Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

gothic84Avatar border
TS
gothic84
Koridor Akal untuk mengenal adanya Allah.
Hallo para Kaskuser, semoga anda semua dalam keadaan sehat wal afiat.

Thread ini saya buat, karena beberapa waktu ini saya membaca thread pertanyaan tentang eksistensi Tuhan, dan dalam hal ini saya ingin berbagi tentang apa yang saya pahami dan saya pelajari mengenai hal ini sebagai koridor untuk akal kita dalam mengenal tentang keberadaan-Nya.

Semoga apa yang saya jelaskan di sini bisa memberikan wawasan untuk kita semua dan membuka akal kita untuk lebih mempelajari nya.

Ada hal yang paling mendasar untuk belajar mengenal tuhan yang secara umum di sebut sifat 20, yang menjadi koridor akal dalam memahami sifat antara tuhan dan makhluk ciptaan nya.

yang pertama adalah sifat nafsiah yaitu Wujud.

bukti keberadaan tuhan adalah adanya kita sebagai manusia yang menjadi makhluk ciptaan nya.
namun keberadaan kita bersandar kepada perantara ibu dan ayah, lalu ibu dan ayah melalui kakek-nenek dan seterus nya.
akhir nya kita bertanya siapakan manusia yang pertama kali di ciptakan?

secara umum sering kita kenal Adam, yang dalam hampir semua ajaran agama memberitahukan nya tentang kisah Nabi Adam.
Lalu siapakan yang menciptakan adam ini lah yang kita sebut Tuhan.
lalu, siapakah yang mencipakan Tuhan?

maka akal kita akan berandai andai, ada satu tuhan lagi yang menciptakan nya, lalu yang menciptakan tersebut ada lagi yang menciptakan nya hingga akhir nya tak berujung karena yang satu di ciptakan yang lain dan seterus nya hingga tak berujung seperti bilangan yang terus berlanjut.

hingga ada jawaban berikut nya dalam sifat Salbiah (yaitu sifat yang menolak apa yang tidak layak bagi Tuhan).

sifat salbiah yang pertama adalah Qidam, yang berarti tidak ada awal nya.

ini lah yang menjadi koridor antara tuhan dan manusia, manusia memiliki awal penciptaan sedangkan tuhan Tidak ada awal penciptaan, karena dialah sang maha pencipta.

sifat salbiah yang kedua adalah Baqa, yang berarti tidak ada akhir nya.
ini lah koridor selanjut nya antara tuhan dan manusia, manusia ada awal penciptaan, pasti ada akhir perjalanan nya yaitu Maut atau Mati.
sedangkan Tuhan tidak akan pernah mati karena Dia lah yang menghidupkan dan mematikan setiap makhluk nya.

dan dari sifat qidam dan baqa ini lah Tuhan mencabut apa yang ada pada makhluk, yaitu WAKTU. Tuhan tidak terikat oleh waktu karena Tuhan pulalah sang pemilik WAKTU.

sifat salbiah yang ke tiga adalah Mukholafatul Lilhawaditsi yang artinya Berbeda dengan ciptaan-Nya

Selanjut nya akal kita akan bertanya-tanya, seperti apakah Tuhan?
maka kita akan membanding dan menyandingkan dengan apa yang PERNAH kita Lihat, dan PERNAH kita dengar.
sedangkan apa yang pernah kita lihat dan dengar adalah ciptaan Nya yang sudah tentu tidak akan pernah sama dengan apa yang Tuhan ciptakan.

karena jika Tuhan menciptakan apa yang sama dengan-Nya tentu akan kontradiktif, karena apa yang kita lihat dan dengar pastilah sesuatu hal yang baru yang memiliki awal penciptaan dan akhir perjalanan, sedangkan dalam sifat sebelum nya tuhan tidak terikat oleh awal dan akhir yang menjadi waktu.

Maka dalam hal ini Tuhan tidak terikat oleh BENTUK, jadi tak akan ada satu hal pun di dunia ini yang mampu menyamai-Nya.

sifat salbiah yang ke empat adalah Qiyamuhu Binafsihi yang arti nya berdiri dengan sendiri nya

Selanjut nya akal kita akan bertanya lagi, dimanakah Tuhan?

jika kita bertanya tentang di mana, maka akal kita akan berfikir tentang TEMPAT.

yang dengan pemahaman kita tentang ada nya surga dan neraka, maka di sanalah keberadaan tuhan kita simpul kan.

lalu, jika hanya fokus untuk urusan surga dan neraka, bagai mana urusan semua makhluk nya yang masih ada di dunia?
apakah tuhan tinggalkan sejenak?
tentu tidak dan tidak masuk akal juga jika tak mampu mengurus kedua nya karena bukan kah tuhan pemilik lagit dan bumi beserta seluruh makhluk ciptaan nya?

atau apakah di arah Kiblat, karena ada salah satu umat beragama yang beribadahnya menghadap ke sana?
tentu tidak, karena bagai mana dengan umat beragama lain yang beribadah nya tidak hanya ke arah kiblat.
Bukan kah Tuhan itu maha adil, dimana keadilan Tuhan jika hanya ada di satu arah.

