- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
61.3K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32KThread•45KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#169
Part 46 : KACAU!
Spoiler for KACAU!:
Perkara ACbocor sudah kami sampaikan ke Teh Caca. Tapi, kata Teh Caca, tukang service ACnya baru bisa datang besok siang. Alhasil, kami hanya bisa menampung AC yang bocor dengan timba.
Kasur 1 sudah digeser sejengkal dari letak AC berada, agar kasur Mba Anni yang sudah diganti dengan spare kasur yang ada di gudang, ga basah lagi.
Saat aku dan Mba Anni sibuk ngepel kamar mungil kami yang kebanjiran, tetiba ada seseorang yang mengetuk kamar kami meski pintunya dalam keadaan terbuka.
"Permisi, Kak. Ada yang bisa aku bantu ga?”, ujarnya tiba-tiba. Aku menoleh ke arahnya. Rambutnya panjang sebahu dan wajahnya yang begitu eksotik, sedang tersenyum cerah kepada kami.
“Hehe makasih. Udah kelar kog ini..”, jawabku sembari mengusap rambutku yang tak gatal.
“Ohya kenalin aku Mia dari Denpasar, nama Kakak siapa?", tanyanya kemudian sembari mengulurkan tangannya. Aku pun mengelap tanganku yang agak basah ke baju yang ku pakai. Lalu ku sambut tangannya.
“Hai, Mba Mia. Aku Anes!”, ujarku setelahnya. Lalu Mba Anni pun juga berkenalan dengan Mia.
“Ih panggil aku Mia aja, yaa!!”, pintanya.
"Ohya Kak, kami mau ke Ayam Gepuk Pak Gembus nih, ikutan yuk!! ", ajaknya kemudian.
Seketika aku melihat jam di tanganku!
‘Wah 40 menit lagi buka puasa nih!’, bathinku.
Tanpa berpikir panjang, aku pun mengiyakan ajakannya. Begitu pula dengan Mba Anni.
Mia ini, selain cantik, dia juga ramah dan sangat perhatian kepadaku, Nanda, Fani, Ana, Nura, dan Anni yang kala itu makan bersama untuk pertama kalinya. Dia juga yang sibuk memesankan pesanan kami kepada Mas-Mas di warung Ayam Pak Gembus.
Saat itu adalah pertama kalinya bagiku bertemu dengan mereka. Tapi yang sifatnya terlihat menonjol ya hanya Mia. Hehe.
“Guys, udah cek WA group belum?”, tanya Fani.
“Belom. Emang kenapa Ni?”, Ana bertanya balik.
“Ntar ada meeting di ruang belajar jam 8! Pemilihan pengurus kelas katanya!”
“Oh oke. Thanks, Ni!”
Sepertinya Fani dan Ana ini udah saling kenal satu sama lain. Sebab tidak ada embel-embel panggilan ‘Mba’ saat saling mengobrol.
“Btw kalian di kamar berapa?”, tanyaku tiba-tiba.
“Kami sekamar Kak Anes!”, jawab Nanda.
“Owalaah pantesan kaya udah deket banget!”
“Hahaha iyaaa, soalnya kami udah saling kenal sejak perekrutan!”
“Hm gitu..”
“Kalau aku kenalnya cuma sama Mba Anni, soalnya perekrutannya bareng sama Mba Anni! Yakan Mba?“, ujarku kemudian.
“Iyaaa betul. Kami perekrutannya barengan dengan batch 49. Tapi karena kuota penuh, jadi masuk di batch 50 deh! Makanya saat perekrutan, kalian ga ketemu kami!!”, jelas Mba Anni yang direspons dengan ‘oh pantesaan’ secara bersamaan oleh mereka.
Tak berselang lama, pesanan kami sudah lengkap dihidangkan. Kami pun segera menghabiskannya sembari bertukar cerita. Dan tak terasa, kami saling bercerita sampai tiba di depan pintu pagar mess. Hehehe.
Karenanya, jarak 1,5 kilo yang kami tempuh dengan berjalan kaki, tak berasa sama sekali loh!
~~~
Dua jam kemudian, di ruang belajar..
Ruang belajar kami di mess bukan ruang belajar yang satu orang dapet satu meja belajar ya. Tapi lebih seperti ruang keluarga yang hanya dilengkapi dengan karpet juga meja panjang gitu. Jadi lebih mirip ke tempat lesehan yaa sebenernya hehe.
