- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
![aymawishy](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/12/12/avatar11138712_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/images/2022/11/13/11138712_202211130230500233.png)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
![](https://img.youtube.com/vi/P2s2LCFFACI/0.jpg)
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
![lifi1994](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/06/23/default.png)
![Nankendra](https://s.kaskus.id/user/avatar/2010/10/18/avatar2171039_1.gif)
![snf0989](https://s.kaskus.id/user/avatar/2018/05/16/avatar10214079_360.gif)
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
60.3K
Kutip
1K
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Stories from the Heart](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-51.png)
Stories from the Heart![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
![aymawishy](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/12/12/avatar11138712_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
aymawishy
#166
Part 45 - Astaga!!
Spoiler for Astaga!!:
“Dek, kamu jangan berekspektasi tinggi yaa sama messnya nanti..”, ujar Mas Han, rekan Mba Dila yang rupanya juga pernah tinggal di mess yang akan aku tempati beberapa bulan ke depan ini.
“Iya, Dek! Apalagi berekspektasi kalau messnya wangi gitu kan. Coba deh ntar kalau adek lagi di kamar atau di ruang tengah, bakal kecium tuh bau t*i ayam dan t*i babi.”, tambah Mba Dila dan diketawain dengan teman-temannya yang lain.
Seketika mereka nge-flashbackkejadian-kejadian yang kocak di mess itu. Mereka bilang, mereka terlalu berekspektasi messnya keren kaya di drakor-drakor gitu, eh ga taunya kaya kandang ayam!![Frown emoticon-Frown](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/06.gif)
Aku jadi penasaran, apakah benar yang mereka omongin ini?
Selepas shalat ashar, aku dibantu oleh Mba Dila untuk pindahan ke mess. Aku yang membawa satu koper besar, satu koper kecil, dan dua ransel, sangat merasa terbantu dengan adanya Mba Dila.
“Itu Dek, messnya!”, ujarnya saat setelah kami melewati gang kecil yang hanya muat dilewati dengan dua sepeda motor.
“Yang itu?”, tanyaku.
Hm ternyata jika terlihat dari luar, messnya seperti rumah model lama gitu. Dan juga, bagian depannya, tepat di depan pintu pagar, ada warungnya gitu.
“Permisiii..”, panggilku kepada siapa saja yang berada di dalam, berharap ada seseorang yang segera membukakan pintu pagar yang terkunci.
“Iyaa.. Siapa ya?”, tanya perempuan bertubuh mungil dengan rambut keriting terikat.
“Saya Anes, Teh.. yang akan tinggal di mess ini.”. Sepertinya ini yang namanya Teh Caca, istri dari orang yang bertanggung jawab akan mess ini.
“Oh iyaa, akhirnya dateng juga yaa! Temen-temen kamu udah pada dateng sejak pagi tadi! Ini kamu yang terakhir masuk mess!”, ujarnya memberikan informasi singkat dengan tegas.
“Hehe iya Teh.. Maaf ya Teh kalau datengnya terakhir-terakhir.”
“Iya gapapa. Masuk-masuk!”, ujarnya lagi saat kunci pagarnya sudah berhasil terbuka.
“Makasih Teh. Permisi ya Teh..”, jawabku.
Lalu aku dan Mba Dila segera melewati teras yang sore itu lantainya penuh dengan debu, lalu mengikuti Teh Caca masuk ke ruang tamu.
“Dek, hati-hati sama dia ya. Dia orangnya rada-rada sensian!”, bisik Mba Dila memperingatiku.
“Aku pernah ada masalah sama dia! Liat, dia kek ga kenal kan sama aku!”, ujarnya lagi. Aku hanya memberikan ekspresi ‘ohya’ padanya.
“Ini kamar pertama, satu kamar ada empat orang. Dan sudah ada yang ngisi.”, Teh Caca mulai menjelaskan.
Dengan sekilas aku melihat ada empat kamar yang berjejer di sebelah kiri, dan ada satu kamar berukuran lebih kecil berada di sebelah kanan - yang letaknya di depan kamar empat-.
“Ini kamar kedua, juga untuk empat orang, dan sudah keisi.”, katanya lagi. Nah di depan kamar kedua ini, ada ruang belajar gitu.
“Ini kamar ketiga, kamar terbesar, muat untuk enam orang, tapi juga udah ada yang nempatin!”, Teh Caca berusaha menjelaskan letak kamar satu per satu beserta jumlah orang di tiap kamarnya.
“Ini kamar keempat, juga untuk empat orang, dan lagi-lagi udah penuh juga!”
Aku hanya bisa tersenyum kepada rekan-rekanku yang berada di dalam kamar yang menyadari kedatanganku.
