- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
![aymawishy](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/12/12/avatar11138712_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/images/2022/11/13/11138712_202211130230500233.png)
Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
![](https://img.youtube.com/vi/P2s2LCFFACI/0.jpg)
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 01:38
![lifi1994](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/06/23/default.png)
![Nankendra](https://s.kaskus.id/user/avatar/2010/10/18/avatar2171039_1.gif)
![snf0989](https://s.kaskus.id/user/avatar/2018/05/16/avatar10214079_360.gif)
snf0989 dan 45 lainnya memberi reputasi
46
60.3K
Kutip
1K
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Stories from the Heart](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-51.png)
Stories from the Heart![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
31.6KThread•43KAnggota
Tampilkan semua post
![aymawishy](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/12/12/avatar11138712_5.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
aymawishy
#97
Part 27 - Buket Mawar Merah
Spoiler for Buket Mawar Merah:
19 Februari 2017, Minggu
Tercium aroma mawar di penjuru kamar ketika aku baru membuka mataku di penghujung pagi di hari Minggu -libur pertama kalinya bagiku, libur di hari Minggu-. Masih dengan posisi miring memeluk guling, aku menatap sebuket mawar merah berukuran besar yang ku letakkan di sebelah meja riasku.
Seketika, aku tersenyum dibuatnya. Mengingat bahwa sidang skripsiku telah ku lewati dengan sangat baik kemarin.
"Anes, congratulations ya!", ujar salah satu dosen pengujiku kemarin siang saat setelah aku berhasil menjawab dari setiap pertanyaan yang mereka berikan.
"Hebat! Skripsinya sempurna tanpa revisi!", kata dosen penguji yang lain.
Aku tersenyum puas dan mengucapkan banyak terima kasih kepada ke-empat dosen pengujiku siang itu.
Meski aku sempat dicecar dengan banyak pertanyaan, Alhamdulillah aku bisa menjawab satu per satu pertanyaan itu dengan tenang dan santai.
Persiapanku menjelang sidang bisa dikatakan sangat matang. Sebab, aku sudah sangat memahami isinya bahkan setiap halamannya berisi apa, aku tahu.
Itulah mengapa setiap dosen pengujiku bertanya dan mencari kesalahan, aku bisa menyangkal dengan bukti yang ada di dalam lembar skripsi yang telah aku buat.
'Alhamdulillah, akhirnya selesai sudah aku mencapai satu cita-citaku',ujar bathinku membuatku tersenyum cerah namun kemudian terusik dengan suara panggilan telepon.
Ku raih handphoneku yang berada tak jauh dari posisiku dan ku lihat layarnya : Titin.
"Halo..", jawabku.
"Say, aku udah di bawah!"
"Okee, aku turun!". Tanpa mencuci muka apalagi menggosok gigi, aku segera mengambil cardigan rajutku yang ku gantung di belakang pintu lalu berlari melewati lorong kamar dan menuruni anak tangga untuk membuka pintu gerbang yang selalu terkunci.
Saat aku berjalan menyusuri dua kamar kos dan parkiran menuju gerbang, aku melihat Ibu kosku sedang memberi makan ikan-ikan koinya di kolam ikan yang berada di sebelah parkiran.
"Pagi, Bu.."
"Pagi Mba Anes.. Lagi libur? Tumben? Hari minggu biasanya kerja kan?"
"Hehehe iya Bu, saya lagi ambil libur. Mari Bu, permisi dulu."
"Oh iya iya, silahkan.."
Aku segera ngacir menuju gerbang dan terlihat Titin cengar-cengir dari atas motornya tepat setelah aku membuka pintu untuknya.
"Ciieee yang udah sidang skripsi!", kalimat pertama yang terucap darinya tepat setelah dia memarkirkan motornya di tepi kolam ikan. Saat itu, Ibu kosku sudah tak lagi disana.
"Hahaha apaan sih say dari kemarin cie cie mulu!"
"Hahaha! Nih bubur ayam buat kita sarapan!", Titin menyerahkan sekantong plastik bening berisi dua kotak steroform kepadaku.
"Wah, thank you! Tau aja kalau aku lagi laper!", aku menerima buah tangan darinya lalu kami pun berjalan beriringan menuju kamarku yang berada di lantai dua.