Sekitar jam 20.15, kami semua sudah duduk melingkar di ruangan itu. Kemudian satu per satu mulai berhitung.
Ohya, diantara kami (berdua-puluh-tiga) ini, ada yang sudah saling mengenal, ada juga yang belum kenal sama sekali. Jadi malam itu, sebelum ada sambutan dari ketua kelas kami, kami pun saling berkenalan satu sama lain.
“Hai Mba-Mba-Mas, perkenalkan saya Koko, dari Jakarta, yang kebetulan dipilih menjadi ketua kelas di Batch 50 oleh Mom Ule. Malam ini adalah malam pertama kita semua disini. Yang nantinya, selama 90 hari kedepan, bakal bareng-bareng terus. Jadi saya harap, kita semua bisa kompak, akur, dan saling support ya!!”, ujar Mas Koko singkat padat jelas.
“Ohya, seperti pada umumnya, ga mungkin ketua kelas sendirian yang mengurus kalian semuanya di mess ini juga di kelas nanti, jadi gimana kalau sekarang, kita voting untuk pemilihan wakil ketua kelas, juga sekretaris, dan bendahara, untuk ngebantuin aku?”, tanyanya lagi.
Kami semua setuju kemudian berdiskusi dan melakukan voting, akhirnya terpilihlah wakil ketua kelasnya adalah Mba Ima, bendaharanya adalah Mia, dan sekretarisnya adalah aku. Sebenernya pemilihan ini cukup random yaa, entah kenapa aku bisa terpilih wkwk.
“Pasti Mba-Mba yang terpilih ini udah tau lah yaa tugasnya ngapain. Jadi ga perlu aku jelasin lagi kan ya?”, tanya Mas Koko lagi.
“Haha siap Mas!”, jawab Mba Ima yang juga disetujui olehku dan Mia.
“Guys.. besok kita masuk kelas jam 8 pagi. Jadi, kalau bisa nih, kalian harus udah di kelas sebelum jam 7.45 ya?”, imbuh Mas Koko.
“Baik, Mas!”, jawab kami serempak.
“Untuk Flight Attendant Manual (FAM), buku CASR, dan semua yang udah dikasih Jum’at kemarin, jangan lupa dibawa semua yaa!”, Mas Koko kembali mengingatkan kami lagi dan lagi.
“Tapi Mas, besok kan materinya masih Basic Indoctrination! Kalau dibawa semua, berat dong?”, sanggah Fani, si cewek berambut pendek yang sekilas kaya ogah-ogahan sama penampilan ini.
“Hm terserah kalian aja deh kalau gitu. Aku cuma nyaranin aja!”, Mas Koko tetiba menyerah tanpa perlawanan. Kayanya dia tipe orang yang ga mau berargumen.
Kami pun hanya mengangguk-ngangguk dalam diam, entah saran siapa yang akan kami ikuti. Karena yang dibilang dengan Fani juga masuk akal sih! Hehehe.
“Guys sorry nih. Karena kamar mandi hanya ada 3 dan toilet ada 2, jadi saran gue besok mandinya jangan barengan di jam yang sama ya!”, ujar Elda si pemilik tubuh langsing dengan rambut panjang ini memberikan saran.
Yang lain menanggapinya dengan mengangguk-ngangguk lagi.
“Kalau ntar kamar mandi cewe penuh, kalian boleh kog pake kamar mandi cowo! Ya kan?”, tanya Mas Koko ke Ari dan Arfan, kandidat cowo lainnya di batch 50.
“Iyaa, pake aja gapapa! Ga usah ribet-ribet deh ya pokoknya!”, jawab Ari dengan gaya bicaranya yang gemulai. Btw Ari ini keturunan Tionghoa ya. Sama dengan Mas Koko. Jadi mulai sekarang kita panggil Mas Koko dengan Koko aja ya? Wkwk!
“Mas sorry nanya. Ntar sahur, makanannya disediain dari mess atau engga ya?”, tanya Fitri.
“Ohya gue lupa kasih tau. Untuk sahur, disediain. Untuk buka puasa yang enggak!”