Maka dalam hal ini Tuhan tidak terikat oleh RUANG, yang dalam arti dimanapun kita berada di situ pulalah Tuhan bersama kita.
terlepas apakah kita sedang mengingat nya ataupun tidak.
terlepas apakah kita sedang beriman atau pun tidak, dan terlepas apakah kita sedang beribadah atau pun bermaksiat Tuhan Maha mengetahui.

sifat salbiah yang ke lima adalah Wahdaniyat, yang artinya TUNGGAL.

arti tunggal di sini bukan berarti satu karena jika setelah satu maka akan ada dua, tiga, empat dan seterus nya.

makna tunggal di sini adalah semua bergantung kepada yang TUNGGAL.

saya akan beri PERUMPAMAAN sederhana.

jika kita mempelajari kehidupan laut maka DIIBARATKAN Tuhan itu seperti air laut nya, dalam arti menjadi penunjang hidup untuk berbagai jenis makhluk yang ada dilautan tersebut, dalam ikan hiu ada air laut, dalam ikan paus ada air laut, dalam terumbu karang ada air laut, dan bahkan sampai ikan terkecil dan semua makhluk yang ada di laut itu bergantung pada air laut itu sendiri.

Maka dalam hal ini Tuhan tidak terikat oleh BILANGAN dan KEPENTINGAN.

tidak memandang apapun makhluk yang hidup Tuhan lah tempat bergantungnya, terlepas makhluk itu beriman atau tidak, terlepas makhluk itu percaya akan ADANYA TUHAN atau tidak, terlepas makhluk itu sedang berbuat kejahatan ataupun kebaikan TUHAN berikan hidup dan segenap penujnang kehidupan nya tanpa membeda bedakan nya.

dan dimanapun makhluk itu hidup, Tuhan berikan REJEKI nya, tuhan tentukan AJAL nya, tuhan siapkan JODOH nya, dan tuhan tuliskan TAKDIR nya.

REJEKI, AJAL, JODOH, dan TAKDIR itu lah yang selama ini kita sebut dengan UJIAN 4 Perkara.
dan tidak ada satu makhluk pun di dunia ini yang keluar dari ujian 4 perkara tersebut dalam kehidupan sehari hari nya.


jadi, sejati nya tuhan itu ADA soal kita mempercayainya ataupun tidak itu adalah perkara yang lain.

ini hanya sebagian dari sifat sifat Tuhan yang secara umum saya pelajari dan telaah dan menjadi titik terang untuk koridor akal saya dalam memahami nya.

Pembahasan tentang sifat 20 terbagi menjadi 4 (Empat) kategori, yaitu : Sifat Nafsiyah, Sifat Salbiyah, Sifat Ma'ani dan Sifat Ma'nawiyah.

Berikut definisi dan penjelasan mengenai sifat Nafsiyah, Salbiyah, Ma'ani dan Ma'nawiyah beserta pembagian 20 sifat wajib Allah di dalamnya :

Yang pertama yaitu Sifat Nafsiyah

Sifat Nafsiyah adalah sifat yang menunjukkan zat itu sendiri bukan hal lainnya. Sifat Nafsiyah juga bisa didefinisikan sebagai haliyyah atau kondisi yang pasti ada pada suatu dzat selama dzat tersebut tidak 'ilati dengan suatu 'ilat. Sifat wajib Allah yang termasuk ke dalam sifat Nafsiyah hanyalah satu, yaitu sifat wujud.

dan penjelasan tentang sifat wujud ini sudah saya terangkan di atas, semoga agan dan sista bisa memahami nya.

Selanjut nya yaitu Sifat Salbiyah

Sifat Salbiyah adalah sifat yang menafikan segala hal yang tidak layak bagi Tuhan.
Sifat wajib yang masuk ke sifat Salbiyah sendiri mencakup 5 sifat, Yaitu:

Qidam, Baqa’, Mukhalafatu lilhawadisi, Qiyamuhu Binafsihi dan Wahdaniyat.

dan penjabaran nya pun sudah saya terangkan sebelum nya.

Selanjut nya yaitu Sifat Ma'ani.

Sifat Ma'ani adalah sifat yang ada pada sesuatu yang disifati yang otomatis menetapkan suatu hukum padanya. Seperti sifat Qudrah Allah yang secara otomatis menetapkan hukum Kaunuhu Qadiran ( keberadaan Allah SWT maha mampu/ kuasa).

Sifat Ma'ani juga disebut sebagai sifat wujudiyyah, yaitu sifat yang memiliki wujud atau ada wujudnya, maksudnya adalah sifat tersebut tidak terlepas dari zat Allah SWT. Dari sifat-sifat wajib Allah, yang termasuk dalam kategori Ma'ani adalah 7 (Tujuh) sifat, yaitu :

Hayat, Ilmu, Iradat, Qudrat, Sam’a, Basar,dan Kalam.

Selanjut nya yaitu Sifat Ma'nawiyah

Sifat Ma'nawiyah adalah sifat yang ada pada suatu yang disifati, yang otomatis menetapkan suatu hukum padanya, maka sifat Ma'nawiyah merupakan hukum tersebut. Dari definisi di atas bisa kita simpulkan bahwa sifat Ma'nawiyah merupakan sebuah kondisi yang selalu menetap pada sifat Ma'ani itu sendiri.

Sifat ilmu misalnya, pasti dzat yang bersifat dengannya mempunyai kondisi berupa Kaunuhu ' Aliman ( keberadaannya sebagai zat yang berilmu/ mengetahui). Sifat wajib Allah yang termasuk dalam kategori Ma'nawiyah ada 7 sebagaimana sifat Ma'ani yaitu:

Kaunuhu Hayyan, Kaunuhu 'Aliman, Kaunuhu Muridan, Kaunuhu Qadiran, Kaunuhu Sami'an, Kaunuhu Bashiran dan Kaunuhu Mutakalliman.

Dan di thread ini, saya akan berusaha mengurai kan tiap masing masing kategori sifat 20 di atas sesuai dengan kapasitas akal saya, dan apa yang telah saya pahami.

Kita mulai pembahasan sifat Ma’ani yang pertama yaitu Hayat:

Hayat ini memiliki arti Maha Hidup.

