jawab Imas.
“Hmm oke, betul juga. Ada yang lain?”
“Seseorang yang bisa bekerja dalam tekanan yang berbeda-beda tiap terbang, Mom!”, jawab rekanku yang lain.
Saat itu aku agak kaget ya, karena ternyata rekan-rekanku cukup aktif merespons pertanyaan dari Bu Chief. Kalau jaman sekolah dan kuliah, biasanya kan yang aktif satu-dua orang gitu kan. Nah kali ini, justru yang ga aktif itu yang satu-dua orang aja, hehe.
“Good! Jawaban kalian ga ada yang salah. Semua benar karena semua itu menurut sudut pandang kalian, bukan? Coba sekarang kalian buka FAM kalian chapter satu halaman (sekian)!”
Kami yang sudah diajarkan cara membaca FAM oleh Bu Chief beberapa saat sebelum jam istirahat tadi, langsung mengerti dan melakukan arahan yang diberikan.
“Dalam regulasi yang ada pada ICAO (International Civil Aviation Organization), yaitu ANNEX (saat ini sudah terdapat 19 ANNEXES), Flight Attendant itu adalah a crewmember who performs, in the interest of safety of passenger, duties assigned by the operator or the pilot in command of the aircraft, but who shall not act as a flight crew member. Dalam bahasa, Flight Attendant itu artinya adalah seorang crewmember yang bertanggung jawab atas keselamatan penumpang yang ditugaskan oleh operator (dalam hal ini adalah maskapai) atau pilot in command (Captain dalam penerbangan) pada pesawat tersebut, namun tidak boleh bertindak sebagai flight crew member.
Jadi, pada intinya, tugas seorang Flight Attendant itu adalah bertanggung jawab atas keselamatan penumpangnya. Oleh karena itu, kalian harus mengikuti pelatihan ini hingga beberapa bulan ke depan, agar kalian bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Tadi ada yang menjawab, bahwa FA itu tugasnya membantu penumpang. Dalam hal ini, membantunya itu bukan serta merta kalian ngangkatin koper dan barang mereka ke luggage bins ya! Bukan! Kalian tidak bertanggung jawab atas itu! Dan, kalian pun berhak menolak secara baik-baik permintaan penumpang yang menyuruh kalian meletakkan kopernya ke dalam luggage bins! Kecuali, penumpang tersebut adalah seorang lansia yang terbang seorang diri, seorang Ibu hamil yang terbang seorang diri, atau seseorang yang memiliki cedera di tangannya. Kalau penumpang itu sehat, kuat, dan bugar, kalian dilarang untuk melakukan itu ya, Nak! Kalau engga, kalian minta mereka untuk sama-sama angkat kopernya dengan kalian, jadi ngangkatnya berdua. Atau lebih baik kalian minta tolong kepada groundstaff untuk meletakkannya di luggage bins atau dikargokan sekalian.
Kenapa saya melarang keras kalian membantu mengangkat koper penumpang ke dalam luggage bins?
Gini, kalian terbang sehari, misal sebanyak 4 landing yang artinya 4 kali boarding (proses penumpang masuk ke dalam pesawat). Kalau setiap boarding kalian naikin 1 koper penumpang, berarti dalam sehari kalian naikin 4 koper penumpang. Jika dalam 30 hari? Berapa kali kalian ngangkatin koper penumpang itu? 120 kali kan? Bisa-bisa, tulang belakang kalian akan bengkok, Nak! Kalau tulang belakang kalian sudah bengkok, itu nyeri loh! Dan bisa membahayakan kalian! Hal sepele bukan? Nah nanti, kalian akan diberikan materi yang lebih detail mengenai koper penumpang yang bisa masuk ke dalam kabin. Disini saya hanya mengulik sedikit saja ya.. Sampai sini paham?”
“Paham, Mom..”, jawab kami.
“Kira-kira, ada yang ingin ditanyakan?”, Bu Chief memberikan kesempatan kepada kami untuk bertanya.
“Saya, Mom.”, salah satu rekanku mengacungkan tangannya.
“Ya, silahkan..”
“Dalam pengertian Flight Attendant yang sudah Mom jelaskan, ada kalimat bahwa dutynya seorang FA, itu diberikan oleh operator itu sendiri atau oleh PIC (Captain) dalam pesawat itu. Itu artinya, maaf ya Mom sebelumnya..”, rekanku mulai ragu-ragu.
“It’s okay. Lanjutkan, gapapa.”, kata Bu Chief ramah.
“Hm itu artinya, yang dibilang orang-orang diluar sana, kalau pramugari itu harus deketin pilotnya biar jam terbangnya banyak, bener ya Mom?”
Sontak aku menoleh ke arah rekanku karena kaget mendengar pertanyaan itu. Dan ternyata tidak hanya aku yang melakukan hal tersebut, melainkan teman-temanku yang lain juga.
###
![](https://img.youtube.com/vi/CfZXfTDyLwc/0.jpg)
![nomorelies](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/12/12/avatar7457792_2.gif)
![delet3](https://s.kaskus.id/user/avatar/2015/10/18/avatar8286249_1.gif)
![wakazsurya77](https://s.kaskus.id/user/avatar/2022/01/01/default.png)
wakazsurya77 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
Tutup