Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

palapanusaAvatar border
TS
palapanusa
Mengenal Burakumin, Kasta Dalitnya Jepang.
Hello GanSis kembali lagi sama TS kali ini TS akan membagikan info mengenai sejarah atau fakta mengenai Jepang. Jika kita tahu dalam kehidupan masyarakat India yang menganut agama Hindu masih mengenal istilah kasta dalam kehidupan sosial masyarakat India, dimana kasta terendah di panggil sebagai Kasta Dalit yang cukup terkenal hingga di zaman modern seperti saat ini. Namun GanSis tahu tidak ternyata di negara maju dengan perekonomian terbesar dan masuk ke negara G7 ini juga memiliki kasta terendahnya, kira-kira negara apakah ini?.

Seperti thumbnail judulnya kita akan membahas Kasta Dalitnya Jepang yakni Burakumin, seperti apa sih kisah dan sejarahnya, Yuk! simak thread TS kali ini. Burakumin mungkin sebagian dari GanSis ada yang asing dengan sebutan ini ada juga yang sudah familiar. Seperti yang kita tahu semua bahwa Jepang ini dikenal dengan negara yang homogen yang dimana diseluruh negeri di Jepang berasal dari satu etnis yang sama, nah karena hal ini banyak masyarakat Jepang tidak sadar atau mungkin sadar tapi tidak mau mengakui, kalau di Jepang masih ada tindak diskriminasi, terutama terhadap masyarakat Burakumin.

Mengenal Burakumin, Kasta Dalitnya Jepang.


Kata Burakumin sendiri ini berasal dari istilah Buraku yang artinya dusun kecil atau pedesaan jadi Burakumin memiliki arti orang-orang Buraku atau orang-orang dusun. Istilah Burakumin ini sebenarnya sudah dipakai sejak abad ke-19, waktu itu masyarakat Jepang menggunakan istilah Burakumin untuk menyebut orang-orang Eta dan Hinin, bagi GanSIs yang belum tahu Eta dan Hinin ini merupakan 2 kasta terendah yang telah dibagi menjadi 2 tipe yakni Eta dan Hinin. Eta sendiri memiliki arti berlimpah kotoran dan gara-gara namanya Eta ini semakin kuat streotype yang menganggap orang-orang Eta adalah orang-orang yang kotor dan tidak boleh didekati. Tapi ada hal unik yang terjadi pada masa Periode Heinan yakni pada abad 8 sampai abad 12 . orang-orang Eta ini dianggap sebagai orang-orang yang mempunyai kemampuan membersihkan polusi spiritual atau bisa melakukan pembersihan dari hal-hal yang kotor secara spiritual.

Pada periode Heinan walaupun orang-orang Eta dianggap kasta terendah dalam tataran kehidupan masyarakat Jepang, tapi pekerjaan mereka tidak dianggap rendah atau kotor, jadi yang dianggap kotor hanya orangnya saja GanSis karena dianggap pekerjaan orang Eta dibutuhkan pada saat itu. Masuk ke akhir masa periode Heinan sampai abad pertengahan orang-orang Eta memiliki pekerjaan yang lebih variatif dan mayoritas pekerjaan orang Eta disamakan dengan kegiatan penyamakan kulit, jika GanSis belum tahu penyamakan kulit ini maksudnya mengelola kulit dari kulit mentah menjadi kulit olahan mau untuk dikonsumsi ataupun menjadi barang. 

Sedangkan Hinin bisa dikatakan mereka bukan manusia dan Hinin ini merupakan istilah zaman dahulu yang dipakai untuk menyebut seorang pengemis, gelandangan, mantan napi, algojo, tukang bersih-bersih sampai penghibur, kalau menurut artikel beberapa peneliti kedudukan Eta dan Hinin kedudukan Eta yang lebih rendah ketimbang Hinin. Paling parah adalah harga seorang Eta dihargai 1/7 dari manusia biasa. Kalau seorang Eta ingin menjadi manusia biasa mereka harus berkumpul dengan 6 orang Eta lainnya agar bisa menjadi manusia biasa. Dalam perkembangan kehidupan sosial masyarakat Jepang Eta dan Hinin ini makin diasingkan, mereka sampai dianggap rendah dan dianggap bukan lagi manusia. Sampai pada di akhir abad ke-19 dimana status kedua kelompok ini adalah sama, dan biar masyarakat disana mudah menyebut kelompok mereka ini muncullah istilah Burakumin.

Mengenal Burakumin, Kasta Dalitnya Jepang.