Layak nya segala sesuatu yang hidup tentu akan memiliki aktifitas kehidupan.

Lalu akal kita pun akan bertanya apa yang membedakan antara hidup manusia dengan Tuhan yang menciptakan kehidupan?

Jawaban nya adalah penjelasan yang lebih detail mengenai uraian dari sifat nafsiah dan salbiah yang saya telah uraikan di sebelum nya.

Yang pertama, Hidup Tuhan itu Qidam ( tidak ada awal nya) , sedangkan hidup kita sebagai manusia ada awal penciptaan.

Dimulai dari perantara ibu dan ayah, bercampur nya sel sperma dan sel telur, kemudian fase kehidupan dalam kandungan, sampai lahirnya ke Dunia dan menjalankan kehidupan sesuai garis takdir Nya.

Yang kedua, Hidup Tuhan itu Baqa ( tidak ada akhir nya ) , sedangkan hidup kita sebagai manusia yang di awali proses penciptaan pasti akan menemui akhir perjalanan hidup yang disebut Mati dan kematian itu adalah satu hal yang Pasti.

“Kullu Nafsin Zaikatul Maut” , Setiap yang bernyawa akan merasakan Mati.

Yang ketiga, Hidup tuhan itu berbeda dengan apa yang di ciptakan nya (Mukholafatul Lilhawaditsi).

Kita sebagai Manusia membutuhkan Jasad untuk bisa hidup, sedangkan Tuhan tak butuh jasad untuk hidup.

Hidup manusia membutuh kan Ruh karena hakikat nya manusia adalah Ruh, sedangkan hidup tuhan tak membutuhkan Ruh.

Hidup manusia membutuh kan Nyawa, sedangkan Tuhan tak butuh Nyawa.
Ciri kita hidup adalah Bernafas, Tuhan tak membutuhkan nafas untuk hidup.

Nah ini lah penjelasan hidup Tuhan berbeda dengan ciptaan nya.

Ada yang hidup, ada yang menghidupi, dan ada yang di hidupi.

Tuhan bukan yang Hidup, karena yang hidup adalah Ruh.

Tuhan bukan yang menghidupi, karena yang menghidupi adalah Nyawa.

Tuhan bukan yang di hidupi, karena yang di hidupi adalah Jasad.

Lalu yang manakah Tuhan?

Tuhan adalah yang Maha Hidup, yang memiliki sifat Hayat.

Yang ke empat, hidup Tuhan itu tidak terikat oleh RUANG ( Qiyamuhu Binafsihi ).

Selain membutuh kan Ruh, Nyawa, dan jasad, makhluk hidup membutuh kan Ruang untuk hidup nya. Seperti perumpamaan kehidupan ekosistem laut yang sudah saya contoh kan sebelum nya.

Sedangkan Tuhan tidak membutuhkan ruang.

Yang ke Lima, Hidup Tuhan itu tunggal (Wahdaniyat). yang menjadi tempat bergantung seluruh makhluk ciptaan nya.

Sedangkan makhluk hidup sangat bergantung pada keberadaan tuhan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dan penunjang kehidupan nya agar bisa tetap hidup sampai batas waktu yang telah Tuhan tentukan.

Kita lanjut kan ke sifat Ma’ani yang kedua yaitu Ilmu

Ilmu di sini memiliki arti Maha Mengetahui segala sesuatu.

Tuhan memiliki Ilmu, kita juga sebagai manusia mempunyai Ilmu, lalu apa yang membedakan Ilmu yang ada pada Makhluk dengan Ilmu milik Tuhan?

Ilmu yang ada pada Tuhan bersifat Qidam (Tidak ada Awal nya), sedangkan ilmu pengetahuan yang ada pada Makhluk ada Awal dan asbab dalam mendapat kan nya.

begini penjelasan lebih lanjut beserta contoh nya:

Kita sebagai manusia mengetahui bahwa ini adalah ayah dan ini adalah Ibu, tentu saja tidak begitu langsung tahu ketika saat di lahir kan.

kita mulai mengetahui bahwa ini adalah ibu dan ayah kita seiring bertambah nya usia, di mulai merangkak, lalu belajar berdiri, lalu belajar mendengar kemudian kita bisa berkomunikasi dan berbicara, dan seiring berjalan nya waktu barulah tahu bahwa ini yang di sebut Ibu dan ini yang di sebut ayah.

kemudian kita mengenal benda, lalu belajar mengenal huruf hingga bisa merangkai suku kata itu pun semua ada awal nya, yaitu di ajarkan kedua orang tua lalu memasuki usia sekolah dan mulai banyak belajar ilmu menulis dan membaca dan seterus nya hingga mendapatkan banyak ilmu pengetahuan seiring bertambah nya apa yang kita lihat dan apa yang kita dengar untuk di pelajari.

lalu ilmu yang ada pada Tuhan itu bersifat Baqa (tidak ada akhir nya), atau langgeng, sedangkan ilmu di makhluk bersifat sementara dan ada waktu terputus nya ilmu yang di miliki makhluk.

Kita ambil contoh: saat dalam kondisi tertentu ada kala nya ilmu di manusia terputus oleh Lupa,jangankan ilmu yang rumit, kita ambil saja ilmu yang sederhana misal nya tentang Nama. ada saat saat ternetu kita lupa akan nama seseorang, padahal kita kenal dengan orang tersebut bahkan kenal nya pun dalam waktu yang cukup lama, tapi suatu saat lama tak bertemu kita lupa nama nya siapa, padahal itu adalah teman akrab.

ilmu pada manusia bisa terputus saat dalam kondisi tidur, bukti nya, sepandai apapun seseorang saat dalam kondisi tidur ditanya satu tambah satu pasti tidak akan bisa menjawab, karea ilmu nya saat itu dalam kondisi terputus.

dan masih banyak contoh kondisi lain nya, dan yang paling terakhir, adalah terputus ilmu nya oleh kematian seiring berakhir perjalanan hidup nya.

