Parah Kelakuan "Oknum" Aparat, Teriakan Rasis Dan Dugaan Percobaan Pungli

Sebuah kejadian yang mencoreng institusi aparat penegak hukum kembali terjadi. Kali ini di salah satu Polsek di Jakarta tepatnya di daerah Palmerah. Kronologisnya adalah seorang pelapor bernama Rezky Achyana datang ke Kantor Polsek Palmerah untuk melaporkan kehilangan buku tabungannya. Pelapor tersebut oleh pihak pemeriksa lalu meminta fotocopy KTP dan buku tabungannya. Dalam melakukan pemeriksaan, oknum polisi yang memeriksa juga melakukan tindakan tidak terpuji dengan beberapa kali menertawakan si pelapor karena dianggap tidak bisa membedakan mana mobile banking dan aplikasi.

Tak cukup sampai di situ, sang pelapor juga mendapatkan perlakuan tidak menyenangkan lainnya yang berujung tindakan rasisme yang di lakukan secara verbal oleh oknum dari pihak kepolisian. Hal itu terjadi karena sang pelapor tidak memberikan tip berupa uang setelah selesai dilakukan pembuatan laporan. Kesal akan hal tersebut sang polisi lalu meneriakkan kata-kata yang berbau rasis yaitu " Padang pelit, dasar Padang" untuk menyinggung pelapor.

Meskipun sempat curhat di media sosial namun pelapor yang bernama Rezky akhirnya datang ke Polsek Palmerah untuk memberikan klarifikasi. Kasusnya pun berakhir dengan damai dan oknum polisi tersebut sudah diberikan hukuman.

Melihat kasus ini dan rentetan kasus-kasus lain yang terjadi, semakin memberi titik terang bahwa ada masalah serius yang sedang terjadi di internal institusi ini. Banyak hal-hal yang tidak wajar dilakukan oleh anggotanya. Walau acap kali selalu disematkan kata "oknum" bagi pelakunya, namun hal ini tidak bisa dibiarkan apalagi dipandang masih sebagai hal yang wajar-wajar saja.

Dalam kasus rasisme ini misalnya. Di sini oknum Polisi yang memeriksa pelapor menunjukkan sikap-sikap yang tidak profesional dalam menjalankan tugasnya. Semboyan melindungi dan mengayomi masyarakat sebagai mana terpampang jelas di kantor-kantor Polisi di seluruh Indonesia diabaikan begitu saja. Belum lagi jargon "presisi" yang digaungkan oleh bapak Kapolri sama sekali seperti hanya sebagai simbol semata.

Seperti kebanyakan kasus-kasus lainnya, kasus rasisme yang kali ini dilakukan oleh anggota Polri hanya berakhir dengan permintaan maaf dan damai. Padahal jika mendengar keterangan dari korban, bahwa ada upaya dari oknum yang membuat laporan pemeriksaan untuk meminta "tanda terima kasih" yang menjadi pemicu awal teriakkan rasis tersebut. Hal ini seharusnya juga disikapi dengan serius. Betapa sudah sebegitu bobroknya institusi ini hingga tidak ada perasaan malu lagi untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak profesional.

Kedepan jika ingin memperbaiki citra dan kredibilitasnya, institusi Polri secara umum sudah seharusnya bekerja secara maksimal dan serius. Jangan hanya sebatas jargon dan kata-kata manis namun apa yang terlihat di lapangan sangat jauh dari harapan publik.

Sekali lagi, Polri akan didukung oleh masyarakat jika menunjukkan kinerja yang baik, humanis dan profesional. Sebaliknya akan semakin terpojok dan kehilangan kepercayaan jika terus menerus menampilkan sikap-sikap arogan dan nyeleneh. Kami mengkritisi karena percaya masih banyak "oknum" Polisi yang baik dan profesional.

Kalau menurut agan dan sista sendiri, gimana nih pandangannya akan hal ini?

Sumber :

Ulasan pribadi diolah dari media massa

https://www.facebook.com/10006477774...?sfnsn=wiwspmo

https://www.cnnindonesia.com/nasiona...ksa-provos/amp