“Ohya Mas, aku juga mau nanya. Untuk jam keluar dari mess batasnya sampe jam 9 malem kan? Nah itu tuh ada syarat dan ketentuannya ga? Kaya misal boleh keluar tiap hari? Atau seminggu 3 kali?”, kali ini yang nanya adalah Kate, kandidat yang kulitnya paling putih bersinar di batch kami.
“Emang lo mau keluar tiap hari apa gimana?”, Ari yang merespons, seruangan yang ketawa. Karena emang cara bicara Ari tuh lucuu gitu. Ngerti kan yaa kalau cowo bicara gemulai tapi ngegas? Wkwk.
“Yaa kagaa! Kan gue nanya doang!”, Kate sama Ari ini kayanya uda saling kenal sih. Soalnya mereka berargumen begini, tapi ga membuat suasana jadi tegang. Justru sebaliknya.
“Hm kalau kata Teh Caca pagi tadi, aturannya tuh setiap keluar mess kudu nulis nama dan jam keluar di buku yang ditaruh di meja deket kursi di teras. Lalu izin ke Teh Caca melalui WA. Terus nyantumin nomor temen lo atau keluarga lo yang ketemu lo saat itu. Karena buat jaga-jaga semisal lo-nya ga bisa dihubungin! Nah ntar, setelah sampe mess lagi, nulis lagi jam lo masuk mess. Mau lo keluar tiap hari gapapa sih kayanya. Selama lo udah ngerjain tugas yang dikasih instruktur!”
“Oke siap, Ko. Thanks!”
“Yoi, sama-sama.“
“Ohya, Mas, maaf saya mau nanya juga. Hm gini, karena ini lagi bulan ramadhan, kira-kira perlu ada yang piket untuk bangunin temen-temen yang lain untuk bangun sahur ga?”, tanyaku.
“Boleh juga tuh. Tapi gue dan Ari ga puasa ya. Jadi gimana-gimananya, diatur aja deh enaknya gimana.”
“Hm gimana kalau yang bangunin tiap harinya ada 2 orang? Giliran gitu dari kamar 1 sampe kamar 5?”, aku memberanikan diri untuk memberikan saran.
“Boleh!”
“Saya juga tolong dibangunin ya Mba-Mba!”, ujar Mas Arfan yang sejak tadi hanya sebagai pendengar yang baik.
“Siaap!! Hm kalau gitu, aku data sebentar ya untuk siapa-siapanya yang piket?”, aku pun mulai menulis nama mereka satu per satu di secarik kertas.
“Btw mau pada sahur jam berapa?”, tanya Imas, si cewe berkulit hitam manis dengan rambut pendek, yang sekilas terdengar agak songong dari kalimat pertama yang keluar dari mulutnya.
Teman-teman pun merespons pertanyaannya dengan jawaban berbeda-beda. Ada yang jawab jam dua, jam setengah tiga, jam tiga, bahkan jam empat. Aku pun menengahi dengan cara voting lagi. Biar adil!
“Hm voting terbanyak di jam 3 pagi ya teman-temanku sayang.”, ujarku menekankan hasil suara terbanyak.
“Siap Kak!!”, jawab mereka.
Tak lama kemudian, aku pun sudah selesai menulis jadwal piket bahkan sudah menempelkannya di papan pengumuman yang berada di ruang belajar.
“Makasih banyak ya Mba Anes!”, kata Koko.
“Ada yang mau nanya lagi ga kira-kira?”, tanyanya kemudian sembari melihat ke sekeliling.
“Okee ga ada! Gue rasa segini ajaa dulu. Thanks untuk waktunya. Selamat istirahat semua!”
Kami pun segera bubar dan segera masuk ke kamar masing-masing.
Kamarku dan Mba Anni yang sedari tadi ditutup, membuat kamar ini bener-bener dingiiiin! Aku pikir, siapapun yang ada di kamar ini sejam aja, bakal beku saking dinginnya!
Ditambah lagi, pihak mess tidak menyediakan selimut!!
Jadilah aku hanya menutupi badanku yang kedingininan ini dengan sarung kesayangan Papa yang untung banget ku bawa. 😌
—
Lampu kamarku dan Mba Anni sudah mati sejak pukul 22.00.
Namun, sampai waktu sahur tiba, aku ga bisa tidur dengan lelap.
Aku hanya bisa memejamkan mataku, tapi masih sadar dan bisa mendengar suara-suara jangkrik serta langkah kaki entah langkah kaki siapa di luar kamar.