Selanjut nya, Ilmu ada pada Tuhan memiliki Ta’aluq ( perangkat ), dan Ta’aluq dari sifat Ilmu yaitu Inkisaf.

apakah yang dimaksud dengan Inkisaf?

Inkisaf Yaitu yang membukakan dari yang asal nya tidak Tahu menjadi Tahu, Inkisaf itu milik Tuhan, lalu hasil dari Inkisaf di berikan kepada makhluk nya.

Begini penjelasan lebih lanjut nya:

Inkisaf Ilmu akan di berikan jika manusia memenuhi Syarat, yaitu: melihat dan mendengar sesuatu.

Contoh : Dalam suatu kelas ada 20 orang murid yang sedang belajar dan seorang guru yang sedang memberikan pelajaran.
lalu dari ke 20 murid tersebut Tuhan berikan inkisaf nya sesuai kapasitas akal yang tuhan tentukan untuk masing masing siswa.

jadi, ada yang mendapatkan ilmu yang banyak, dan ada pula yang mendapatkan ilmu yang lebih sedikit.
padahal semua siswa tersebut memenuhi syarat yang sama, yaitu Melihat dan mendengar pelajaran tersebut bersamaan.
akhir nya ada istilah dalam kehidupan kita apa yang di sebut siswa cerdas dan siswa yang tidak begitu cerdas.

jadi, yang membuat seseorang itu cerdas dan tidak cerdas adalah Tuhan. Mengapa demikian?

jawaban nya adalah agar ada kehidupan yang berjalan.

jadi ada yang mengajar, ada yang belajar. ada yang bekerja, ada yang membayar. ada yang memberi, ada yang menerima.
ada yang meminjam, dan ada yang memberi.

jika tidak seperti itu maka tidak akan ada kehidupan. kita bayangkan jika semua manusia di cerdaskan.

semua ingin mengajar, lalu siapa yang akan belajar?

semua ingin menjadi pengusaha, lalu siapa yang akan bekerja?

semua manusia menjadi orang kaya yang ingin memberi, lalu siapa yang akan menerima?

sebalik nya, jika semua manusia tidak ada yang cerdas.

Semua ingin belajar, lalu siapa yang akan mengajar?

semua ingin bekerja, lalu siapa yang akan membayar?

semua manusia ingin menerima bantuan, lalu siapa yang akan memberi?

Dan Tuhan memberikan rejeki berupa ilmu kepada makhluk nya berdasar kan keadilan. dan adil di sini bukan berarti sama rata.

tapi hakikat adil di sini adalah sesuai dengan kebutuhan nya untuk menjalan kan amanah dan perintah dalam kehidupan.

yang memiliki pengetahuan banyak, amanah nya adalah mengajar, dan yang kurang memiliki ilmu perintah nya adalah belajar.

Selanjut nya, Tuhan memberikan inkisaf kepada manusia secara bertahap yaitu:

Pertama, Inkisaf Nadori.

Yaitu, Inkisaf ilmu akan di berikan jika kita melihat dan mendengar sesuatu, maka kita akan memiliki pengetahuan tentang sesuatu tersebut secara mendasar.

Kedua Inkisaf Doruri.

Yaitu, inkisaf ilmu akan di berikan jika kita melihat, mendengar, dan memikirkan sesuatu.
Maka kita akan memiliki pengetahuan tentang sesuatu tersebut secara lebih mendalam dari yang pertama.

Ketiga Inkisaf Badihi.

Yaitu, inkisaf ilmu akan di berikan jika kita melihat, mendengar, memikirkan, lalu mempraktekan sesuatu.
Maka kita akan memiliki pengetahuan tentang sesuatu tersebut secara lebih mendalam dan mendetail dari yang pertama dan kedua.

Contoh: Ilmu membuat sayur.

orang pertama, dia ingin membuat sayur, lalu membeli buku resep sayur, tapi hanya sebatas di baca, maka ilmu yang di dapat hanya sebatas referensi resep sayur.

orang kedua, membeli buku resep sayur, membaca resep sayur, lalu memikirkan hingga lebih detail lagi.
maka ilmu yang di dapat, selain hapal referensi resep, dia pun akan berkreatif dengan ide ide pemikiran nya.

orang ke tiga, membeli buku resep sayur, membaca nya, memikir kan nya, lalu mempraktekan nya.

maka ilmu yang di dapat, selain hafal referensi resep, dia taungkan ide kreatif nya, llalu dia praktekan ilmu nya sampai menghasilkan sabuah masakan sayur hingga mengetahui bagai mana rasa sayur tersebut.

jadi, orang pertama hanya mendapat ilmu berupa DATA pada akal nya.

Orang ke dua selain mendapat ilmu berupa DATA dia pun memiliki HAWA dalam akal nya

dan yang ketiga, selain mendapat kan ilmu berupa DATA, dia memiliki HAWA, lalu mendapatkan RASA dalam akal nya.

Nah, Ilmu Apapun yang di pelajari oleh Manusia, begitu hukum nya.

Lalu ada kasus, manusia yang protes kepada Tuhan yang kasus ini nyata dalam kehidupan keseharian kita.

Ya Tuhan, mengapa orang orang di negara barat dan eropa yang pola hidup nya begitu Liberal bahkan banyak yang Atheist tapi menjadi negara maju? sedangkan orang orang di negara Timur yang memiliki adab dan tata krama serta beragama begini begini aja?

