- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
60.4K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
31.6KThread•43.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#105
Part 28 - Out Of Control
Spoiler for Out Of Control:
“Nes!! Anees!!”, terdengar suara Titin memanggil dari luar kamar mandi. Aku mengecilkan aliran kran air agar suaranya dapat terdengar dengan jelas.
“Kenapa say?”, balasku.
“Rey nelpon!”, teriaknya.
“Angkat aja!!”
‘Sepertinya Rey sudah nungguin di depan gang.’, bathinku.
Dengan lebih cepat aku membilas badanku yang masih penuh busa.
Butuh waktu kurang lebih lima menit (saja)untuk aku beres mandi. Bebek aja kalah cepet, iya gak?
“Apa kata Rey, say?”, tanyaku setiba di kamar dengan perlengkapan mandi masih di tangan kiri-kanan.
“Ga kejawab, keburu mati telponnya!”, jawab Titin yang masih sibuk dengan buket bunga. Mungkin dia penasaran kira-kira apa ada lagi kado yang tersimpan di dalamnya.
“Say, kog Rey berani gitu yaa naruh cincin di dalam buket? Apa ga takut ilang cincinnya?”, tanyanya tiba-tiba disaat aku lagi memakai skincare di depan meja rias, duduk tak jauh dari Titin berada.
“Katanya buket ini dikirim dari florist kakak iparnya."
“Oh jadi ipar dia punya usaha florist?! Pantesan! Berarti secara ga langsung, ipar dia tau alamat kamu dan tau kalau Rey ngirimin kamu buket dan cincin dong? Fix bentar lagi sebar undangan!”, oceh Titin yang ku balas dengan ‘diam’.
Aku yang siang itu memilih memakai kaos kegedean berwarna pink (menyamakan kostum dengan Titin) memadupadankan dengan jeans kesayangan berwarna biru light.
'Pake skincare udah, pake maskara udah, pake liptint udah, ngegulung rambut juga udah! Tinggal nunggu kabar Rey aja nih’, bathinku sembari mengecek handphoneku yang sedari tadi berada di atas kasur.
// 10.45 Rey : Nes, aku nunggu di teras kosan kamu yaa. //
Shocked! Ternyata Rey sudah mengirimkan pesan ini sejak lima belas menit yang lalu!
“Say, yuk! Rey sedari tadi udah di bawah ternyata!”, ujarku tergesa dan segera mengambil tas slempang yang ukurannya agak besar lalu tak lupa memasukkan kotak cincin pemberian Rey ke dalamnya.
“Loh, serius? Panas-panasan dong dia di depan gerbang??!!”, Titin jadi ikutan tergesa.
Kami pun segera berlarian menyusuri lorong setelah aku menutup dan mengunci pintu kamarku.
Setibanya di parkiran, aku mendengar suara tawa Ibu-Bapak Kos juga suara Rey yang tengah bercerita. Aku segera menahan Titin yang masih berjalan cepat di depanku dan memintanya untuk jalan perlahan saja.
“Kenapa say?”, bisiknya.
“Rey lagi di teras Bukos!”, jawabku lebih berbisik dari Titin. Terlihat mimik wajah Titin bertanya-tanya ‘seriusan? Kog bisa?’.
Saat aku dan Titin berada di tepian kolam ikan di samping teras Bukos, Bukos yang duduknya menghadap kami, segera menyapa.
“Nah ini Mba Anesnya yang ditunggu-tunggu sudah siap..”, ujar Bukos sumringah. Sontak Rey menoleh ke belakang dan kami pun saling bertatapan.
‘Sial! Kenapa begini aja aku udah deg-degan!’, bathinku.
“Say, kog Rey ganteng banget gituuu! Brewok tipisnya ga tahaan!!’, bisik Titin saat Rey berpamitan kepada Ibu-Bapak Kosku. Aku hanya meresponsnya dengan nyubitin lengannya.
“Nanti kalau sempet, main-main kesini lagi ya Mas Rey!”, ucap Bukos yang dianggukin pula dengan Bapakos.
“Iya, nanti main-main lagi ya Buk-Pak. Makasih jamuannya dan makasih juga selama ini udah jagain Adek saya!”, ujar Rey.
‘Makasih udah jagain adek saya? Sejak kapan aku jadi adeknya!’, gerutuku.
Kami pun segera pamit kepada Ibu-Bapak Kos dan mulai berjalan beriringan menyusuri gang kecil yang hanya muat untuk pengguna box motor.
“Hai, Titin ya?”, sapa Rey pada Titin. Titin yang terlihat ngefreeze, hanya bisa menjawab : iya.
“Maaf yaa aku gangguin waktu kalian.”, kata Rey lagi dengan senyuman mempesonanya.
Titin makin terlihat klepek-klepek. Saat itu kali pertama aku ngelihat Titin begitu wkwkwk!
“Rey, kog bisa sih tetiba ada di teras Bukos?”, tanyaku yang sedari tadi penasaran.