“Nah kalau kamar cowok, ada di bagian luar! Tepat di samping kamar yang ini!”, teteh menunjuk ke kamar nomor 5.
“Ini kamar untuk dua orang aja! Dan baru keisi satu orang.”, akhirnya, inilah kamarku!
“Baik Teh. Terima kasih yaa.”, ucapku. Teteh pun berlalu pergi setelah menunjukkan kamarku.
Jujur, kamar yang akan menjadi kamarku ini, lebih cocok disebut dengan gudang. Dan ternyata hal itu dibenarkan dengan Mba Dila.
“Dek, tau ga, ini dulu tuh gudang taau!!”, bisiknya lagi.
“Ohyaa?”, sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak ku butuhkan jawabannya.
Jadi, kamarku ini berbentuk persegi panjang, yang di dalamnya terdapat satu kasur tingkat dan kasur atas bawah gitu. Di dalamnya juga ada satu lemari yang cukup di pakai untuk dua orang.
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/b/images/2023/01/13/11138712_202301131246030820.png)
(Kasur tingkat - kasur 1)
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/b/images/2023/01/13/11138712_202301131247070168.png)
(Kasur atas bawah - kasur 2)
Lalu ada satu AC di dekat kasur tingkat itu. Yang aku yakini kamar yang berukuran kecil ini pasti bakal sedingin kulkas dengan suhu terdingin!
Ohya, kamar kami ini disekat dengan kayu triplek gitu, bukan dengan dinding beton. Jadi kami bisa mendengar suara atau gerakan apapun dari luar kamar dengan sangat jelas.
“Hai Mba Anes!!”, sapa seseorang dari dalam kamar yang sebelumnya terlihat sibuk memindahkan pakaiannya dari koper pink ke dalam lemari dan kini tengah menyambutku di dekat pintu masuk.
“Mba Anni?? Yaampun apa kabar?”, jawabku dengan antusias! Btw Mba Anni ini adalah orang yang pernah kusebut-sebut seperti boneka barbie di part-17.
Kami pun berpelukan sebentar kemudian bercipika-cipiki. Lalu ku perkenalkan Mba Dila padanya. Tak lama dari itu, Mba Dila pamit untuk pulang.
“Dek, aku balik dulu ya? Ntar kalau ada apa-apa, kabarin aku!”, ujar Mba Dila.
“Iya Mba, makasih banyak ya Mba Dilaaaa!!”, aku memeluknya erat!
“Hehe iya sama-samaa! Semangat ya kamu!!”
Aku pun mengantarkan kepergian Mba Dila sampai depan pagar. Melihat Mba Dila pergi menjauh dari tempatku berada, seolah melihat seorang kakak perempuan yang pulang setelah mengantarkan adeknya ke tempat barunya.
“Mba Anes, boleh ga aku tidur disini?”, tanya Mba Anni setibanya aku di kamar. Dia menunjuk ke kasur 1 bagian bawah.
Fyi, kasurnya saat itu yang di kasih sprei adalah kasur 1 doang. Kasur 2 ga ada spreinya.
Nah, kalau Mba Anni mau tidur di kasir 1 bagian bawah, berarti aku yang di atas dong ya. Deket banget dengan AC mohon maap!
“Ohya Mba, boleh! Aku kayanya bakal tidur di kasur ini deh!”, aku menunjuk ke kasur 2 yang tanpa sprei ini.
“Tapi kasurnya udah reot gitu Mba!”
“Ohyaa? Haha yaudah deh gapapa, Mba.. Aku izin naik ya Mba, mau mindahin spreinya.”, jawabku.
“Iya Mba silahkan-silahkan..”, jawab Mba Anni ramah.
‘Hm kasurku dulu saat merantau pertama kali ke Surabaya, lebih parah dari ini. Dan kondisi kosanku yang dulu juga lebih kotor dan reot dari messku ini. Jadi InsyaAllah aku bakal betah-betah aja sih!’, bathinku seraya memindahkan sprei di kasur atas ke kasur yang akan jadi tempat tidurku.
Setelah aku berhasil memindahkan sprei, aku pun memindahkan sebagian bajuku yang berada di koper ke dalam lemari.
“Mba Anes..”, panggil Mba Anni beberapa menit kemudian. Tepat setelah aku baru saja kelar mindahin bajuku ke lemari.
“Iya?”
“Ini remot ACnya ga berfungsi.”, Mba Anni terlihat sedang mengutak-atik remot AC itu.
“Ohyaa? Yaudah nanti kita coba tanya sama Teh Cacanya yaa.”, jawabku sembari tersenyum.