"Say, ini wangi apaan ya? Harum bangeeet!!", ujarnya saat kami baru menyusuri lorong lantai dua. Aku tak menjawab. Sampai akhirnya Titin tau dari mana asal wangi itu setelah aku membuka pintu kamarku.
"Huuaa itu buket bunga gede banget!! Pantesan wanginya kemana-mana!!". Titin langsung norak ngeliatin dan angkatin buket bunga itu.
"Ini buket bunga berat banget!! Kamu dapet dari siapa say?", Titin kembali meletakkan buket bunga itu di tempat semula lalu duduk bersila tepat di depanku.
"Dari Rey..", jawabku singkat sembari membuka ikatan kantong plastik yang diikat mati itu.
"Rey? Rey siapa?", tanya Titin seraya mengambil sekotak steroform dari dalam kantong plastik yang sudah berhasil kubuka.
Disaat itulah, aku mulai menceritakan siapa Rey dan bagaimana hubunganku dengannya, sekali lalu melahap perlahan bubur ayam milikku.
Titin menyimak dengan khusyuk. Entah sebenernya khusyuk menyimak atau karena tengah makan bubur ayam yang enaknya ga ada duanya.
"Hmm jadi gituu..", katanya pada akhirnya disaat bubur ayamnya sudah habis lebih dulu bersamaan dengan usainya ceritaku.
Aku hanya mengangguk meresponsnya.
"Jadi, gimana ciumannya? Kalau denger dari cerita kamu nih, bisa dibilang dia jago sih. Ya gak?", Titin terlihat sedang menahan tawanya.
"Kenapa malah ngebahas yang bagian itu sih saaay!!", aku ingin marah tapi malah tersipu malu.
"Hahahaha pasti kamu ngebayangin lagi kan? Iya kaan??", ejeknya.
"Geblek ancen arek iki!!", jawabku sembari menahan tawa.
"Haha tapi nih saay, biasanya..ini biasanyaa yaa.."
"Biasanya apaa?", tanyaku memelototinya.
"Kalau ciuman pertama itu bakal keinget terus tau!! Bahkan dinginnya bibirnya saat nemplok di bibir kamu juga bakal kebayang terus rasanya!"
Aku terdiam tanda aku membenarkan apa yang diucapkannya.
"Terus-terus gimana? Kira-kira hubungan kalian bakal lanjut atau udah temenan aja?", tanyanya lagi.
"Kalau aku mikirnya ga bakal lanjut sih say.. Ga tau kalau dia.."
"Loh opo'o say?", tanyanya dengan medhoknya yang khas.
"Kata Papa, kalau kita menjalin hubungan sama seseorang untuk ke jenjang lebih serius, ga baik kalau diawali dengan ciuman dan semacamnya.."
"Yaa kalau gitu, pacaran aja say. Jangan diseriusin!"
"Makin geblek kamu say!!", ketusku seraya melahap sesendok bubur ayam terakhirku dengan kasar.
Titin makin terbahak. Sepertinya dia emang sengaja membuatku kesal.
"Pasti sekarang kamu ngerasa nggak punya harga diri ya? Karena ngerespon ciumannya?", tanya Titin tiba-tiba.
"Iyaaa. Aku ngerasa kog saat itu mau-mau aja gitu jadi pelampiasan dia..", aku mulai berkaca-kaca menanggapinya.
"Hm mungkin bukan pelampiasan ya say, tapi lebih ke..hmm.. dia nyaman sama kamu.. Kamu ada disaat dia lagi bener-bener terpuruk! Dan kalau menurut aku, dia ada rasa sama kamu sih say.. Ga mungkin enggak!"
"Kalau menurut aku, karena dia pengen ciuman aja sih say! Dia ngelampiasin marahnya ke mantannya lewat ciuman itu."
"Ngelampiasin marah?"
"Hm soalnya saat dia cium aku itu, dia itu seakan mau ngelahap aku gitu loh say!"
"Hahaha gendeng arek iki! Kan emang gitu kalau ciuman! Itu namanya ciuman penuh gairah say..", Titin mulai meninggikan suaranya.
Sedang aku malah terdiam lagi dan lagi.
"Kenapaa? Kamu masih kepikiran?"
Aku mengangguk.