Jika diingat-ingat, dulu, pertama kali aku merantau ke Surabaya, aku kepanasan.
Kali ini, saat pertama kali aku merantau ke Jakarta, aku kedinginan.
Huhuhu.
———
5 Juni 2017, Senin
“Kak, bangun Kak!! Sahur!”, Imas dan Mba Imah membangunkanku yang sebenarnya tak tidur.
Aku pun beranjak untuk membuka pintu kamar disaat Mba Anni yang ku kira sedang tertidur lelap, ternyata sudah duduk di pojokan kasur.
“Aku ga bisa tidur nih Mba! Sumpah dingin bangeeet!!”, ujarnya. Padahal, Mba Anni membawa selimut tebal gitu, tapi dia masih ngerasa kedinginan! Hahaha gimana aku yang cuma pake sarung yakan??
“Ih samaa!”
“Kak! Udah bangun ya?”, ketuk mereka lagi.
“Hai.. udah udah. Makasih yaaa udah dibangunin hehe.”, ujarku setelah membuka pintu kamar.
“Sama-sama. Btw kamarnya dingin bangeeeet!! Udah berasa di kutub!!”, ujar Imas.
“Haha iya nih. Remotnya ga berfungsi gitu.”
“Yaampun. Dimatiin manual ga bisa?”
“Ga bisa karena tombol offnya keras banget!”, jawabku memelas.
“Kasian amaat!”, jawab Imas. Emang dia ini tipe orang yang blak-blakan sih yaa kayanya!
Hahahaha!!
Pagi itu, setelah makan sahur dan shalat subuh, aku mencoba membuka FAM yang jujur setelah ku buka halaman demi halamannya, membuatku sedikit menyesal hehe.
Akhirnya, aku pun memilih untuk bersiap-siap mandi meski harus ngantre dua-tiga antrean.
Ohya, di hari pertama kelas, kami masih menggunakan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam dengan syal yang dilingkarkan di kerah kemeja.
Untuk kandidat yang berambut pendek, tidak boleh lepek.
Untuk kandidat yang berambut panjang, diharuskan dibentuk croissant dengan rapi.
Sedang kandidat cowo, dilarang berjenggot, berkumis, dan berambut gondrong!
“Mba Anes!! Mbaa..”, panggil seseorang di luar kamar.
“Masuuk!!”, ujarku setelah memastikan Mba Anni sudah menggunakan kemeja dan celananya.
“Mba permisi. Boleh ga minta tolong..”, ternyata Mas Arfan! Btw Mas Arfan ini paling ganteng diantara Koko dan Ari. Dia berasal dari Pangkal Pinang. Tau lah ya kulit orang asli Bangka itu kek mana? Pasti putih meski bukan orang tionghoa.
“Minta tolong apakah?”
“Mba, bisa bikinin dasi ga?”, dia bertanya dengan tatapan penuh harap.
“Dasi?”, tanyaku memastikan.
“Iya. Aku ga bisa bikin dasi soalnya! Koko dan Ari pada sibuk bikin dasi juga! Aku ga enak minta tolong ke mereka!”, ujarnya lagi.
“Hm sini-sini aku ajarin!”, jawabku. Untung aja aku cepet pake make-upnya dan bikin croissantnya, jadi bisa bantuin Mas Arfan hehe.
“Nah udah bisa kan??”, tanyaku setelah hampir lima belas menit mengajarinya.
“Haha iya! Akhirnya!! Thanks ya, Mba Anes!”
“Iya sama-sama ya!!”
Pagi itu, bagi siapa yang sudah rapi dan siap ke kelas, yaa udah, berangkat aja duluan!
Seperti yang disampaikan Koko semalam, kalau bisa sampe kelas itu maksimal jam 7.45.
Dan siapa sangka, ternyata ada beberapa kandidat yang baru tiba di kelas jam delapan lewat lima!!
Tak di duga-duga juga, ternyata ada Mom Ule di dalam kelas pagi itu!
Yang telat empat orang, tapi yang dipelototin oleh Mom Ule semuanya!!
Dan, yang paling serem lagi, Mom Ule melotot sambil berkacak pinggang!!
Dari gesture tubuhnya saja, aku bisa menebak bahwa sebentar lagi dia akan marah-marah!!
