Kaskus

Story

chrishanaAvatar border
TS
chrishana
Bukan Rama Shinta
Bukan Rama Shinta

Quote:



Spoiler for Perkenalan:



Quote:


Spoiler for My Other Stories:
Diubah oleh chrishana 30-01-2023 18:29
unhappynesAvatar border
Bgssusanto88Avatar border
fenrirlensAvatar border
fenrirlens dan 5 lainnya memberi reputasi
6
3.3K
30
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread51.8KAnggota
Tampilkan semua post
chrishanaAvatar border
TS
chrishana
#2
Chapter 01 - Perusak Suasana Hati di Pagi Hari
Waktu sudah menunjukkan pukul 5.30 pagi. Di mana matahari masih malu-malu untuk menampakkan diri sebelum dipaksa untuk muncul oleh rotasi bumi. Tak terdengar suara kicauan burung di waktu itu, tetapi sudah ada orang yang membuka mata dan bersiap menghadapi hari.
“Cepetan diminum tehnya, mumpung masih anget. Mantengin layar terus,” ujar Mitha seraya menyiapkan sarapan pagi untuk anak dan suaminya.

“Nanti. Lagi seru ini lihat John Cena sama The Rockberantem,” jawab Mahendra.

Namanya Paramitha Setyodewi, biasa dipanggil Mitha, adalah seorang istri dan juga dosen Bahasa Inggris di sebuah Universitas swasta yang ada di Jakarta. Wanita berusia 40 tahun ini memiliki paras yang bisa dibilang cantik dan banyak memiliki penggemar di kalangan mahasiswa.

Sedangkan suaminya bernama Mahendra Setiawan. Pria yang gemar menonton gulat ini juga berusia 40 tahun. Memiliki tubuh dengan tinggi 175 sentimeter dan wajah yang cukup tampan untuk memikat para karyawati di sebuah pasar swalayan yang diwariskan dari ayahnya dulu.
“Halo, Pa!” Mitha terlihat sedang menjawab telepon. “Tumben jam segini telepon,” lanjutnya.

“Udah aku bikinin, Pa. Tapi Mas Hendra gak mau nyentuh. Lebih mentingin smackdown,”

Seketika, Hendra langsung mematikan iPadmiliknya dan meneguk habis teh buatan istrinya hingga tersedak karena terlalu panas hingga membasahi layar dari perangkat buatan Amerika Serikat miliknya.

Mitha yang melihatnya tertawa hingga mengeluarkan air mata karena telah berhasil mengelabuhi suaminya yang asyik sendiri.
“Sialan! Aku pikir Papa beneran telepon,” ujar Hendra sambil mengelap layar iPadmenggunakan tisu.

“Papa sama Mama ngapain?” tanya seorang anak berseragam SMA yang sedang menuruni anak tangga.

“Ini Mamamu. Bikin Papa keselek pagi-pagi,” jawab Hendra.

“Loh, sarapanku mana?” tanya Rama seraya matanya hanya melihat meja makan yang kosong.

“Beli sendiri aja sana. Kan di sekolah banyak,” jawab Mitha.

Tak lama kemudian, terdengar suara mesin dari sepeda motor buatan Jepang berkapasitas mesin 125cc di depan rumah Mahendra dan Mitha.
“Pak Hendra! Ojek!” teriaknya.

Dia adalah Sukarmin, pria paruh baya yang berasal dari Jawa Tengah. Saat ini, dia menjadi tukang ojek langganan yang bertugas mengantar Mahendra dari rumahnya menuju kantornya yang ada di Jakarta Pusat dengan bayaran bulanan.
“Pak Karmin udah datang. Papa berangkat dulu ya,” Hendra segera memasukkan iPaddan laptopnya ke dalam tas lalu bergegas keluar rumah.

“Kenapa Papa gak pesan ojek online aja sih, Ma?” tanya Rama yang sedang mengenakan sepasang sepatu hitam miliknya.