Diskriminasi yang diterima oleh Burakumin ini berkaitan dengan ajaran asli Jepang berkaitan dengan ajaran Shinto. Jadi dalam ajaran Shinto diajarkan bahwa darah itu tidak suci dan darah bisa membawa rasa sakit dan kematian, dan karena hal ini masyarakat Jepang menganggap bahwa darah membawa nasib buruk atau sial. Makanya banyak yang menghindari pekerjaan yang berhubungan dengan darah. Karena inilah orang-orang Eta dan Hinin dianggap kotor dan rendah karena pekerjaan mereka ini berhubungan dengan darah. Orang-orang Eta banyak yang kerja di Pejagalan hewan ataupun di penyamakan kulit, sedangkan orang-orang Hinin banyak bekerja sebagai algojo dan juga mantan napi yang membuat masyarakat Jepang memiliki stigma mereka banyak kotoran karena mereka banyak berurusan dengan darah dan kematian.

Karena pekerjaan mereka inilah mereka makin didiskriminasi dari masyarakat. Makin dianggap kotor dan bukan manusia. Jika ditanya kenapa pekerjaan mereka seperti itu berhubungan dengan darah? Kembali lagi karena pemerintah zaman dulu hanya memberikan pekerjaan ini kepada orang Eta dan Hinin, yang membuat mereka tidak dapat menolak hal ini dan tidak ada pekerjaan pilihan lain yang dapat mereka lakukan. Dalam beberapa penelitian para peneliti menganggap bahwa status Burakumin ini dapat berubah terutama untuk orang-orang Hinin. Jadi jika orang Hinin sedang hoki bisa dapat pekerjaan yang lebih baik, diadopsi atau mereka menikah dengan keluarga dengan orang dari keluarga biasa, status sosial mereka bisa naik, bisa tidak menjadi Hinin lagi. Namun pada abad 16 Toyotomi Hideoshi, salah satu panglima samurai perang paling kuat pada era Sengoku, dia mulai menerapkan sistem kasta resmi di Jepang. Hal ini bertujuan untuk mengurangi interaksi antar kasta.

Lalu pendiri zaman Edo yakni Tokugawa Ieyasu dia juga memperkuat diskriminasi kasta rendah yang sudah ada dengan membuat aturan orang dari golongan Eta dan Hinin tidak bisa menikah dengan orang lain diluar dari Kasta mereka. Lalu Tokugawa juga membuat aturan bahwa pekerjaan yang boleh dilakukan oleh Eta dan Hinin adalah sebagai Tukang Jagal, Pengurus Bangkai, atau Pengemis, dan juga sudah ditentukan titik lokasi tertentu. Aturan ini juga bertahan hingga 265 tahun, sebelum secara resmi sistem ini di hapus setelah restorasi Meiji di tahun 1869, dan di tahun 1871 pemerintah saat itu mengeluarkan satu dekrit yakni Dekrit Senmin Haishirei, atau menghapus dekrit kelas tercela yang kemudian lebih dikenal dengan Keihore atau disebut juga Dekrit Emansipasi.

Mengenal Burakumin, Kasta Dalitnya Jepang.


Harapan dari dikeluarkan dekrit ini dapat memberikan status hukum dan kesempatan yang sama untuk masyarakat Jepang agar Burakumin bisa menjadi pekerjaan lainnya yang layak untuk dapat keluar dari kasta mereka. Tapi kenyataannya setelah dekrit ini keluar hidup mereka bukan makin mudah malah makin sulit. Karena satu sisi mereka tidak dapat lagi memonopoli pekerjaan menjadi tukang daging atau penyamak kulit, tapi disisi lain mereka ini juga tidak bisa bekerja di perusahaan atau ditempat lain karena tidak ada yang mau mereka. Hal ini terjadi karena Streotype Burakumin pada diri mereka masih amat kuat, walaupun sistem kasta telah dihapus dan juga sudah dikeluarkan  dekrit untuk menghapus diskriminasi. Jadinya ekonomi orang Burakumin ini makin terpuruk, karena mereka tidak memiliki pekerjaan sama sekali.

Karena kurang perhatian dari pemerintah dan streotype yang sudah mengakar dimasyarakat sejak ratusan tahun membuat orang Burakumin ini mendirikan banyak organisasi untuk melindungi diri mereka sendiri sebagai contoh di 1946 berdiri oraganisasi Buraku Liberation League, dan All Japan Dowa Association di tahun 1960. Berkat adanya organisasi ini, pemerintah membentuk Council on Dowa Measure ditahun 1961 yang berfungsi untuk melindungi masyarakat Burakumin agar diskriminasi bisa berkurang. Tapi sayang walaupun ada upaya seperti ini tetap saja streotype mereka tidak bisa hilang. Bahkan 1975 di Jepang sempat beredar buku yang berjudul Tokushu Buraku Chimei Sokan yang berisi daftar komperensif nama daerah Buraku. Buku ini terdiri dari 330 halaman, ditulis tangan dan berisi nama daftar nasional dan nama serta lokasi pemungkiman buraku dan gilanya lagi buku ini dijual dengan harga 5000 Yen-50000 Yen atau kisaran 5 juta rupiah.