Tak lama dari itu, Mba Anni berteriak saat ia baru saja merebahkan badannya di kasurnya.
“Mba, kenapa?”, tanyaku kaget.
“Ini ACnya bocor!! Dan kasur aku basah nih!”
“Huaa ini lantainya juga basah!!”, teriak Mba Anni lagi.
ASTAGAAA!!
“Iya, Dek! Apalagi berekspektasi kalau messnya wangi gitu kan. Coba deh ntar kalau adek lagi di kamar atau di ruang tengah, bakal kecium tuh bau t*i ayam dan t*i babi.”, tambah Mba Dila dan diketawain dengan teman-temannya yang lain.
Seketika mereka nge-flashbackkejadian-kejadian yang kocak di mess itu. Mereka bilang, mereka terlalu berekspektasi messnya keren kaya di drakor-drakor gitu, eh ga taunya kaya kandang ayam!
![Frown emoticon-Frown](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/06.gif)
Aku jadi penasaran, apakah benar yang mereka omongin ini?
Selepas shalat ashar, aku dibantu oleh Mba Dila untuk pindahan ke mess. Aku yang membawa satu koper besar, satu koper kecil, dan dua ransel, sangat merasa terbantu dengan adanya Mba Dila.
“Itu Dek, messnya!”, ujarnya saat setelah kami melewati gang kecil yang hanya muat dilewati dengan dua sepeda motor.
“Yang itu?”, tanyaku.
Hm ternyata jika terlihat dari luar, messnya seperti rumah model lama gitu. Dan juga, bagian depannya, tepat di depan pintu pagar, ada warungnya gitu.
“Permisiii..”, panggilku kepada siapa saja yang berada di dalam, berharap ada seseorang yang segera membukakan pintu pagar yang terkunci.
“Iyaa.. Siapa ya?”, tanya perempuan bertubuh mungil dengan rambut keriting terikat.
“Saya Anes, Teh.. yang akan tinggal di mess ini.”. Sepertinya ini yang namanya Teh Caca, istri dari orang yang bertanggung jawab akan mess ini.
“Oh iyaa, akhirnya dateng juga yaa! Temen-temen kamu udah pada dateng sejak pagi tadi! Ini kamu yang terakhir masuk mess!”, ujarnya memberikan informasi singkat dengan tegas.
“Hehe iya Teh.. Maaf ya Teh kalau datengnya terakhir-terakhir.”
“Iya gapapa. Masuk-masuk!”, ujarnya lagi saat kunci pagarnya sudah berhasil terbuka.
“Makasih Teh. Permisi ya Teh..”, jawabku.
Lalu aku dan Mba Dila segera melewati teras yang sore itu lantainya penuh dengan debu, lalu mengikuti Teh Caca masuk ke ruang tamu.
“Dek, hati-hati sama dia ya. Dia orangnya rada-rada sensian!”, bisik Mba Dila memperingatiku.
“Aku pernah ada masalah sama dia! Liat, dia kek ga kenal kan sama aku!”, ujarnya lagi. Aku hanya memberikan ekspresi ‘ohya’ padanya.
“Ini kamar pertama, satu kamar ada empat orang. Dan sudah ada yang ngisi.”, Teh Caca mulai menjelaskan.
Dengan sekilas aku melihat ada empat kamar yang berjejer di sebelah kiri, dan ada satu kamar berukuran lebih kecil berada di sebelah kanan - yang letaknya di depan kamar empat-.
“Ini kamar kedua, juga untuk empat orang, dan sudah keisi.”, katanya lagi. Nah di depan kamar kedua ini, ada ruang belajar gitu.
“Ini kamar ketiga, kamar terbesar, muat untuk enam orang, tapi juga udah ada yang nempatin!”, Teh Caca berusaha menjelaskan letak kamar satu per satu beserta jumlah orang di tiap kamarnya.
“Ini kamar keempat, juga untuk empat orang, dan lagi-lagi udah penuh juga!”
Aku hanya bisa tersenyum kepada rekan-rekanku yang berada di dalam kamar yang menyadari kedatanganku.
“Nah kalau kamar cowok, ada di bagian luar! Tepat di samping kamar yang ini!”, teteh menunjuk ke kamar nomor 5.
“Ini kamar untuk dua orang aja! Dan baru keisi satu orang.”, akhirnya, inilah kamarku!
“Baik Teh. Terima kasih yaa.”, ucapku. Teteh pun berlalu pergi setelah menunjukkan kamarku.
Jujur, kamar yang akan menjadi kamarku ini, lebih cocok disebut dengan gudang. Dan ternyata hal itu dibenarkan dengan Mba Dila.
“Dek, tau ga, ini dulu tuh gudang taau!!”, bisiknya lagi.
