Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Seorang Ibu Bunuh dan Simpan Jasad Bayinya di Kulkas Sampai Beku! Kok Tega?

Hirarahmi39Avatar border
TS
Hirarahmi39
Seorang Ibu Bunuh dan Simpan Jasad Bayinya di Kulkas Sampai Beku! Kok Tega?


Criminal Scene

emoticon-Cool

"Tidak semua kehamilan diinginkan", itulah kalimat yang cocok untuk menggambarkan isi hati Veronique Courjault setelah didakwa atas kasus pembuhan terhadap tiga bayinya sendiri. Padahal Veronique dikenal sebagai ibu yang sangat baik dan sayang terhadap dua putranya yang lahir sebelum ketiga bayi malang tersebut. Lantas kenapa ia malah menghabisi bayinya itu diam-diam? Motif apa yang mendasari Veronique melakukan tindakan keji dan tak manusiawi tersebut? Inilah dia kronologi singkat kasus "Affaire des Bébés Conglés" atau "Kasus Bayi Beku" yang menggemparkan Korea Selatan dan Prancis bertahun-tahun lalu.

Selamat Membaca
____________________________

Background Pasangan Couljault



Veronique Caurjault atau Fivère Veronique adalah wanita kelahiran 1968 berkewarganegaraan Prancis. Ia menikah dengan Jean Louis-Courjault pada tahun 1994 di Prancis dan telah dikaruniai dua putra- nama mereka dirahasiakan-- yang lahir pada tahun 1995 dan 1997. Mereka memiliki rumah di area Tours, Prancis, tetapi harus pindah ke Korea Selatan pada tahun 2002 karena Jean- seorang insinyur mesin- mendapat tugas di sana. Di Korsel mereka tinggal di wilayah Seorae-- kawasan yang didominasi oleh imigran Prancis- dan tinggal di villa kelas menengah. Kesaksian para ibu yang tinggal di lingkungan tersebut, Veronique adalah ibu yang baik dan suka bersosialisasi. Mereka bahkan rutin melakukan yoga bersama sambil menghabiskan waktu luang.

***

Awal Mula Kasus



Setelah menikmati liburan singkat bersama keluarga di rumah mereka di Prancis, Jean akhirnya harus kembali ke Korea Selatan seorang diri sementara Veronique melanjutkan liburan musim panas bersama putra mereka.

Hari itu pada 23 Juli 2006, Jean yang kegirangan karena mendapat ikan segar dari seorang teman Koreanya, bermaksud untuk menyimpan ikan tersebut dalam freezer yang terletak di ruangan penyimpanan makana mereka di lantai dasar-- Jean sendiri mengaku jarang masuk ke sana. Ketika asyik melongok ke dalam mesin pendingin tersebut, pandangan Jean tertuju pada kantong hitam yang tampak mencolok di antara tumpukan kantong supermarket.

Awalnya Jean mengira itu adalah sisa persediaan daging yang disimpan Veronique di sana. Jean pun sangat terkejut setelah membuka kantong tersebut-- di dalamnya terdapat bayi beku yang Jean tidak tahu milik siapa. Jean juga menemukan bungkusan serupa di sudut freezer yang lain-- isinya pun sama- bayi beku yang mengerikan. Di tengah keterkejutan itu, Jean meminta bantuan kepada temannya untuk melaporkan penemuan tersebut pada polisi.

***

Penyelidikan Dilakukan

Polisi Korea langsung menanggapi laporan tersebut. Untuk menemukan siapa pemilik bayi-bayi itu, polisi mulai menyelidiki orang-orang yang tinggal di sekitar villa Jean, mulai dari pembantu rumah tangga, tetangga, bahkan remaja SMP yang sering melintas di depan rumah itu. Sayang sekali polisi tidak menemukan petunjuk apa-apa. Akhirnya Jeanlah yang diinterogasi oleh polisi-- yang langsung disangkal Jean dengan menyatakan kalau itu bukan bayinya sebab istrinya tidak pernah hamil sejak kelahiran anak terakhir mereka. Karena tak ada bukti yang menunjukkan keterlibatan Jean, polisi pun melepaskan Jean dari tuduhan bahkan mengizinkannya kembali ke Prancis untuk menemui istri dan anak-anaknya.

***

Hasil Test DNA yang Mengejutkan



Polisi terus melanjutkan penyelidikan yaitu dengan melakukan tes DNA antara bayi-bayi itu dengan DNA Jean dan Veronique- DNA Jean dan Veronique diambil dari sikat gigi dan barang-barang lain yang ada di villa Jean. Hasilnya sangat mencengangkan-- kedua bayi beku itu terbukti sebagai anak-anak Jean dan Veronique. Akan tetapi hasil DNA ini malah membuat Jean kesal dan menganggap kalau tim forensik Korea sangat tidak kompeten. Ia bahkan curiga kalau para penyelidik itu sudah bersekongkol dengan kompetitornya di Korea untuk mencemarkan nama baiknya. Karena sekali lagi, Jean masih bersikeras kalau bayi-bayi itu bukan anaknya karena istrinya tidak pernah hamil lagi.

***

Kasus Diambil Alih Prancis



Karena tak senang dengan hasil penyelidikan Korea Selatan, maka pada 22 Agustus 2006, Jean dan Veronique memutuskan untuk mengadakan konferensi pers untuk menyanggah tudingan tersebut. Karena itulah kasus ini pun menjadi besar di Prancis, dan beberapa media Prancis ikut memandang sebelah mata hasil penyelidikan tim Korea. Lantas atas atas dasar kasus ini hanya melibatkan pasangan Prancis dan tidak merugikan warga Korea mana pun, kepolisian Prancis pun meminta agar kasus tersebut dialihkan saja kepada mereka yang kemudian disetujui oleh Korea Selatan.