"Saay.. Gapapa!! Ga usah dipikirin. Kan ciuman doang!"
"Aku kog segampang itu ya say?", tanyaku yang makin lama makin mellow dan berakhir dengan nangis.
"Heh!! Engga gitu! Udah udah cup cup jangan nangis! Btw Rey tau kamu kek gini?"
"Dia ga tau kalau aku sampe nangis gini gegara ciuman itu. Tapi dianya tau kalau aku mulai ngejauh, soalnya beberapa hari ini aku mulai jaga jarak sama dia. Jarang bales chat, ga mau telponan."
"Loh tapi ini kamu dikirimin bunga segede ini?"
"Iyaa karena dia tau kalau aku kemarin sidang skripsi."
"Yaaudah, berarti emang kayanya dia mau serius sama kamu say."
"Tapi, cara nunjukin kalau dia serius ga dengan ciuman lalu ngirimin aku buket bunga gini kan?"
"Hmm iyaa sih, tapi ini bentuk usaha dia say! Terus dia ada ngabarin kamu ga?"
"Dia ngabarin terus, aku doang yang nyuekin."
"Kenapa?"
"Kayanya ini jawaban dari istikharahku say. Aku dibuat ragu dan makin biasa aja ke dianya. Padahal dua-tiga hari setelah kejadian itu, aku sama Rey yaa masih baik-baik aja."
"Apa karena dianya belum juga nyatain perasaannya ke kamu say? Makanya kamu jadi makin kek nyalahin diri kamu dan ujung-ujungnya bikin kamu ngejauh dari dia??"
"Hm engga tau juga sih say.. Aku kaya ragu aja gitu, ga tau kenapa.."
"Say, angkat dulu gih telponnya. Aku sekalian buang ini ke bawah!", ujar Titin setelahnya.
Seperti tau sedang dibicarakan, Rey pagi itu menelponku tiba-tiba.
"Halo..", jawabku.
"Halo, Nes. Kamu baik-baik aja?"
"Iyaa.. Kenapa gitu?"
"Khawatir aja akunya. Hm lagi ada acara ga siang ini?"
"Lagi sama Titin sih.."
"Ohya? Mau lunch bareng ga?"
"Bukannya lagi di Bali?", tanyaku.
"Harusnya gitu. Tapi aku baru banget landing Surabaya ini."
"Oh gitu."
"Jadi gimana? Mau lunch bareng ya?"
"Bareng Titin boleh?"
"Iyaa, boleh. 30 menit lagi aku sampe depan gang kosan kamu ya!"
"Okee.. Hati-hati.."
Saat aku menutup telpon Rey, aku lihat Titin sedang sibuk dengan buket bunga itu.
"Say!!", kata kami bersamaan.
"Kamu duluan!", kata Titin.
"Rey ngajak kita makan siang bareng."
"Wah! Aku ga ikutan deh.."
"Dih, kalau kamu ga ikut, aku juga ga mau lunch sama Rey!", aku merajuk.
"Say, kamu ngeh ga ada kotak cincin ini disini? Kayanya Rey mau ketemu kamu karena mau ngomongin ini..", ujar Titin dan menunjukkan kotak cincin berwarna merah senada dengan warna mawarnya.
Aku meraih kotak cincin yang tengah dipegang Titin.
"Kog aku ga ngeh ada ini ya?", tanyaku.
"Coba say buka!", suruh Titin.
Dengan tangan sedikit gemetar, aku membukanya perlahan. Dan benar, di dalamnya terdapat cincin berlian mata satu yang setelah Titin cari tahu, harganya seharga motor matic keluaran terbaru.
Perlahan aku letakkan kotak cincin itu di sebelah meja riasku, tepat di depan buket mawar merah yang tak kalah megah nan indah dari cincin berliannya.
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/b/images/2022/11/09/11138712_202211091101570240.jpg)
Aku dan Titin sama-sama saling mematung melihatnya, seperti sedang takjub karena ga percaya kalau harga cincin ini semahal itu.
"Say, kamu ga siap-siap? Rey bentar lagi sampe!", ujar Titin mengingatkan.
Aneh, aku jadi linglung dan bingung!
'Kalau Rey ngajakin aku nikah, aku harus jawab apa?'