“Tadi aku sempet berdiri di depan gerbang kosan kamu. Kebetulan Bu Siti abis dari warung tuh kayanya. Lalu nanya, aku lagi nyari siapa, ya aku jawab cari Anes. Aku juga bilang kalau kamu adek aku haha.”
“Terus akhirnya sama Ibuk kamunya disuruh nunggu di teras?”, tanyaku.
“Iyaaa..”, jawabnya.
“Terus kamu sampe tau gitu namanya Bu Siti?”
“Hahaha ya kan kenalan.”, Rey yang kini tengah berjalan disebelahku, mengusap-ngusap kepalaku. Lalu ia berjalan menuju pintu mobil sebelah kanan. Kemudian ia segera membuka pintu mobilnya. Aku dan Titin menyusul setelahnya.
Titin duduk di kursi bagian belakang seorang diri.
Maunya aku juga ingin duduk di kursi bagian belakang, tapi kog kayanya ga etis yaa, seolah jadiin Rey sopir hehe.
“Jadi pada mau makan apa nih?”, tanyanya. Mobil mulai melaju pelan mengarah ke jalan PB. Sudirman.
“Aku sih terserah. Kalau bisa yang murah-murah ya Rey, soalnya aku yang mau traktir.”, ujarku terkekeh.
“Yee kan yang ngajak lunch aku. Jadi aku yang traktir. Ya enggak Tin?”, balas Rey. Titin masih ngejawab dengan ‘iya’ aja.
“Tin, kamu punya pacar ga?”, tanya Rey kemudian.
“Punya, Mas.”
“Sekalian ajak makan bareng gih. Biar ramean.”
“Beneran?”
“Iyaa, bener.”
“Yaudah aku telpon dia dulu ya. Mau kemana jadinya?”, tanya Titin. Sepertinya dia udah mulai sadar dari kebekuannya.
“Ke Holycow yang di Jalan Raya Gubeng aja ya.”, jawab Rey seraya menatapku yang tengah menatapnya lebih dulu.
“Kamu makin cantik!”, ujar Rey padaku tiba-tiba, disaat Titin tengah menelpon pacarnya.
“Kamu nih ya, bukannya besok masih harus terbang ke China lagi?”, aku mulai mengalihkan gombalannya.
“Iyaa kan masih besok. Lagian di Bali seharian ga ada temen juga mau ngapain? Mending ke Surabaya ketemu kamu.”, Rey makin-makin ngegombalnya.
“Kasianan, temen kamu aku doang kayanya.”
“Hahaha malah ngece!”
“Ehem ehem!”, potong Titin.
“Gimana? Pacar bisa ikutan kan?”, tanya Rey.
“Bisa!! Hehehe..”
Tak lama kemudian, kami sudah tiba di tujuan. Memang, kalau jalanan sepi begini, hanya butuh waktu sekitar sepuluh menit dari kosanku ke sini.
Saat kami baru keluar dari mobil, terlihat pacar Titin sudah tiba lebih dulu disana.
"Kebetulan loh Mas, pacarku rumahe deket situ.", ujar Titin tadi.
Aku melihat Rey mulai menyapa dan berkenalan dengan Odi.
Satu hal yang aku baru tahu dari sosok Rey adalah dia itu tipe orang yang grapyak. Duh apa yaa grapyak itu. Hmm kurang lebih artinya tuh orang yang mudah bergaul dan ramah dengan siapa saja.
"Selamat Siang..", ujar Mba Feby, waiters yang menyambut kedatangan kami. (Aku sempat lihat namanya dari name tagnya)
"Mau duduk di sini atau yang di sana, Kak?", tanyanya.
"Yang di sana saja, Mba..", jawab Titin.
Titin memilih tempat duduk yang berada agak ke dalam dan lebih exclusive. Katanya, kalau semisal kami tertawa terbahak-bahak, tidak akan mengganggu pelanggan yang lain. Rey pun langsung menyetujui tanpa perlawanan. Sedang aku dan Odi hanyalah tim pengikut yang nyaman mau duduk dimana saja.
“Aku boleh ga sih panggil Rey aja?”, tanya Titin tepat setelah Mba Feby pergi membawa catatan pesanan kami.
“Hahaha boleh dong!”, jawab Rey.
Kami berempat saling melempar candaan dari garing sampe jadi receh, rasa-rasanya, kami ga berhenti untuk tertawa kala itu. Karenanya, tak terasa sudah tiga puluh menit kami menunggu pesanan tiba di meja.
“Rey, kamu orang Surabaya toh? Kalau ke gereja, biasanya gereja mana?”, tanya Titin saat dia sedang memotong tenderloin di hadapannya.
Kayanya Titin mancing sih ini, karena curhatanku sebelumnya yang mengatakan kalau Rey sepertinya non muslim.
“Emang kenapa?”, balas Rey dengan santai sembari memotong-motong tenderloin miliknya.