Duh, KACAU!!!
Kasur 1 sudah digeser sejengkal dari letak AC berada, agar kasur Mba Anni yang sudah diganti dengan spare kasur yang ada di gudang, ga basah lagi.
Saat aku dan Mba Anni sibuk ngepel kamar mungil kami yang kebanjiran, tetiba ada seseorang yang mengetuk kamar kami meski pintunya dalam keadaan terbuka.
"Permisi, Kak. Ada yang bisa aku bantu ga?”, ujarnya tiba-tiba. Aku menoleh ke arahnya. Rambutnya panjang sebahu dan wajahnya yang begitu eksotik, sedang tersenyum cerah kepada kami.
“Hehe makasih. Udah kelar kog ini..”, jawabku sembari mengusap rambutku yang tak gatal.
“Ohya kenalin aku Mia dari Denpasar, nama Kakak siapa?", tanyanya kemudian sembari mengulurkan tangannya. Aku pun mengelap tanganku yang agak basah ke baju yang ku pakai. Lalu ku sambut tangannya.
“Hai, Mba Mia. Aku Anes!”, ujarku setelahnya. Lalu Mba Anni pun juga berkenalan dengan Mia.
“Ih panggil aku Mia aja, yaa!!”, pintanya.
"Ohya Kak, kami mau ke Ayam Gepuk Pak Gembus nih, ikutan yuk!! ", ajaknya kemudian.
Seketika aku melihat jam di tanganku!
‘Wah 40 menit lagi buka puasa nih!’, bathinku.
Tanpa berpikir panjang, aku pun mengiyakan ajakannya. Begitu pula dengan Mba Anni.
Mia ini, selain cantik, dia juga ramah dan sangat perhatian kepadaku, Nanda, Fani, Ana, Nura, dan Anni yang kala itu makan bersama untuk pertama kalinya. Dia juga yang sibuk memesankan pesanan kami kepada Mas-Mas di warung Ayam Pak Gembus.
Saat itu adalah pertama kalinya bagiku bertemu dengan mereka. Tapi yang sifatnya terlihat menonjol ya hanya Mia. Hehe.
“Guys, udah cek WA group belum?”, tanya Fani.
“Belom. Emang kenapa Ni?”, Ana bertanya balik.
“Ntar ada meeting di ruang belajar jam 8! Pemilihan pengurus kelas katanya!”
“Oh oke. Thanks, Ni!”
Sepertinya Fani dan Ana ini udah saling kenal satu sama lain. Sebab tidak ada embel-embel panggilan ‘Mba’ saat saling mengobrol.
“Btw kalian di kamar berapa?”, tanyaku tiba-tiba.
“Kami sekamar Kak Anes!”, jawab Nanda.
“Owalaah pantesan kaya udah deket banget!”
“Hahaha iyaaa, soalnya kami udah saling kenal sejak perekrutan!”
“Hm gitu..”
“Kalau aku kenalnya cuma sama Mba Anni, soalnya perekrutannya bareng sama Mba Anni! Yakan Mba?“, ujarku kemudian.
“Iyaaa betul. Kami perekrutannya barengan dengan batch 49. Tapi karena kuota penuh, jadi masuk di batch 50 deh! Makanya saat perekrutan, kalian ga ketemu kami!!”, jelas Mba Anni yang direspons dengan ‘oh pantesaan’ secara bersamaan oleh mereka.
Tak berselang lama, pesanan kami sudah lengkap dihidangkan. Kami pun segera menghabiskannya sembari bertukar cerita. Dan tak terasa, kami saling bercerita sampai tiba di depan pintu pagar mess. Hehehe.
Karenanya, jarak 1,5 kilo yang kami tempuh dengan berjalan kaki, tak berasa sama sekali loh!
~~~
Dua jam kemudian, di ruang belajar..
Ruang belajar kami di mess bukan ruang belajar yang satu orang dapet satu meja belajar ya. Tapi lebih seperti ruang keluarga yang hanya dilengkapi dengan karpet juga meja panjang gitu. Jadi lebih mirip ke tempat lesehan yaa sebenernya hehe.
Sekitar jam 20.15, kami semua sudah duduk melingkar di ruangan itu. Kemudian satu per satu mulai berhitung.