Lalu ada orang yang beranggapan seolah olah Tuhan itu hanya tahu tentang Agama, atau tata cara masuk surga, tata cara menghindari neraka dan sebagai nya.

padahal kan tidak begitu, karena Ilmu di Tuhan itu bersifat Mukholafatul Lilhawaditsi (Tidak terkurung oleh bentuk) jadi ini berlaku untuk Ilmu apa saja.

Selanjutnya, Tuhan tidak memerlukan inkisaf untuk memiliki Ilmu dan juga tidak perlu melihat dan mendengar terlebih dahulu untuk memiliki Ilmu.

Itu lah perbedaan Ilmu ntara Tuhan dengan makhluk nya.

Hidup di belahan dunia mana pun jika kita mengerti konsep mengolah Ilmu, Tuhan pasti memberikan Ilmu nya karena Ilmu di Tuhan itu tidak terkurung oleh Ruang (Qiyamuhu Binafsihi)

ini lah bukti keadilan tuhan yang tidak pilih kasih, tidak terikat kepentingan dan bilangan yang sudah di jelaskan dalam sifat wahdaniyat.

inilah saat nya kita koreksi diri, tanyakanlah pertanyaan itu ke dalam diri sendiri, karena Tuhan itu maha Sempurna yang tak ada kekurangan sedikit pun dalam sifat Ilmu nya.

Ada sedikit catatan tambahan mengenai pembahasan Ilmu ini, yaitu penting nya adab sebelum ilmu.

karena banyak fenomena saat ini, orang yang memiliki ilmu yang banyak, namun tidak memiliki adab sehingga membawa nya pada sikap angkuh dan sombong. bahkan lupa bahwa ilmu tersebut hanyalah titipan.

Berhubung karakter habis, lanjutan pembahasan bisa agan baca di Post selanjut nya
Polling
0 suara
Apakah cara penulisan saya mudah di mengerti?
Diubah oleh gothic84 22-12-2022 12:45
azhuramasda
azhuramasda memberi reputasi
1
512
5
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Pengetahuan Islam
Pengetahuan Islam
319Thread443Anggota
Tampilkan semua post
gothic84Avatar border
TS
gothic84
#1
Sifat 20 dibagi menjadi 4 yaitu NAFSIAH, SALBIAH, MA'ANI dan MA'NAWIYAH
selanjut nya yaitu sifat Irodat dan Qudrot.

Pembahasan sifat Qudrot dan Irodat adalah kedua sifat yang tidak bisa di pisahkan, mengapa?

karena karena sifat ini berkesinambungan, sifat Irodat memiliki arti maha Berkehendak dan Qudrot memiliki Arti Maha berkuasa.

Jika Tuhan berkehendak akan segala sesuatu maka Tuhan pun memiliki kuasa akan segala sesuatu tersebut, dan Tuhan mustahil terpaksa dalam menjalankan kehendak dan kuasa nya.

berbeda dengan kita sebagai manusia yang jika memiliki kehendak akan sesuatu pasti karena ada hal yang mendasari nya.

seperti karena kebutuhan hidup, terpaksa karena keadaan, karena memiliki kepentingan tertentu, dan sebagai nya.

Ta’aluq dari sifat Irodat adalah Yang Menetapkan, dan Ta’aluq dari sifat Qudrot adalah mengadakan atau meniadakan ketetapan tersebut.

Jadi, jika Tuhan Menetapkan suatu perkara, maka Tuhan pun Berkuasa untuk mengadakan atau meniadakan perkara tersebut dengan segenap kuasa nya.

Begini penjelasan lebih lanjut nya, mudah mudahan agan dan sista bisa memahami penjelasan dan perumpamaan yang saya terangkan, hehehe.

Jika di ibarat kan untuk manusia, Irodat dan Qudrot itu seperti sebuah Perencanaan dan pelaksanaan.

Misalkan, saya ingin membangun sebuah rumah, akal sayapun mulai menerawang dan merancang sketsa denah nya, desain bangunan nya, jumlah kamar nya, bahan bangunan nya dan sebagai nya hinga ke hal detail terkecil nya.

Nah, Bangunan rumah tersebut belum ada Wujud nya, tapi dalam AKAL kita sudah tergambar dan terasa segala sesuatu nya dengan detail.

Lalu dalam kenyataan nya, bangunan tersebut bisa terwujud, bisa juga tidak.

sedangkan untuk Tuhan, apa yang di Irodat kan pasti akan Qudrot atau lebih jelas nya apa yang di rencanakan, pasti akan terlaksana dan terwujud.

Saya berikan penjelasan sedikit rinci tentang hal ini untuk bahan tafakur akal kita bersama, begini penjelasan nya.

Tuhan memiliki Irodat (kehendak) untuk menciptakan kehidupan manusia, lalu Tuhan berkalam KUN (jadi) dan berikut nya FAYAKUN (jadilah) lalu Irodat tersebut selanjut nya menjadi Qodrat.

Fayakun pertama: Alam AHDAT, fayakun kedua :Alam WAHDAT, fayakun ketiga: Alam WAHIDIYAT, Fayakun ke empat: Alam ARWAH, Fayakun kelima: Alam JABARUT, Fayakun ke enam: Alam MITSAL, Fayakun ke Tujuh: Alam SEMPURNA (Alam Dunia)

*** Saya di sini tidak akan menjelaskan tentang setiap Fayakun tersebut, karena akan jadi pembahasan yang sangat panjang lagi, namun secara umum pembahasan mengenai hal ini di sebut TUJUH MARTABAT ALAM.

jadi kita lanjut pembahasan sifat 20 nya aja ya gan dan sis, hehehe.