“Aku kayanya pernah liat kamu saat lewatin gereja YHS.”
“Hahaha salah liat kamu! Aku kan ga pernah ke gereja!”
“Loh iya tah?”, tanya Titin. Sepertinya dia akan berhasil memancing Rey.
“Yaa kan akunya Hindu. Masa ke gereja? Hahaha.”, jawab Rey sembari menukar dagingku dengan dagingnya.
Sontak aku dan Titin saling bertatapan memberikan isyarat : ‘Yah bener, dia non muslim!’
“Mau nambah mushroom saucenya ga?”, tanya Rey padaku setelahnya.
“Hmm enggak, udah cukup. Makasih ya.”, jawabku kikuk. Meski kami sedang makan bersama Titin dan Odi, Rey sama sekali tidak sungkan untuk memberikan perhatian-perhatian kecil padaku.
Jujur saat itu aku sedih, sedih banget.
Gimana nggak sedih, di saat ada pria yang baik, santun, dan penyayang, tapi akunya malah ragu dengan perasaanku yang sepertinya mulai tumbuh untuknya.
Dan kini aku tau, kenapa ku meragu.
Rupanya karena iman kita tak sama.
———
“Udah kenyang? Apa mau makan lagi?”, tanya Rey saat aku sudah mengenakan sabuk pengaman. Kali ini Titin tak ikut bersama kami, dia lebih memilih untuk pulang dengan Odi.
“Nanti malem aku ambil motorku ya say..”,ujarnya tadi sebelum kami berpisah.
“Udah kenyang banget aku. Ohya, makasi buket bunganya yaa Rey!”, aku mulai memberanikan diri untuk menoleh padanya.
“Sama-sama, Nes. Perasaan dari kemarin bilang makasih mulu!"
“Hehehe. Ohya Rey, ini apa?”, tanyaku sembari menunjukkan kotak cincin yang sedari tadi aku simpan dalam tasku.
“Wah cepet juga nemuinnya! Padahal iparku bilang udah susah payah nyembunyiin itu.”, jawab Rey santai.
Aku terdiam tak merespons. Rey yang menyadari aku sedang di mode serius, kembali menunda memasukkan tuas gigi mobilnya.
“Itu hadiah untuk keberhasilan kamu, Nes. Karena.. Bukan hal yang mudah loh untuk bisa lulus kuliah tepat waktu, padahal kamunya juga sibuk kerja.”
“Rey…"
"Hmm?"
"Makasih ya. Makasih banget! Tapi maaf... Aku ga bisa nerima hadiah kamu ini.”
“Kenapa gitu?”
“Aku ga biasa terima hadiah begini dari orang lain.”
“Kalau gitu, mulai sekarang, kamu harus belajar untuk terbiasa ya?”
“Tapi Rey, kog aku mikirnya kamu lagi ngebeli aku ya?”
“Ngebeli? Maksudnya?”
“Yaa aku ngerasa, kamu kasih hadiah ini karena udah nyium aku beberapa waktu lalu!”
“Jadi maksudnya, aku kasih kamu hadiah karena hal itu?”
“Iya!”
“Astagaaa, nggak gitu Anees!! Demi Tuhaan!! Aku hanya pengen kasih kamu hadiah! Ga ada aku mikir seperti yang kamu pikirkan!!”
Aku terdiam dengan kotak cincin masih dalam genggaman. Sedang Rey mulai melajukan mobilnya keluar dari pelataran parkiran.
"Kalau emang kamu ga mau terima hadiah itu, yaudah gapapa, Nes. Tapi jangan ngerendahin aku seperti itu..”, kata Rey dengan suara beratnya yang terdengar sedang kecewa.
“Ngerendahin kamu gimana? Ga ada aku ngerendahin kamu!!”, aku mulai sedikit meninggikan nada suaraku.
Jelas-jelas aku yang ngerasa direndahin. Kog malah dia yang ngerasa begitu??? , ujar bathinku.
“Kamu bilang aku ngebeli kamu, menurut kamu itu ga ngerendahin aku?”
Aku terdiam (lagi), tak membalas pertanyaan Rey yang makin lama semakin menyudutkanku.
“Haha baru kali ini aku ngasih hadiah ke orang, tapi dianya malah berpikir aku ngebeli dia. Haha!!”, katanya setelahnya.
"Maksud kamu, kamu selalu ngasih hadiah ke orang setelah kamu cium dia? Dan orang itu mau nerima hadiah dari kamu, gitu?", aku makin kesal dibuatnya.
Kali ini Rey diam seribu bahasa. Sedang aku, tengah menahan diri untuk tidak menangis di depannya.
Padahal sebelumnya kami saling tertawa.
Siapa sangka sekarang malah saling menyakiti.
###
Aku untuk kamu
Kamu untuk aku
Namun semua, apa mungkin
Iman kita yang berbeda?
delet3 dan 6 lainnya memberi reputasi
7
Kutip
Balas
Tutup