Jakarta, CNBC Indonesia - Sri Mulyani Indrawati, Menteri Keuangan melihat perkembangan dunia saat ini begitu mengkhawatirkan. Amerika Serikat (AS) sampai China akan memburuk dan membuat Indonesia terpaksa menerima getahnya.

"Kita tetap mencermati bahwa terjadi perkembangan global yang harus kita waspadai," kata Sri Mulyani saat penyerahan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Tahun 2023 oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Negara, Kamis (1/11/2022)

"Optimisme untuk pemulihan ekonomi terus dijaga namun pada saat yang sama kita makin waspada terhadap risiko global yang berasal dari geopolitik, penerapan zero covid policy di RRT yang telah menyebabkan perlambatan ekonominya," paparnya.

AS diperkirakan tetap melakukan pengetatan moneter melalui kenaikan suku bunga acuan hingga tahun depan untuk meredam inflasi. Hal ini akan menimbulkan gejolak di pasar keuangan, menarik modal dari negara berkembang.

Sementara negara-negara lain terpaksa mengikuti arah AS dengan menaikkan suku bunga acuan demi menahan arus modal keluar.

"Dampak penetapan kebijakan moneter di negara-negara maju di dalam rangka mengendalikan inflasi yang akan berakibat pada pelemahan ekonomi global," terang Sri Mulyani.

Bagi Indonesia, dampaknya akan terasa pada pengelolaan APBN. Khususnya ketika penerbitan surat utang untuk mencukupi kebutuhan belanja pada 2023. Belanja negara tahun 2023 mencapai Rp 3.061,2 triliun, terdiri dari belanja pemerintah pusat Rp 2.246,5 triliun dan transfer ke daerah sebesar Rp 814,7 triliun.

"Kenaikan suku bunga global juga akan meningkatkan cost of fund, dan ini memicu aliran modal keluar dari negara-negara berkembang dan emerging market, serta menimbulkan tekanan terhadap nilai tukar dari negara-negara berkembang," ujarnya.

Sri Mulyani menekankan, persoalan kini berubah dari kesehatan menjadi keuangan. Maka dari itu kebijakan yang nantinya ditempuh juga dipastikan akan berbeda.

link

Ngeri gan