Ohya, diantara kami (berdua-puluh-tiga) ini, ada yang sudah saling mengenal, ada juga yang belum kenal sama sekali. Jadi malam itu, sebelum ada sambutan dari ketua kelas kami, kami pun saling berkenalan satu sama lain.
“Hai Mba-Mba-Mas, perkenalkan saya Koko, dari Jakarta, yang kebetulan dipilih menjadi ketua kelas di Batch 50 oleh Mom Ule. Malam ini adalah malam pertama kita semua disini. Yang nantinya, selama 90 hari kedepan, bakal bareng-bareng terus. Jadi saya harap, kita semua bisa kompak, akur, dan saling support ya!!”, ujar Mas Koko singkat padat jelas.
“Ohya, seperti pada umumnya, ga mungkin ketua kelas sendirian yang mengurus kalian semuanya di mess ini juga di kelas nanti, jadi gimana kalau sekarang, kita voting untuk pemilihan wakil ketua kelas, juga sekretaris, dan bendahara, untuk ngebantuin aku?”, tanyanya lagi.
Kami semua setuju kemudian berdiskusi dan melakukan voting, akhirnya terpilihlah wakil ketua kelasnya adalah Mba Ima, bendaharanya adalah Mia, dan sekretarisnya adalah aku. Sebenernya pemilihan ini cukup random yaa, entah kenapa aku bisa terpilih wkwk.
“Pasti Mba-Mba yang terpilih ini udah tau lah yaa tugasnya ngapain. Jadi ga perlu aku jelasin lagi kan ya?”, tanya Mas Koko lagi.
“Haha siap Mas!”, jawab Mba Ima yang juga disetujui olehku dan Mia.
“Guys.. besok kita masuk kelas jam 8 pagi. Jadi, kalau bisa nih, kalian harus udah di kelas sebelum jam 7.45 ya?”, imbuh Mas Koko.
“Baik, Mas!”, jawab kami serempak.
“Untuk Flight Attendant Manual (FAM), buku CASR, dan semua yang udah dikasih Jum’at kemarin, jangan lupa dibawa semua yaa!”, Mas Koko kembali mengingatkan kami lagi dan lagi.
“Tapi Mas, besok kan materinya masih Basic Indoctrination! Kalau dibawa semua, berat dong?”, sanggah Fani, si cewek berambut pendek yang sekilas kaya ogah-ogahan sama penampilan ini.
“Hm terserah kalian aja deh kalau gitu. Aku cuma nyaranin aja!”, Mas Koko tetiba menyerah tanpa perlawanan. Kayanya dia tipe orang yang ga mau berargumen.
Kami pun hanya mengangguk-ngangguk dalam diam, entah saran siapa yang akan kami ikuti. Karena yang dibilang dengan Fani juga masuk akal sih! Hehehe.
“Guys sorry nih. Karena kamar mandi hanya ada 3 dan toilet ada 2, jadi saran gue besok mandinya jangan barengan di jam yang sama ya!”, ujar Elda si pemilik tubuh langsing dengan rambut panjang ini memberikan saran.
Yang lain menanggapinya dengan mengangguk-ngangguk lagi.
“Kalau ntar kamar mandi cewe penuh, kalian boleh kog pake kamar mandi cowo! Ya kan?”, tanya Mas Koko ke Ari dan Arfan, kandidat cowo lainnya di batch 50.
“Iyaa, pake aja gapapa! Ga usah ribet-ribet deh ya pokoknya!”, jawab Ari dengan gaya bicaranya yang gemulai. Btw Ari ini keturunan Tionghoa ya. Sama dengan Mas Koko. Jadi mulai sekarang kita panggil Mas Koko dengan Koko aja ya? Wkwk!
“Mas sorry nanya. Ntar sahur, makanannya disediain dari mess atau engga ya?”, tanya Fitri.
“Ohya gue lupa kasih tau. Untuk sahur, disediain. Untuk buka puasa yang enggak!”
“Ohya Mas, aku juga mau nanya. Untuk jam keluar dari mess batasnya sampe jam 9 malem kan? Nah itu tuh ada syarat dan ketentuannya ga? Kaya misal boleh keluar tiap hari? Atau seminggu 3 kali?”, kali ini yang nanya adalah Kate, kandidat yang kulitnya paling putih bersinar di batch kami.
