Saat aku bekerja di sebuah Gym , aku punya teman bernama Katerine.

Dia usia nya sama denganku, namun dia janda beranak dua.
Disekujur tubuhnya penuh tattoo buatan temannya.
Di lengan kanan ada tattoo wajah dua orang bocah yang katanya anaknya.

Katerine wanita periang , mudah bergaul , tapi sayangnya dia malas-malasan ketika bekerja.

"Gua ngerokok dulu ya"
Katerine pergi sambil membawa rokok Marlboro Ice Blast ditangannya.

Katerine memang sering pamit ke toilet, atau ke basement untuk merokok.
Seringkali bos kami menegurnya karena sangat tidak mencerminkan tempatnya bekerja yaitu Gym , sebagai pusat kebugaran.

Setiap hari Katerine juga terlambat datang ke Gym karena bangun kesiangan, akibat tiap malam minum-minum sampai tepar.

Seringkali Katerine curhat tentang anaknya yang kini tinggal bersama mantan suaminya.

"Aku yang hamil, aku yang ngelahirin, tapi aku gabisa rawat mereka"

Karena di Bali memang , jika seorang wanita melahirkan anak, dan dia bercerai, maka kebanyakan anak akan selalu dirawat keluarga mantan suaminya.
Dan itu memang sudah adatnya , katanya.

Setiap hari ia mengeluh tentang hidup, tentang mertuanya dulu yang sering menghinanya.
Jadi Katerine dulunya hamil duluan, lalu menikah dengan mantan suaminya.
Mertuanya selalu menyalahkan atas kejadian tersebut, karena anak laki-lakinya lebih baik mengembangkan karier daripada mendapatkan wanita macam dia, katanya.

Aku mencoba netral, jelas orangtua menginginkan yang terbaik untuk anaknya.

"Aku pengen hidup lebih baik"

"Bisa kok" jawabku
"Dimulai dari besok. Mulai besok kamu coba deh jangan telat-telat lagi. Kurangin minumnya. Stop in judi online mu itu"

Namun ke esokan hari nya, Katerine telat lagi.
Bos kami marah besar dan ingin memecatnya.

Aku menelepon Katerine agar segera datang ke Gym.
Katerine malah menolak, dia lebih mementingkan membuat rekening judi untuk klien nya.

"Kamu kalo ga datang dipecat loh!"

Bos kami sangat baik.
Katerine tak betul-betul dipecat, mengingat dia di Bali hanya seorang diri, bos kami merasa iba.

Sistem ditempat kerja kami adalah, jika tidak hadir bekerja ya tidak mendapatkan gaji.

Katerine mengeluh kekurangan uang karena gajinya banyak yang dipotong.
Dia merasa seluruh dunia jahat terhadapnya.

"Kalau saja mama papaku gak bercerai aku gak akan seperti ini"
Keluhnya.

"No. Kamu jangan selalu menyalahkan sesuatu diluar diri kamu. Sekali-kali kamu harus melihat kesalahan dalam diri kamu"
Lama-lama aku muak mendengar dia mengeluh setiap hari, tapi tak pernah ada usaha untuk merubah diri.

"Orangtua kamu bercerai, kamh hancur, itu pasti. Tapi kamu pernah mikir kenapa mertuamu sangat membencimu? Kamu mikir nggak kenapa kamu bisa bercerai? Kamu mikir nggak kenapa kamu selalu kekurangan uang?
Kamu nggak pernah mengakui kesalahanmu Katerine dan hanya mengeluh tanpa usaha.
Yang paling jahat dengan kamu disini adalah dirimu sendiri!"

Beberapa tahun berlalu.
Aku tak pernah kontak dengan Katerine lagi, hanya sesekali melihat postingan sosial medianya.
Seringkali postingan tentang minum-minum, dugem.
Tetap mengeluh bahwa ia adalah manusia paling sengsara di bumi.

Jujur aku tak sanggup berteman dengan tipe orang seperti itu.
Karena lambat laun energi kita akan habis menghadapi orang macam tersebut.
Meskipun dia tak merugikan aku, aku memilih untuk menjauh.

Bye Katerine.
Semoga kamu segera lebih baik.

End.