“Pak Karmin itu udah tua. Punya istri yang harus dinafkahi. Papamu itu niatnya mau bantu dia supaya kebutuhan rumah tangganya terpenuhi. Ya, walaupun kalau Mama hitung-hitung, biaya naik ojek online lebih murah,” ujar Mitha.

“Ya udah, aku berangkat dulu Ma. Assalamu ‘alaikum,” ucapnya seraya mengeluarkan sepeda gunungnya keluar rumah.

Anak yang baru saja naik tingkat ke kelas sepuluh ini bernama Rama Mahendra. Mempunyai tubuh dengan tinggi 170 sentimeter dan berisi karena gemar bersepeda dibandingkan mengendarai kendaraan bermotor.

Kendaraan beroda dua dikayuh olehnya dengan pelan sambil menikmati udara pagi yang segar. Dipayungi oleh sekelompok tumbuhan berbatang besar yang mempunyai ranting berdaun lebat. Menghalangi hangatnya matahari pagi yang masih sembunyi di balik senyawa berwarna putih berbentuk seperti kumpulan bola-bola kapas.

Hanya membutuhkan waktu sekitar empat puluh menit untuk sampai ke sekolah barunya. Setelah selesai menyapa penjaga sekolah dan memarkirkan sepedanya, Rama bergegas menuju kantin sekolah.
*BRUK!*

Seorang murid perempuan tiba-tiba saja muncul dan menabrak Rama di sudut sekolah. Sialnya, perempuan itu sedang membawa segelas minuman dingin yang masih penuh di genggamannya. Baju seragam yang dipakai Rama tak sengaja tersiram dan basah.
“Aduh! Lo tuh kalau jalan lihat-lihat dong!” ucap Rama dengan nada tinggi.

Perempuan itu menatap Rama dengan kesal, “Lo yang gak lihat-lihat! Jelas-jelas lo yang nabrak! Malah nyalahin gue! Situ waras, hah!”

Rama mengangkat tangannya sejajar dengan wajah perempuan itu dan menunjuknya, “Lo yang gila! Baju gue basah semua! Lo harus tanggung jawab!”

Perempuan itu menepis, “Ada juga lo yang tanggung jawab! Gue baru beli air yang mau gue minum! Tumpah semua gara-gara lo!” ucap perempuan itu seraya menunjuk balik ke wajah Rama.

“Minggir!” perempuan itu mendorong Rama dan berjalan dengan cepat sampai suara langkahnya pun terdengar keras.

Kejadian itu membuat Rama kehilangan nafsu makannya. Dia tetap pergi ke kantin tetapi bukan untuk sarapan, melainkan meminjam sebuah sobekan dari kardus minuman kemasan untuk membantu mengeringkan bajunya dengan cara dikipaskan ke arah seragamnya.

Setelah itu, Rama beranjak dan mulai mencari namanya di setiap kelas. Ditemani oleh padatnya murid-murid baru yang juga sedang melakukan aktivitas yang sama dengan Rama. Ada juga yang sedang mengobrol dan bercanda di depan kelas.

Setelah melihat namanya ada di dalam daftar, Rama langsung berjalan masuk. Dia pun langsung disapa oleh seseorang.
“Rama, kau di kelas ini juga?” tanya seorang murid dengan logat khas Indonesia timur.

“Eh, lo di sini juga, Dik?” balas Rama.

“Iya, saya sudah jaga kita punya tempat,” ucapnya dan menunjuk ke arah meja di paling belakang sudut ruangan, “Tempat paling nyaman,” lanjutnya.

“Gak sia-sia gue punya temen kayak lo,” Rama merangkul Endik dan tersenyum tipis.

Murid yang berasal dari Sorong, Papua Barat ini bernama Endik Jan Bonay. Biasa dipanggil Endik. Dia adalah teman pertama yang dimiliki Rama ketika menginjakkan kaki di SMP sebelumnya dan kini, mereka bersama kembali di SMA Bumi Yadhika. Karakternya yang santai dan humoris mampu mencairkan suasana yang tegang. Sudah lebih dari tiga tahun mereka saling mengenal.

tariganna
efti108
unhappynes
unhappynes dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.