Tercium aroma mawar di penjuru kamar ketika aku baru membuka mataku di penghujung pagi di hari Minggu -libur pertama kalinya bagiku, libur di hari Minggu-. Masih dengan posisi miring memeluk guling, aku menatap sebuket mawar merah berukuran besar yang ku letakkan di sebelah meja riasku.
Seketika, aku tersenyum dibuatnya. Mengingat bahwa sidang skripsiku telah ku lewati dengan sangat baik kemarin.
"Anes, congratulations ya!", ujar salah satu dosen pengujiku kemarin siang saat setelah aku berhasil menjawab dari setiap pertanyaan yang mereka berikan.
"Hebat! Skripsinya sempurna tanpa revisi!", kata dosen penguji yang lain.
Aku tersenyum puas dan mengucapkan banyak terima kasih kepada ke-empat dosen pengujiku siang itu.
Meski aku sempat dicecar dengan banyak pertanyaan, Alhamdulillah aku bisa menjawab satu per satu pertanyaan itu dengan tenang dan santai.
Persiapanku menjelang sidang bisa dikatakan sangat matang. Sebab, aku sudah sangat memahami isinya bahkan setiap halamannya berisi apa, aku tahu.
Itulah mengapa setiap dosen pengujiku bertanya dan mencari kesalahan, aku bisa menyangkal dengan bukti yang ada di dalam lembar skripsi yang telah aku buat.
'Alhamdulillah, akhirnya selesai sudah aku mencapai satu cita-citaku',ujar bathinku membuatku tersenyum cerah namun kemudian terusik dengan suara panggilan telepon.
Ku raih handphoneku yang berada tak jauh dari posisiku dan ku lihat layarnya : Titin.
"Halo..", jawabku.
"Say, aku udah di bawah!"
"Okee, aku turun!". Tanpa mencuci muka apalagi menggosok gigi, aku segera mengambil cardigan rajutku yang ku gantung di belakang pintu lalu berlari melewati lorong kamar dan menuruni anak tangga untuk membuka pintu gerbang yang selalu terkunci.
Saat aku berjalan menyusuri dua kamar kos dan parkiran menuju gerbang, aku melihat Ibu kosku sedang memberi makan ikan-ikan koinya di kolam ikan yang berada di sebelah parkiran.
"Pagi, Bu.."
"Pagi Mba Anes.. Lagi libur? Tumben? Hari minggu biasanya kerja kan?"
"Hehehe iya Bu, saya lagi ambil libur. Mari Bu, permisi dulu."
"Oh iya iya, silahkan.."
Aku segera ngacir menuju gerbang dan terlihat Titin cengar-cengir dari atas motornya tepat setelah aku membuka pintu untuknya.
"Ciieee yang udah sidang skripsi!", kalimat pertama yang terucap darinya tepat setelah dia memarkirkan motornya di tepi kolam ikan. Saat itu, Ibu kosku sudah tak lagi disana.
"Hahaha apaan sih say dari kemarin cie cie mulu!"
"Hahaha! Nih bubur ayam buat kita sarapan!", Titin menyerahkan sekantong plastik bening berisi dua kotak steroform kepadaku.
"Wah, thank you! Tau aja kalau aku lagi laper!", aku menerima buah tangan darinya lalu kami pun berjalan beriringan menuju kamarku yang berada di lantai dua.
"Say, ini wangi apaan ya? Harum bangeeet!!", ujarnya saat kami baru menyusuri lorong lantai dua. Aku tak menjawab. Sampai akhirnya Titin tau dari mana asal wangi itu setelah aku membuka pintu kamarku.
"Huuaa itu buket bunga gede banget!! Pantesan wanginya kemana-mana!!". Titin langsung norak ngeliatin dan angkatin buket bunga itu.
"Ini buket bunga berat banget!! Kamu dapet dari siapa say?", Titin kembali meletakkan buket bunga itu di tempat semula lalu duduk bersila tepat di depanku.
"Dari Rey..", jawabku singkat sembari membuka ikatan kantong plastik yang diikat mati itu.
"Rey? Rey siapa?", tanya Titin seraya mengambil sekotak steroform dari dalam kantong plastik yang sudah berhasil kubuka.