“Emang lo mau keluar tiap hari apa gimana?”, Ari yang merespons, seruangan yang ketawa. Karena emang cara bicara Ari tuh lucuu gitu. Ngerti kan yaa kalau cowo bicara gemulai tapi ngegas? Wkwk.
“Yaa kagaa! Kan gue nanya doang!”, Kate sama Ari ini kayanya uda saling kenal sih. Soalnya mereka berargumen begini, tapi ga membuat suasana jadi tegang. Justru sebaliknya.
“Hm kalau kata Teh Caca pagi tadi, aturannya tuh setiap keluar mess kudu nulis nama dan jam keluar di buku yang ditaruh di meja deket kursi di teras. Lalu izin ke Teh Caca melalui WA. Terus nyantumin nomor temen lo atau keluarga lo yang ketemu lo saat itu. Karena buat jaga-jaga semisal lo-nya ga bisa dihubungin! Nah ntar, setelah sampe mess lagi, nulis lagi jam lo masuk mess. Mau lo keluar tiap hari gapapa sih kayanya. Selama lo udah ngerjain tugas yang dikasih instruktur!”
“Oke siap, Ko. Thanks!”
“Yoi, sama-sama.“
“Ohya, Mas, maaf saya mau nanya juga. Hm gini, karena ini lagi bulan ramadhan, kira-kira perlu ada yang piket untuk bangunin temen-temen yang lain untuk bangun sahur ga?”, tanyaku.
“Boleh juga tuh. Tapi gue dan Ari ga puasa ya. Jadi gimana-gimananya, diatur aja deh enaknya gimana.”
“Hm gimana kalau yang bangunin tiap harinya ada 2 orang? Giliran gitu dari kamar 1 sampe kamar 5?”, aku memberanikan diri untuk memberikan saran.
“Boleh!”
“Saya juga tolong dibangunin ya Mba-Mba!”, ujar Mas Arfan yang sejak tadi hanya sebagai pendengar yang baik.
“Siaap!! Hm kalau gitu, aku data sebentar ya untuk siapa-siapanya yang piket?”, aku pun mulai menulis nama mereka satu per satu di secarik kertas.
“Btw mau pada sahur jam berapa?”, tanya Imas, si cewe berkulit hitam manis dengan rambut pendek, yang sekilas terdengar agak songong dari kalimat pertama yang keluar dari mulutnya.
Teman-teman pun merespons pertanyaannya dengan jawaban berbeda-beda. Ada yang jawab jam dua, jam setengah tiga, jam tiga, bahkan jam empat. Aku pun menengahi dengan cara voting lagi. Biar adil!
“Hm voting terbanyak di jam 3 pagi ya teman-temanku sayang.”, ujarku menekankan hasil suara terbanyak.
“Siap Kak!!”, jawab mereka.
Tak lama kemudian, aku pun sudah selesai menulis jadwal piket bahkan sudah menempelkannya di papan pengumuman yang berada di ruang belajar.
“Makasih banyak ya Mba Anes!”, kata Koko.
“Ada yang mau nanya lagi ga kira-kira?”, tanyanya kemudian sembari melihat ke sekeliling.
“Okee ga ada! Gue rasa segini ajaa dulu. Thanks untuk waktunya. Selamat istirahat semua!”
Kami pun segera bubar dan segera masuk ke kamar masing-masing.
Kamarku dan Mba Anni yang sedari tadi ditutup, membuat kamar ini bener-bener dingiiiin! Aku pikir, siapapun yang ada di kamar ini sejam aja, bakal beku saking dinginnya!
Ditambah lagi, pihak mess tidak menyediakan selimut!!
Jadilah aku hanya menutupi badanku yang kedingininan ini dengan sarung kesayangan Papa yang untung banget ku bawa. 😌
—
Lampu kamarku dan Mba Anni sudah mati sejak pukul 22.00.
Namun, sampai waktu sahur tiba, aku ga bisa tidur dengan lelap.
Aku hanya bisa memejamkan mataku, tapi masih sadar dan bisa mendengar suara-suara jangkrik serta langkah kaki entah langkah kaki siapa di luar kamar.
Jika diingat-ingat, dulu, pertama kali aku merantau ke Surabaya, aku kepanasan.
Kali ini, saat pertama kali aku merantau ke Jakarta, aku kedinginan.
Huhuhu.