***

Pelaku dan Motif yang Tidak Terduga



Jean dan Veronique akhirnya ditetapkan sebagai terduga pelaku pembunuhan dalam kasus tersebut oleh pengadilan Prancis- yang mana selalu disanggah Jean kalau dirinya tidak tahu apa-apa dan kedua bayi beku itu bukan anaknya. Namun Veronique malah mengeluarkan pengakuan yang mengejutkan pada 12 Oktober 2006. Ia membenarkan bahwa kedua bayi itu adalah anak mereka dan ia sendiri yang membunuhnya. Ia melahirkan bayi-bayi tersebut seorang diri- pada tahun 2002 dan 2003 di villa Korea-- lalu membekap bayi tersebut dengan handuk hingga tewas sebelum disimpan dalam freezer. Dia juga membeberkan kalau dirinya pernah membakar bayi ketiga di perapian rumah mereka di Prancis pada tahun 1999. Atas pengkuan tersebut, Jean dan Veronique resmi dijadikan tersangka.

***

Vonis dan Pembebasan Jean dari Tuduhan



Di awal-awal penetapan keduanya sebagai tersangka, Veronique sempat diancam akan dijatuhkan hukuman seumur hidup. Ia bahkan mendapat gelar pembunuh berdarah dingin oleh media Prancis. Namun setelah pergelaran beberapa kali sidang, hakim malah membebaskan Jean dari tuduhan pada Januari 2009, sedangkan Veronique divonis bersalah dengan hukuman penjara (hanya) delapan tahun. Publik sangat tidak senang dengan keputusan ini karena dinilai terlalu ringan. Mereka juga merasa janggal dengan sikap Jean yang masih bersikukuh kalau istrinya tidak pernah hamil-- dan ia sangat yakin dengan itu-- membuat publik semakin curiga-- bagaimana mungkin seorang suami tidak tahu istrinya sedang hamil?

Sampai akhirnya diumumkan bahwa Veronique mengidap gangguan psikologis Pregnancy Denials Disorders atau Penolakan Kehamilan.

***

Apa Itu Pregnancy Denials Disorders?



PDD atau Penolakan Kehamilan adalah kondisi seseorang yang menyangkal kehamilannya. Ini merupakan gangguan kejiwaan yang membuat pengidapnya berusaha sekuat tenaga untuk mendoktrin diri sendiri jika mereka tidak hamil yang ditunjukkan dengan sikap apatis akan gejala kehamilan, enggan untuk bersikap layaknya orang hamil, serta berpikir kalau mereka tidak hamil. Tubuh pengidap pun merespon penyangkalan ini dengan tidak memproduksi hormon-hormon kehamilan sehingga tanda-tanda kehamilan tidak terjadi. Singkatnya, pengidap PDD adalah orang yang positif hamil tapi terlihat tidak seperti orang hamil.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan seseorang menderita PDD di antaranya; keengganan memiliki anak, terjadinya kehamilan tidak diinginkan, kehamilan pertama, kehamilan di luar perencanaan serta riwayat traumat; gangguan jiwa; dan mengonsumsi obat-obatan terlarang.

Hal inilah yang terjadi kepada Veronique. Ia sadar jika dirinya sedang hamil dan terus menyangkal kehamilannya dengan mendoktrin diri bahwa anak-anak yang ia lahirkan bukanlah anaknya, melainkan 'hama pengganggu' yang harus dimusnahkan. Ketiadaan gejala kehamilan inilah yang membuat Jean tidak sadar jika Veronique sedang hamil.

Kemudian terkuak fakta bahwa dulu Veronique mengalami masa kecil yang sulit. Ibu Veronique sering mengeluh dan merasa tidak senang karena harus bekerja keras di kebun anggur keluarga untuk menghidupi ketujuh anaknya. Kondisi ini mempengaruhi persepsi Veronique terhadap anak-anak-- di mana ia memutuskan untuk cukup dengan dua anak saja agar hidupnya sejarah. Hal inilah yang memicu gejala PDD pada Veronique-- karena dari dalam dirinya sudah 'sepakat' untuk menolak kehamilan lain setelah anak keduanya lahir. Ia tidak ingin kehadiran buah hatinya akan membuatnya sengsara seperti yang ibunya keluhkan dulu.

***

Dampak Kasus

Terungkapnya kasus Veronique membuat banyak orang mulai memberikan perhatian serius terhadap sindrom PDD. Mereka pun mulai mendapati kasus lain yang serupa di Prancis yang tentunya segera ditangani dengan cepat dan tepat. Berkat kasus ini juga kepedulian, kepekaan, dan pengetahuan akan kasus PDD semakin gencar disuarakan.

Oh iya, akhir dari kasus inilah pembebasan Veronique pada 17 Mei 2010 dengan alasan berkelakuan baik. Tapi Veronique tetap berada dalam pengawasan dan wajib memeriksakan kesehatan mentalnya ke lembaga yang ditetapkan pengadilan Prancis. Setelah hari itu Veronique dan keluarganya memulai kembali kehidupannya yang baru, termasuk untuk beradaptasi kembali dengan kedua putranya yang sempat trauma dengan kasus ibunya.

Sekian
____________________________

Penulis: Hirarahmi
Ilustrasi: Google Image
Sumber: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7


blewerewerewer
siloh
screamo37
screamo37 dan 12 lainnya memberi reputasi
13
2.9K
72
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923KThread83.2KAnggota
Tampilkan semua post
udapatiAvatar border
udapati
#23
kasih orang kek kalau gak mau bukannya di bunuh emoticon-Takut
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.