Nah, kisah penciptaan manusia Tuhan abadikan dalam surah Al Baqarah ayat ke 30 berikut ini:

Wa iż qāla rabbuka lil-malā'ikati innī jā‘ilun fil-arḍi khalīfah(tan), qālū ataj‘alu fīhā may yufsidu fīhā wa yasfikud-dimā'(a), wa naḥnu nusabbiḥu biḥamdika wa nuqaddisu lak(a), qāla innī a‘lamu mā lā ta‘lamūn(a).

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Dan surah Al ‘Araf ayat ke 172 berikut ini:

Wa iż akhaża rabbuka mim banī ādama min ẓuhūrihim żurriyyatahum wa asyhadahum ‘alā anfusihim, alastu birabbikum, qālū balā - syahidnā - an taqūlū yaumal-qiyāmati innā kunnā ‘an hāżā gāfilīn(a).

(Ingatlah) ketika Tuhanmu mengeluarkan dari tulang punggung anak cucu Adam, keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksiannya terhadap diri mereka sendiri (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami melakukannya) agar pada hari Kiamat kamu (tidak) mengatakan, “Sesungguhnya kami lengah terhadap hal ini,”

Nah yang perlu kita pahami dari penggalan surah surah di atas adalah ketika Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.”

Jadi sebelum penciptaan tersebut Fayakun, segala sesuatu nya sudah di tetetapkan oleh sifat Irodat.

saya ambil contoh: kehidupan saya pribadi misal nya.

Sebelum saya lahir ke dunia ini,segala sesuatu tentang saya sudah Tuhan tetapkan jauh jauh jauuuuuh sebelum nya.

mulai dari saya akan lahir kapan, bentuk fisik nya seperti apa,warna kulit nya, REJEKI nya, JODOH nya, AJAL nya, dan TAKDIR nya semua sudah di tetapkan, nah seluruh ketetapan itu di ibarat kan catatan lengkap perjalanan kehidupan, yang kemudian Tuhan simpan di Baitul Izati langit ke Tujuh, yang selama ini kita kenal sebagai Lauhul Mahfudz.

Lalu Tuhan Fayakun kan ketetapan untuk saya tersebut, di mulai dari saya dititipkan Hidup dengan sifat Hayatnya.
Mulai dari ketika fase di dalam kandungan, lalu lahir, lalu tumbuh dan berkembang seiring perjalanan waktu, lalu Tuhan Berikan Inkisaf melalui titipan sifat Ilmu nya, lalu dari ilmu ilmu yang saya dapatkan tersebut jadi memiliki Kehendak untuk menjalankan kan roda kehidupan saya.

Nah setiap perkara yang telah saya lalui dalam perjalanan hidup, itulah yang dinamakan TAKDIR.

saya akan tambahkan pembahasan tentang TAKDIR ini, karena ini masih dalam bagian dari sifat IRODAT dan QUDRAT untuk lebih memperluas KORIDOR AKAL kita semua.

Contoh selanjut nya : Kisah seekor Ayam.

Di lauhul Mahfudz, ada Tulisan AYAM MATI. dan tulisan tersebut fayakun, mulai lah tulisan tersebut turun.
di awali di alam dunia ada ayam yang bertelur, lalu setelah 21 hari telur tersebut menetas dan hidup lah ayam tersebut seiring berjalan nya tulisan takdir ayam tersebut.

nah dalam kajian ilmu, ajal binatang salah satu asbab nya di sandarkan pada manusia.
hingga saat ayam tersebut saya pelihara sampai dewasa datang lah keinginan di hati untuk makan sekeluarga lauk nya ayam goreng.
lalu saya pun ajak anak saya untuk menyembelih ayam tersebut. ketika saya membawa ayam nya saya berpapasan dengan pak RT, lalu sayapun bertanya: mau kemana pak RT?
dan RT pun menjawab, itu tetangga kita di sebelah sana ada yang sedang sakit, dan saya hendak menengok nya.
mau ikut bareng menengok? tanya pak RT.
dan sayapun mengiyakan ajakan pak RT tersebut, dan berkata ke anak saya:
Nak nanti lagilah kita nyembelih ayam nya Bapa mau nengok tetangga yang sakit terlebih dahulu.

Nah ketika saya kembalikan ayam tersebut ke kandang nya, TULISAN AJAL ayam tersebut terhenti sejenak, karena saya yang menjadi asbab ajal nya menengok dahulu orang yang sakit.

hingga setelah pulang menengok, lalu saya istirahat sejenak merasa lapar, lalu ingat kembali, oh iya tdi saya mau nyembelih ayam.
saya ajak lagi lah anak saya untuk melanjutkan nya. Nak, tadi kan kita mau nyembelih ayam yuk kita lanjut kan. dan tulisan ajal ayampun kembali turun
sampai saat pisau untuk menyembelih tersebut memutuskan urat Nafas si ayam, lalu ayam tersebut sekarat dan akhir nya mati, TULISAN AJAL tersebut menginjak tanah!

dan itulah TAKDIR sang AYAM. emoticon-Wakaka

Bayangkan, itu baru kisah hidup saya dengan seekor ayam dan bertemu dengan pak RT.

Sedangkan di dunia ini ber miliar miliar Makhluk hidup dari mulai manusia, binatang, tumbuhan dan segala nya hingga luasnya alam semesta yang begitu sempurna ini, Tuhan lah yang menentukan segala ketetapan nya.

maka dalam hal ini, tidak ada satu hal pun di dunia ini yang sifat nya KEBETULAN, karena semua sudah sesuai dengan ketetapan Nya.

nah dari penjelasan inilah IRODAT dan QUDRAT tidak bisa di pisahkan karena berkesinambungan, apa yang Tuhan Irodat kan Pasti Qudrot.

dan dari sifat IRODAT ada IZIN TUHAN ( biidznilah ) dan dari QUDROT ada PERINTAH dan LARANGAN Tuhan.