Disaat itulah, aku mulai menceritakan siapa Rey dan bagaimana hubunganku dengannya, sekali lalu melahap perlahan bubur ayam milikku.
Titin menyimak dengan khusyuk. Entah sebenernya khusyuk menyimak atau karena tengah makan bubur ayam yang enaknya ga ada duanya.
"Hmm jadi gituu..", katanya pada akhirnya disaat bubur ayamnya sudah habis lebih dulu bersamaan dengan usainya ceritaku.
Aku hanya mengangguk meresponsnya.
"Jadi, gimana ciumannya? Kalau denger dari cerita kamu nih, bisa dibilang dia jago sih. Ya gak?", Titin terlihat sedang menahan tawanya.
"Kenapa malah ngebahas yang bagian itu sih saaay!!", aku ingin marah tapi malah tersipu malu.
"Hahahaha pasti kamu ngebayangin lagi kan? Iya kaan??", ejeknya.
"Geblek ancen arek iki!!", jawabku sembari menahan tawa.
"Haha tapi nih saay, biasanya..ini biasanyaa yaa.."
"Biasanya apaa?", tanyaku memelototinya.
"Kalau ciuman pertama itu bakal keinget terus tau!! Bahkan dinginnya bibirnya saat nemplok di bibir kamu juga bakal kebayang terus rasanya!"
Aku terdiam tanda aku membenarkan apa yang diucapkannya.
"Terus-terus gimana? Kira-kira hubungan kalian bakal lanjut atau udah temenan aja?", tanyanya lagi.
"Kalau aku mikirnya ga bakal lanjut sih say.. Ga tau kalau dia.."
"Loh opo'o say?", tanyanya dengan medhoknya yang khas.
"Kata Papa, kalau kita menjalin hubungan sama seseorang untuk ke jenjang lebih serius, ga baik kalau diawali dengan ciuman dan semacamnya.."
"Yaa kalau gitu, pacaran aja say. Jangan diseriusin!"
"Makin geblek kamu say!!", ketusku seraya melahap sesendok bubur ayam terakhirku dengan kasar.
Titin makin terbahak. Sepertinya dia emang sengaja membuatku kesal.
"Pasti sekarang kamu ngerasa nggak punya harga diri ya? Karena ngerespon ciumannya?", tanya Titin tiba-tiba.
"Iyaaa. Aku ngerasa kog saat itu mau-mau aja gitu jadi pelampiasan dia..", aku mulai berkaca-kaca menanggapinya.
"Hm mungkin bukan pelampiasan ya say, tapi lebih ke..hmm.. dia nyaman sama kamu.. Kamu ada disaat dia lagi bener-bener terpuruk! Dan kalau menurut aku, dia ada rasa sama kamu sih say.. Ga mungkin enggak!"
"Kalau menurut aku, karena dia pengen ciuman aja sih say! Dia ngelampiasin marahnya ke mantannya lewat ciuman itu."
"Ngelampiasin marah?"
"Hm soalnya saat dia cium aku itu, dia itu seakan mau ngelahap aku gitu loh say!"
"Hahaha gendeng arek iki! Kan emang gitu kalau ciuman! Itu namanya ciuman penuh gairah say..", Titin mulai meninggikan suaranya.
Sedang aku malah terdiam lagi dan lagi.
"Kenapaa? Kamu masih kepikiran?"
Aku mengangguk.
"Saay.. Gapapa!! Ga usah dipikirin. Kan ciuman doang!"
"Aku kog segampang itu ya say?", tanyaku yang makin lama makin mellow dan berakhir dengan nangis.
"Heh!! Engga gitu! Udah udah cup cup jangan nangis! Btw Rey tau kamu kek gini?"
"Dia ga tau kalau aku sampe nangis gini gegara ciuman itu. Tapi dianya tau kalau aku mulai ngejauh, soalnya beberapa hari ini aku mulai jaga jarak sama dia. Jarang bales chat, ga mau telponan."
"Loh tapi ini kamu dikirimin bunga segede ini?"
"Iyaa karena dia tau kalau aku kemarin sidang skripsi."
"Yaaudah, berarti emang kayanya dia mau serius sama kamu say."
"Tapi, cara nunjukin kalau dia serius ga dengan ciuman lalu ngirimin aku buket bunga gini kan?"