———
5 Juni 2017, Senin
“Kak, bangun Kak!! Sahur!”, Imas dan Mba Imah membangunkanku yang sebenarnya tak tidur.
Aku pun beranjak untuk membuka pintu kamar disaat Mba Anni yang ku kira sedang tertidur lelap, ternyata sudah duduk di pojokan kasur.
“Aku ga bisa tidur nih Mba! Sumpah dingin bangeeet!!”, ujarnya. Padahal, Mba Anni membawa selimut tebal gitu, tapi dia masih ngerasa kedinginan! Hahaha gimana aku yang cuma pake sarung yakan??
“Ih samaa!”
“Kak! Udah bangun ya?”, ketuk mereka lagi.
“Hai.. udah udah. Makasih yaaa udah dibangunin hehe.”, ujarku setelah membuka pintu kamar.
“Sama-sama. Btw kamarnya dingin bangeeeet!! Udah berasa di kutub!!”, ujar Imas.
“Haha iya nih. Remotnya ga berfungsi gitu.”
“Yaampun. Dimatiin manual ga bisa?”
“Ga bisa karena tombol offnya keras banget!”, jawabku memelas.
“Kasian amaat!”, jawab Imas. Emang dia ini tipe orang yang blak-blakan sih yaa kayanya!
Hahahaha!!
Pagi itu, setelah makan sahur dan shalat subuh, aku mencoba membuka FAM yang jujur setelah ku buka halaman demi halamannya, membuatku sedikit menyesal hehe.
Akhirnya, aku pun memilih untuk bersiap-siap mandi meski harus ngantre dua-tiga antrean.
Ohya, di hari pertama kelas, kami masih menggunakan kemeja putih dan celana bahan berwarna hitam dengan syal yang dilingkarkan di kerah kemeja.
Untuk kandidat yang berambut pendek, tidak boleh lepek.
Untuk kandidat yang berambut panjang, diharuskan dibentuk croissant dengan rapi.
Sedang kandidat cowo, dilarang berjenggot, berkumis, dan berambut gondrong!
“Mba Anes!! Mbaa..”, panggil seseorang di luar kamar.
“Masuuk!!”, ujarku setelah memastikan Mba Anni sudah menggunakan kemeja dan celananya.
“Mba permisi. Boleh ga minta tolong..”, ternyata Mas Arfan! Btw Mas Arfan ini paling ganteng diantara Koko dan Ari. Dia berasal dari Pangkal Pinang. Tau lah ya kulit orang asli Bangka itu kek mana? Pasti putih meski bukan orang tionghoa.
“Minta tolong apakah?”
“Mba, bisa bikinin dasi ga?”, dia bertanya dengan tatapan penuh harap.
“Dasi?”, tanyaku memastikan.
“Iya. Aku ga bisa bikin dasi soalnya! Koko dan Ari pada sibuk bikin dasi juga! Aku ga enak minta tolong ke mereka!”, ujarnya lagi.
“Hm sini-sini aku ajarin!”, jawabku. Untung aja aku cepet pake make-upnya dan bikin croissantnya, jadi bisa bantuin Mas Arfan hehe.
“Nah udah bisa kan??”, tanyaku setelah hampir lima belas menit mengajarinya.
“Haha iya! Akhirnya!! Thanks ya, Mba Anes!”
“Iya sama-sama ya!!”
Pagi itu, bagi siapa yang sudah rapi dan siap ke kelas, yaa udah, berangkat aja duluan!
Seperti yang disampaikan Koko semalam, kalau bisa sampe kelas itu maksimal jam 7.45.
Dan siapa sangka, ternyata ada beberapa kandidat yang baru tiba di kelas jam delapan lewat lima!!
Tak di duga-duga juga, ternyata ada Mom Ule di dalam kelas pagi itu!
Yang telat empat orang, tapi yang dipelototin oleh Mom Ule semuanya!!
Dan, yang paling serem lagi, Mom Ule melotot sambil berkacak pinggang!!
Dari gesture tubuhnya saja, aku bisa menebak bahwa sebentar lagi dia akan marah-marah!!
Duh, KACAU!!!
###
NB :
-Nama yang disebutkan bukan nama sebenernya, kecuali Mia.
- Nama Batchjuga bukan Batch yang sebenernya.
———
Diubah oleh aymawishy 17-01-2023 17:17
wakazsurya77 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
Tutup