Karena jika kita memahami nya bukan sebagai sifat Tuhan yang berkesinambungan AKAL kita seringkali keluar dari KORIDOR pemahaman nya.

Bagini contoh kasus nya, dan ini sering kita temui dalam kehidupan sehari hari:

Ada yang berpemahaman : Ah semua juga sudah Seizin Tuhan kita tidak punya pilihan, Terserah tuhan aja lah semua nya, karena semua juga tuhan yang menurunkan kehendak nya ke dalam hati kita. dan hidup kita semua sudah di atur Tuhan.
nah ada yang berpemahaman seperti ini dalam kehidupan sehari hari nya, teruuuus merasa rasakan terserah tuhan.

waktu nya beribadah, di ajak sama teman nya, yuk kita ibadah!

dia menjawab: sebentar, belum kerasa di hati Tuhan menurunkan izin nya untuk saya beribadah.
jika tuhan izinkan saya ibadah saya laksanakan, jika tuhan belum izin kan saya nggak akan melaksanakan nya.
hingga sepanjang hidup nya jauh dari Ibadah karena terus dan terus berpegang pada Terserah Tuhan.

lalu ada juga yang berpemahaman : Ah semua juga sudah seizin tuhan terserah saya aja lah hidup mau seperti apa juga bahkan berbuat maksiat sekali pun, lalu terjerumus lah sepanjang hidup nya dalam kemaksiatan karena merasa semua kuasa hidup nya terserah dia.

Nah inilah fenonema yang terjadi dalam kehidupan sehari hari karena tidak memahami sifat IRODAT dan QUDRAT secara berkesinambungan hingga hanya berpagang pada satu sisi.

Beribadah itu selain ada IZIN TUHAN juga ada PERINTAH nya, dan bermaksiat itu pun ada IZIN TUHAN tapi tidak ada PERINTAH nya.

dari sinilah kenapa ada yang selama ini kita sebut PAHALA dan DOSA, agar manusia tetap terjaga FITRAH nya dengan memahami pengetahuan tentang TUHAN yang di ajarkan dalam hidup BERAGAMA melalui PERINTAH dan LARANGAN yang menjadi pedoman hidup.

dan dari fenomena ini pula lah hingga dalam kehidupan beragama saat ini sampai teerpacah menjadi 73 golongan.

Kita kembali sejenak ke pembahasan tentang Lauhul Mahfudz.

Jadi, saat Tuhan hendak menciptakan kehidupan Alam manusia dengan Irodat nya, semua telah tertulis secara merinci dari A sampai Z tentang segala sesuatu nya, lalu tulisan itu Tuhan simpan di Lauhul Mahfudz.

Nah, tulisan itu lah apa yang kita sebut dengan QODO.

dan segala sesuatu yang sudah di Irodat kan pasti akan qudrot, nah pelaksanaan dari qudrot inilah apa yang kita sebut QODAR.

Jadi, apa yang sudah tertulis dalam QODO lalu terlaksana menjadi QODAR, itu lah apa yang disebut TAKDIR!.

semoga agan dan sista paham ya dengan apa yang saya terangkan di sini, hehehe.

Lalu sekarang pertanyaan nya, bisakah kita merubah TAKDIR?

sebelum menjawab pertanyaan tersebut, saya akan ceritakan sebuah kisah yang pernah saya dengar untuk bahan bertafakur kita semua.

Pada zaman Syaikh Abdul Qadir Al Jailani, ada seorang saudagar kaya raya yang hendak pergi berdagang ke suatu negeri.
dia sangat berambisi mempersiapkan segala sesuatu nya sebaik mungkin berharap berhasil dan mendatangkan keutungan yang besar dari hasil dagang nya tersebut.
Lalu setelah segala persiapan nya lengkap dan siap dia memiliki rasa penasaran dalam hati tentang perjalanan usaha nya kali ini, kemudian dia mendatangi seseorang Ahli ilmu Falaq (Ahli Nujum) dan berdialog dengannya:

Ahli Nujum : Ada maksud apa kedatangan saudara menemui saya?

Saudagar : Saya dengar anda adalah seorang Ahli Falaq yang sangat hebat dan terkenal, saya ingin meminta pendapat anda.
saya akan pergi berdagang ke suatu negeri, tolong di hitung menurut ilmu anda, apa yang akan saya dapatkan dari hasil perjalanan ini.

lalu, setelah bertanya tentang Nama, hari kelahiran, dan sebagai nya, mulai lah dia meramal dengan ilmu perhitungan nya, lalu berkata: Lebih baik jangan berangkat, karena menurut perhitungan, Rejeki anda akan mengalami Nihil, dan Ajal anda akan bertemu dengan Maut.

Marah lah sang saudagar tersebut karena telah mempersiapkan segala sesuatu nya dengan ambisi yang sangat menggebu gebu.

Saat seseorang sedang berada dalam Puncak nafsu yang berambisi, maka seseorang tersebut pun sedang berada dalam puncak ketakutan nya.

Saat seseorang sangat menginginkan kesuksesan, maka saat itu pula lah dia sangat takut akan kegagalan

Dan beginilah gambaran kondisi Hati seseorang saat dalam Puncak Ambisi, dan Puncak Ketakutan:



Gambar di atas menjelaskan saat seseorang melakukan suatu perkara dalam keadaan Puncak ambisi, maka dia akan menemukan 36 Kemungkinan dalam perjalanan takdir nya.

