Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

pilot.mirage449Avatar border
TS
pilot.mirage449
Jasad Manusia Dijadikan Kompos, Pakar Unair Ungkap Bahayanya


Jakarta - Ada metode baru dalam mengubur jasad bernama pengomposan manusia. Jasad manusia dijadikan kompos dan telah legal di negara bagian Colorado, Oregon, Vermont, Washington Amerika Serikat.

Metode ini dianggap unggul jika dibandingkan dengan pemakaman tradisional dan kremasi. Metode ini disebut lebih ramah lingkungan. Lantas, bagaimana metode pengomposan jasad manusia?

Metode Pengomposan Jasad Manusia
Pengomposan manusia dilakukan dengan meninggalkan tubuh dalam wadah berisikan serpihan kayu dan bahan organik lainnya selama satu bulan. Kemudian jasad akan terurai bakteri untuk menjadi kompos.

Proses penguburan di California menggunakan bahan pembalseman sebesar tiga kalon untuk tiap jasadnya. Bahan yang digunakan seperti formaldehida, metanol, dan etanol.

Sementara jika dibandingkan dengan proses kremasi, ada lebih dari 500 pound (227 kilogram) karbondioksida dari proses pembakaran satu jasad.

Pembakaran itu sendiri menghabiskan energi yang setara dengan dua tangki bensin. Di Amerika Serikat, kremasi menghasilkan sekitar 360.000 metrik ton karbondioksida setiap tahun.

Bahaya Pengomposan Jasad Manusia
Profesor Kesehatan Lingkungan Unair Prof Dr Ririh Yudhastuti drh M Sc berpendapat lain. Meski lebih ramah lingkungan menurutnya pengomposan jasad manusia berisiko menularkan penyakit melalui jasadnya.

"Karena takutnya akan menyebarkan penyakit. Contohnya hewan yang kena penyakit antraks, rabies, atau penyakit ini (lain, Red) itu menguburnya pun kalau orang dulu menggunakan gamping. Itu artinya apa? kita mematikan mikroorganisme, parasit atau apa (dan sejenisnya. Red) baru kita kubur. Atau kalau bisa kita bakar atau kremasi. Itu fungsinya mematikan kuman-kuman yang nanti bisa tumbuh pada tanaman," ungkapnya dikutip dari laman Unair Jumat (18/11/2022).

Tidak Bisa Diterapkan Pada Jasad Terinfeksi Covid-19

Prof Ririh menerangkan dalam penanganan jasad terinfeksi Covid-19, tingkat penularannya tinggi. Yakni, jasad tersebut harus dikubur sedalam 3 meter atau lebih serta tidak berada di sekitar sumber air.

"Itu baru satu penyakit, penyakit lain banyak seperti HIV/AIDS dan antraks. Itu bisa menularkan pada tanaman di atasnya. Terus beberapa ayam (burung unta) yang memakan di situ seperti biji-bijian itu ada antraksnya. Walaupun dia tidak terkena antraks, tapi DNA-nya ada (antraks. Red)," katanya.

Menurutnya, negara seperti Colorado kemungkinan memiliki budaya dan kondisi lingkungan yang mendukung legalisasi metode pengomposan jasad manusia.

"Jadi, mungkin hal semacam itu (pengomposan manusia) biasa disana. Dan, di sana tanahnya kan kering jadi tidak banyak ini (unsur hara)," ucapnya.

Detik.com
darkwilliam00gg
nomorelies
nurade247
nurade247 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
2.5K
75
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread40.9KAnggota
Tampilkan semua post
freemesumAvatar border
freemesum
#5
Kompos itu dibuat dengan proses pengomposan. Bukan mayat seger di cacah terus ditabur gitu aja di tanah.

BTW itu beneran HIV bisa ditularkan lewat tanaman? emoticon-Takut
pilot.mirage449
bukan.bomat
bukan.bomat dan pilot.mirage449 memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.