“Ohyaa?”, sebuah pertanyaan yang sebenarnya tak ku butuhkan jawabannya.
Jadi, kamarku ini berbentuk persegi panjang, yang di dalamnya terdapat satu kasur tingkat dan kasur atas bawah gitu. Di dalamnya juga ada satu lemari yang cukup di pakai untuk dua orang.
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/images/2023/01/13/11138712_202301131246030820.png)
(Kasur tingkat - kasur 1)
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/images/2023/01/13/11138712_202301131247070168.png)
(Kasur atas bawah - kasur 2)
Lalu ada satu AC di dekat kasur tingkat itu. Yang aku yakini kamar yang berukuran kecil ini pasti bakal sedingin kulkas dengan suhu terdingin!
Ohya, kamar kami ini disekat dengan kayu triplek gitu, bukan dengan dinding beton. Jadi kami bisa mendengar suara atau gerakan apapun dari luar kamar dengan sangat jelas.
“Hai Mba Anes!!”, sapa seseorang dari dalam kamar yang sebelumnya terlihat sibuk memindahkan pakaiannya dari koper pink ke dalam lemari dan kini tengah menyambutku di dekat pintu masuk.
“Mba Anni?? Yaampun apa kabar?”, jawabku dengan antusias! Btw Mba Anni ini adalah orang yang pernah kusebut-sebut seperti boneka barbie di part-17.
Kami pun berpelukan sebentar kemudian bercipika-cipiki. Lalu ku perkenalkan Mba Dila padanya. Tak lama dari itu, Mba Dila pamit untuk pulang.
“Dek, aku balik dulu ya? Ntar kalau ada apa-apa, kabarin aku!”, ujar Mba Dila.
“Iya Mba, makasih banyak ya Mba Dilaaaa!!”, aku memeluknya erat!
“Hehe iya sama-samaa! Semangat ya kamu!!”
Aku pun mengantarkan kepergian Mba Dila sampai depan pagar. Melihat Mba Dila pergi menjauh dari tempatku berada, seolah melihat seorang kakak perempuan yang pulang setelah mengantarkan adeknya ke tempat barunya.
“Mba Anes, boleh ga aku tidur disini?”, tanya Mba Anni setibanya aku di kamar. Dia menunjuk ke kasur 1 bagian bawah.
Fyi, kasurnya saat itu yang di kasih sprei adalah kasur 1 doang. Kasur 2 ga ada spreinya.
Nah, kalau Mba Anni mau tidur di kasir 1 bagian bawah, berarti aku yang di atas dong ya. Deket banget dengan AC mohon maap!
“Ohya Mba, boleh! Aku kayanya bakal tidur di kasur ini deh!”, aku menunjuk ke kasur 2 yang tanpa sprei ini.
“Tapi kasurnya udah reot gitu Mba!”
“Ohyaa? Haha yaudah deh gapapa, Mba.. Aku izin naik ya Mba, mau mindahin spreinya.”, jawabku.
“Iya Mba silahkan-silahkan..”, jawab Mba Anni ramah.
‘Hm kasurku dulu saat merantau pertama kali ke Surabaya, lebih parah dari ini. Dan kondisi kosanku yang dulu juga lebih kotor dan reot dari messku ini. Jadi InsyaAllah aku bakal betah-betah aja sih!’, bathinku seraya memindahkan sprei di kasur atas ke kasur yang akan jadi tempat tidurku.
Setelah aku berhasil memindahkan sprei, aku pun memindahkan sebagian bajuku yang berada di koper ke dalam lemari.
“Mba Anes..”, panggil Mba Anni beberapa menit kemudian. Tepat setelah aku baru saja kelar mindahin bajuku ke lemari.
“Iya?”
“Ini remot ACnya ga berfungsi.”, Mba Anni terlihat sedang mengutak-atik remot AC itu.
“Ohyaa? Yaudah nanti kita coba tanya sama Teh Cacanya yaa.”, jawabku sembari tersenyum.
Tak lama dari itu, Mba Anni berteriak saat ia baru saja merebahkan badannya di kasurnya.
“Mba, kenapa?”, tanyaku kaget.
“Ini ACnya bocor!! Dan kasur aku basah nih!”
“Huaa ini lantainya juga basah!!”, teriak Mba Anni lagi.
ASTAGAAA!!
😫😫😫
![nomorelies](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/12/12/avatar7457792_2.gif)
![delet3](https://s.kaskus.id/user/avatar/2015/10/18/avatar8286249_1.gif)
![wakazsurya77](https://s.kaskus.id/user/avatar/2022/01/01/default.png)
wakazsurya77 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Kutip
Balas
Tutup