Bagi Agan pemerhati alutsista nasional pasti tak asing dengan nama FN MAG, merupakan senapan mesin serbaguna (General Purpose Machine Gun/GPMG) dengan kaliber 7,62 mm. Senapan mesin buatan Belgia ini menjadi salah satu andalan di berbagai satuan TNI. Namun, selain memakai FN MAG yang sudah kondang, TNI juga memakai Vektor SS-77 buatan Afrika Selatan (Afsel). Dan salah satu yang memakainya adalah TNI AU.

Dalam sebuah postingan di akun Instagram resmi Skadron Udara 6 TNI AU pada 15 Desember lalu, tampak personel air gunneryang berada di helikopter Super Puma mengoperasikan senapan mesin buatan Afsel tersebut. Dalam keterangan resminya, Skadron Udara 6 mengatakan sedang melakukan Latihan Weapon Delivery, yang dilaksanakan di Area Weapon Range Salatri Kab. Cianjur selama 2 hari.

Menggunakan helikopter Super Puma dengan tail number H-3211, seluruh penerbang Skadron Udara 6 ikut serta untuk mencoba senjata yang dipasang di helikopter tersebut. Selain latihan memakai senapan mesin Vektor SS-77, dalam latihan tersebut juga dimanfaatkan untuk melatih dan menghasilkan personel dengan kemampuan sebagai air gunner.



Sekilas tentang Vektor SS-77, senapan mesin serbaguna ini tampil layaknya senapan mesin standar dengan popor yang dapat dilipat. Vektor SS-77 juga mengadopsi popor model kerangka, mirip dengan senapan mesin PK buatan Soviet. Popor milik Vektor memiliki ruang berongga yang besar serta penyangga atas yang lebih tipis dari penyangga di bawah.

Mengutip artikel military-today.com senapan mesin ini dibuat pada saat Afrika Selatan berada di ambang perang dengan tetangganya (Angola) akibat konflik perbatasan serta diperparah dengan politik apartheid. Kemudian PBB memberlakukan embargo senjata yang ketat di negara tersebut. Berawal dari hal tersebut, para insinyur di Afsel lalu mulai merancang senapan mesin sendiri.

Pada tahun 1977 Kolonel Richard Joseph Smith dan Lazlo Soregi mulai merancang senapan mesin baru yang diberi nama SS-77. SS adalah akronim dari Smith dan Soregi, sementara angka 77 diambil dari tahun 1977. Senjata ini memasuki dinas aktif pada tahun 1986 dn diprosuksi oleh Denel Land Systems, tetapi masalah serius tetap ditemukan, dan seluruh proses produksi harus dibangun kembali secara sistematis hingga tahun 1990.

Masalah Vektor SS-77 adalah laju tembakan yang terlalu tinggi untuk ditahan senjata, yakni 900 rpm, kemudian laju tembakan dikurangi menjadi 800 rpm. SS-77 yang digunakan oleh Pasukan Pertahanan Nasional Afrika Selatan (SANDF) juga ditingkatkan lebih lanjut di tahun-tahun berikutnya, peningkatan itu diselesaikan pada tahun 2003, dan modernisasi tambahan dilakukan pada tahun 2006 melalui "Project Pigeon."




Vektor SS-77 memakai sabuk munisi penghubung R1M1, serta bisa memakai sabuk disintegrasi M13 dan sabuk DM1 non-disintegrasi. Sabuk munisi ini bisa disimpan dalam dust-proof nylon pouchdengan kapasitas 100 butir peluru, juga bisa disimpan pada waterproof dan rigid box dengan kapasitas 200 butir peluru.

Memakai sistem gas-operated, open bolt, SS-77 punya kecepatan tembak 600 sampai 900 proyektil per menit. Sementara kecepatan luncur proyektilnya adalah 840 meter per detik. Beratnya mencapai 9,6 kg dengan serta jarak tembaknya adalah 1.200 meter. Selain Indonesia, pemakai Vektor SS-77 di Asia Tenggara adalah Pasukan Khusus Angkatan Laut Malaysia dan Kepolisian Filipina juga memakai senapan mesin Vektor SS-77. Berikut ini adalah spesifikasi lengkapnya:




Referensi Tulisan: military-today.com
Sumber Foto: Skadron Udara 6 TNI AU