Menurut Buraku Liberation and Human Rights Research Institute of Osaka, disebut ada 200 perusahaan besar di Jepang yang membeli buku tersebut, termasuk brand otomotis yang terkenal baik di Jepang bahkan di Indonesia. Brand-brand ini membeli buku tersebut agar mereka tahu daerah persebaran para Burakumin pada zaman dahulu. Jadi jika ada yang melamar dan terindikasi Buraku otomatis akan tertolak atau ada pekerja yang di cek di buku tersebut dan memiliki indikasi Buraku perusahaan tahu bagaimana harus menindak karyawan mereka. Bukan hanya perusahaan bahkan orang-orang biasa di Jepang juga membeli buku tersebut sebagai tuntunan bagi mereka yang mau menikahkan anak-anaknya yang terindikasi akan menikahi terhadap Burakumin. Walaupun buku ini sudah ilegal namun banyak beranggapan masih ada orang yang menjadikan buku ini pedoman dalam mencari pasangan hidup anak mereka agar tidak menikah oleh orang Burakumin.

Mengenal Burakumin, Kasta Dalitnya Jepang.


Hal ini masih ada sampai saat ini bahkan menurut survey yang dilakukan kementerian Kehakiman Jepang ditahun 2020, disebut 17,5% penduduk Jepang pernah jadi korban atau pelaku diskriminasi terhadap Burakumin. 58% lainnya bilang mereka bisa berada di situasi itu karena masalah hubungan bisa karena pacaran atau pernikahan. Bisa dikatakan diskriminasi yang saat ini di dasari antara hubungan Burakumin dan orang biasa yang menurut pedoman buku tadi banyak orang tua yang menyusuri sampai kepada leluhur mereka takut terindikasi dengan Burakumin. Jika anak mereka berhubungan dengan Burakumin sudah pasti pasangan tersebut harus pisah atau putus dan tidak bisa lanjut ke jenjang lebih tinggi atau ke jenjang pernikahan. Bukan hanya masalah hubungan di masalah pekerjaan saat ini juga masih banyak perusahaan yang tidak mau menerima keturunan Burakumin menjadi pegawai atau pekerja di perusahaan mereka. Walaupun pekerjaan mereka bagus ataupun pintar dan jenius jika dia keturunan Burakumin akan sulit mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan.

Bahkan parahnya istilah Burakumin ini menempel ke orang-orang yang tidak pernah bekerja sebagai tukang daging atau pekerjaan lainnya yang berhubungan dengan Burakumin, mereka dianggap Burakumin hanya karena mereka tinggal di tempat mayoritas banyak Burakuminnya atau bisa juga mereka tinggal dekat dengan tempat pejagalan yang dianggap dekat dengan Burakumin. Akibat banyaknya diskriminasi dan tidak adanya perlindungan dari pemerintah akhirnya banyak Burakumin membentuk kelompok untuk mempertahankan diri mereka dan endingnya adalah mereka yang di anggap Burakumin ini akhirnya menjadi Yakuza, dimana di perkumpulan ini mereka menganggap diri mereka bisa diterima sebagai diri mereka sendiri sesuatu yang tidak mereka dapatkan di masyarakat pada umumnya. Sekitar 70% anggota Yamaguchi-Gumi kelompok Yakuza yang terkenal terbesar di Jepang mereka adalah Burakumin. Tapi di balik diskriminasi mereka banyak diantara para Burakumin menjadi sukses contohnya Tadashi Yanai pemilik dan pendiri serta Presiden pemilik Uniqlo. Namun walaupun banyaknya Burakumin yang sukses streotype kotor mereka masih melekat sampai saat ini.

Nah GanSIs sekian thread TS kali ini mohon maaf jika ada info kurang lengkap dan semoga thread ini bisa membuka wawasan kita semua ya!!! khususnya TS.

TS ucapin terimakasih dan sampai ketemu di thread lainnya....

emoticon-Haiemoticon-Haiemoticon-Haiemoticon-Haiemoticon-Hai

Spoiler for Referensi dan Sumber:

Mengenal Burakumin, Kasta Dalitnya Jepang.

Akoer324
bang.toyip
Gttkaca2
Gttkaca2 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
4.1K
28
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Sejarah & Xenology
Sejarah & XenologyKASKUS Official
6.5KThread10.6KAnggota
Tampilkan semua post
dellesologyAvatar border
dellesology
#1
Ku kira Jepang yang maju diskriminasi udah 0
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.