Begitu pula sebalik nya, saat seseorang melakukan suatu perkara dalam keadaan Puncak Ketakutan, maka dia akan menemukan 36 Kemungkinan dalam perjalanan takdir nya.

dan di antara kedua kondisi hati tersebut hanya ada 1 kemungkinan menemukan TAKDIR yang sempurna, yaitu dalam keadaan IMAN.

dan inilah yang disebut dengan 73 Golongan takdir yang saya sebutkan sebelum nya.

lalu, pulang lah dia, dan menemui Syaikh Abdul Qadir, lalu dia ceritakan maksud kedatangan nya dan menceritakan pula ramalan dari sang ahli falaq tersebut.

namun oleh Syaikh bukan di beri ilmu hitung menghitung, tapi orang tersebut hanya di beri nasihat dan petuah bijak.

Saudara, yang wajib bagi kita adalah Ikhtiar nya, soal hasil dan tidak nya janganlah di permasalah kan itu adalah ranah Tuhan.
mau berhasil ataupun tidak jangan jadi halangan, karena yang terpenting kewajiban ikhtiar sudah di jalan kan.
jika berhasil kita ambil berkah nya, jika tidak berhasil semoga kita dapat amal dan pahala dari ikhtiar tersebut.

Saudara, untuk apa membawa bekal sebegitu banyak nya? bukan kah yang di makan hanya yang kita butuhkan secukup nya.
Saudara, untuk apa menumpuk numpuk harta sebanyak mungkin, bukan kah saat kita mati harta tersebut tidak akan kita bawa, karena yang di bawa saat mati hanyalah Amal.

lalu petuah bijak tersebut dia jadikan bahan TAFAKUR selama beberapa hari.
lalu Ambisi dalam hati nya mulai mereda, maka otomatis ketakutan dalam hati nya pun mulai mereda.

Hingga sampai lah posisi hati nya di titik NOL.

tak berselang lama diapun bertemu kembali ke dengan Syaikh, dan syaikh pun melihat ketentraman dan ketenangan dari sikap sang saudagar.

Berkata lah Syaikh padanya : Silahkan jika hatimu sudah tenang, pergilah berdagang seperti yang saudara rencanakan.

maka pergilah saudagar tersebut berdagang sesuai apa yang di rencanakan nya dengan hati yang mantap, dan benar saja dagangan nyapun laris dalam waktu yang singkat.

pulanglah dia dari perniagaan nya, sesampainya di rumah dan beristirahat, ketika dia tidur dia mengalami mimpi Buruk.
dalam perjalanan berdagang nya tidak ada yang laku, hingga tidak bisa kembali pulang karenh habis perbekalan dan beristirahat di tempat berdagang.

Lalu datanglah segerombolan Rampok yang hendak merampas dagangan nya sampai dia hendak di bunuh oleh para rampok tersebut.

dan ketika dingin nya pedang terasa saat akan menggorok leher si saudagar, dia terbangun dan terkejut sambil berkata “Oh ternyata ini hanyalah Mimpi”

keesokan hari nya dia bergegas menemui Syaikh dan menceritakan Mimpi nya.

Lalu Syaikh pun menjawab, Nah itulah TAKDIR yang akan mungkin terjadi jika saat itu dia pergi berdagang dalam keadaan hati yang penuh dengan Ambisi.

Kembali kepertanyaan bisakah kita merubah TAKDIR?

Tentu saja TIDAK!

mengapa?

karena TAKDIR adalah segala sesuatu yang telah terjadi.

seminggu yang lalu,itu adalah Takdir, dua hari yang lalu, itu adalah Takdir, bahkan semenit yang lalu, itu pun adalah Takdir.

karena seperti yang telah di jelaskan sebelum nya yaitu QODO yang di QODAR kan itu menjadi TAKDIR.

Lalu apa yang bisa kita lakukan untuk mendapatkan TAKDIR YANG SEMPURNA?

Rubah lah tulisan QODO di Lauhul Mahfudz!

Siapa yang bisa merubah nya? Tentu saja Tuhan dengan segenap Kuasa nya!

Jika QODO nya berubah , QODAR nya berubah, maka otomatis TAKDIR nya pun berubah.

QODO di lauhul Mahfudz, QODAR nya di praktekan oleh Manusia dan jadilah TAKDIR.

ini lah yang selama ini jadi polemik berkepanjangan tentang pemahaman takdir yang seolah olah takdir tersebut BAKU.

Seolah olah manusia itu terpenjara oleh TAKDIR, padahal Tuhan itu maha pengasih, lagi maha penyayang.

Justru manusia lah yang sering kali menjauh dari Kasih Sayang Nya, dengan mengikuti hawa nafsu dalam diri nya.

dan dalam perkara ini Tuhan berikan petunjuk di dalam penggalan surah Ar Rad ayat ke 11 berikut ini:

Lahū mu‘aqqibātum mim baini yadaihi wa min khalfihī yaḥfaẓūnahū min amrillāh(i), innallāha lā yugayyiru mā biqaumin ḥattā yugayyirū mā bi'anfusihim, wa iżā arādallāhu biqaumin sū'an falā maradda lah(ū), wa mā lahum min dūnihī miw wāl(in).

Baginya (manusia) ada (malaikat-malaikat) yang menyertainya secara bergiliran dari depan dan belakangnya yang menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah apa yang ada pada diri mereka. Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, tidak ada yang dapat menolaknya, dan sekali-kali tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.

penggalan ayat ini lah yang menjadi penjelasan seperti kisah nya saudagar di atas yang merubah QODAR nya hingga TAKDIR nyapun ikut berubah.

Berhubung karakter habis, lanjutan pembahasan bisa agan baca di Post selanjut nya
Diubah oleh gothic84 26-12-2022 18:22
0
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.