"Hmm iyaa sih, tapi ini bentuk usaha dia say! Terus dia ada ngabarin kamu ga?"
"Dia ngabarin terus, aku doang yang nyuekin."
"Kenapa?"
"Kayanya ini jawaban dari istikharahku say. Aku dibuat ragu dan makin biasa aja ke dianya. Padahal dua-tiga hari setelah kejadian itu, aku sama Rey yaa masih baik-baik aja."
"Apa karena dianya belum juga nyatain perasaannya ke kamu say? Makanya kamu jadi makin kek nyalahin diri kamu dan ujung-ujungnya bikin kamu ngejauh dari dia??"
"Hm engga tau juga sih say.. Aku kaya ragu aja gitu, ga tau kenapa.."
"Say, angkat dulu gih telponnya. Aku sekalian buang ini ke bawah!", ujar Titin setelahnya.
Seperti tau sedang dibicarakan, Rey pagi itu menelponku tiba-tiba.
"Halo..", jawabku.
"Halo, Nes. Kamu baik-baik aja?"
"Iyaa.. Kenapa gitu?"
"Khawatir aja akunya. Hm lagi ada acara ga siang ini?"
"Lagi sama Titin sih.."
"Ohya? Mau lunch bareng ga?"
"Bukannya lagi di Bali?", tanyaku.
"Harusnya gitu. Tapi aku baru banget landing Surabaya ini."
"Oh gitu."
"Jadi gimana? Mau lunch bareng ya?"
"Bareng Titin boleh?"
"Iyaa, boleh. 30 menit lagi aku sampe depan gang kosan kamu ya!"
"Okee.. Hati-hati.."
Saat aku menutup telpon Rey, aku lihat Titin sedang sibuk dengan buket bunga itu.
"Say!!", kata kami bersamaan.
"Kamu duluan!", kata Titin.
"Rey ngajak kita makan siang bareng."
"Wah! Aku ga ikutan deh.."
"Dih, kalau kamu ga ikut, aku juga ga mau lunch sama Rey!", aku merajuk.
"Say, kamu ngeh ga ada kotak cincin ini disini? Kayanya Rey mau ketemu kamu karena mau ngomongin ini..", ujar Titin dan menunjukkan kotak cincin berwarna merah senada dengan warna mawarnya.
Aku meraih kotak cincin yang tengah dipegang Titin.
"Kog aku ga ngeh ada ini ya?", tanyaku.
"Coba say buka!", suruh Titin.
Dengan tangan sedikit gemetar, aku membukanya perlahan. Dan benar, di dalamnya terdapat cincin berlian mata satu yang setelah Titin cari tahu, harganya seharga motor matic keluaran terbaru.
Perlahan aku letakkan kotak cincin itu di sebelah meja riasku, tepat di depan buket mawar merah yang tak kalah megah nan indah dari cincin berliannya.
![Kisah Seorang Pramugari (True Story)](https://s.kaskus.id/images/2022/11/09/11138712_202211091101570240.jpg)
Aku dan Titin sama-sama saling mematung melihatnya, seperti sedang takjub karena ga percaya kalau harga cincin ini semahal itu.
"Say, kamu ga siap-siap? Rey bentar lagi sampe!", ujar Titin mengingatkan.
Aneh, aku jadi linglung dan bingung!
'Kalau Rey ngajakin aku nikah, aku harus jawab apa?'
![](https://img.youtube.com/vi/oNRYwBBLn30/0.jpg)
Kau tak tahu betapa rapuhnya aku
Bagai lapisan tipis air yang beku
Sentuhan lembut 'kan hancurkan aku
Walaupun cinta yang sempurna
Menghampiriku seketika
Kuingin kau tahu betapa rapuhnya aku
Kau tak tahu betapa rapuhnya aku
Masih terasa luka di masa lalu
'Ku pernah mencintai sepenuh hati
(Namun cinta kau ingkari)
![baccu](https://s.kaskus.id/user/avatar/2011/10/19/avatar3549148_39.gif)
![nomorelies](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/12/12/avatar7457792_2.gif)
![delet3](https://s.kaskus.id/user/avatar/2015/10/18/avatar8286249_1.gif)
delet3 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
Kutip
Balas
Tutup