makmiah123Avatar border
TS
makmiah123
INGGIS (TAKUT)...
Salam kenal Gan n Sist.. Ane mau nyoba-nyoba nulis di forum SFTH nih.. Kalo ada saran atau kritik bebas aja yah, asal ga ngelanggar aturan/Kode etik SFTH aja.. Sebagian cerita ini real story berdasarkan pengalaman temen ane yang minta segala macam tentang dia dan tempatnya dirahasiakan dan sebagian lagi fiksi.. Sebagai orang yang baru belajar nulis, pasti banyak banget kekurangan nya yaa Gan n Sist.. Jadi harap maklum saja.. Hehe..



PROLOG..



Ada sesuatu yang membuat dusun indah nan asri tempat ku dilahirkan tak lagi nyaman.. 






https://www.kaskus.co.id/show_post/6...10/1/flashback
https://www.kaskus.co.id/show_post/6...akek-misterius
https://www.kaskus.co.id/show_post/6...anehan-mak-tua
Raungan Dinar dan Keanehan Teh Nining
Adu Mulut
Penuturan Rima
Pengakuan Ambu
Fadil Kecewa, Ambu..
Dua Penolong Misterius
Kabar Mengejutkan
Antara Nyata dan Tidak...
Tamu Yang Meresahkan
Curhat..
Bang Kosim Dukun Nyentrik (1)
Bang Kosim Dukun Nyentrik (2)
Bang Kosim Kapok
Ada Apa Lagi Ini, Yaa Tuhan...
Bangle, Daun Kelor dan Tebu Hitam
Kerasukan..
KOMA..
Selamat Jalan, Bunda.. Ayah, Ikhlas...
Apa Yang Ambu Lakukan Membuat Malu..
Jangan Bawa Putri Ku..
Mimpi Buruk...
Mata Batin Chyntia
Bantuan Chyntia..
Keluarkan Perempuan Itu Dari Rumahku...
Permintaan Tolong Ratih..
Apakah Salah Lihat?
Penyakit Aneh..
Penuturan Pak Daus..
Meninggalnya Mbak Nur
Pengobatan(Turuti Ikhlas atau Dendam)
Sepenggal Kisah Abah
Godaan Shalat
Aki Maung Hideung..
Hampir Tertabrak..
Chyntia, Kasihan Gadis Itu..
Perempuan Berkebaya Merah (Bukan Yang Lagi Viral, Yak)
Nyaris Tersesat..
Dukun-Dukun Keparat!!
Sebuah Bisikan..
Diubah oleh makmiah123 20-12-2022 01:06
habibhiev
arieaduh
somatt
somatt dan 37 lainnya memberi reputasi
38
32.1K
268
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread42.2KAnggota
Tampilkan semua post
makmiah123Avatar border
TS
makmiah123
#89
Aki Maung Hideung..
“Bangun lah, Fadil”

Kedua mataku terbuka saat indera pendengaran menangkap suara orang memanggil namaku..Aku tersentak dan langsung bangkit dari posisi terbaring diatas sajadah.. Pandanganku sontak membesar saat melihat tubuhku sendiri masih tergeletak miring diatas sejadah dengan mata terpejam.. Ada apa ini? Mengapa aku bisa melihat tubuhku sendiri? Apa aku sudah mati? Aku mencoba menggapai tubuhku atau mungkin jasadku, namun hanya udara kosong yang terlewati oleh telapak tangan..

“Yaa Allah, benar kah aku sudah meninggal?”

“Belum, Fadil.. Ajalmu belum tiba”

Aku segera menoleh ke belakang, ke arah suara seorang laki-laki yang terasa akrab ditelinga.. Disana, sosok bersorban putih dengan gamis berwarna sama sedang berdiri.. Sosok dengan wajah yang sangat aku kenal nampak melempar senyuman kearahku..

“Abah” Panggilku dengan nada suara tak percaya dan langsung melompat untuk memeluknya..

Tubuh Abah terasa sangat hangat dalam pelukan.. Terlebih belaian tangannya diatas kepalaku.. Membuat kedua mata ini basah oleh airmata.. Aku menangis dalam pelukan Abah.. Lalu perlahan, laki-laki yang sangat aku rindukan itu melepaskan pelukanku dan menatap wajah ini dengan penuh arti..

“Sudahlah, jangan menangis, Fadil” Ucap Abah dengan suara yang sudah lama sekali tidak pernah aku dengar, seraya memegangi bahuku..

Aku menyeka kedua mata dan menatap Abah dengan tatapan tak percaya.. Kemudian aku mundur satu langkah ke belakang masih dengan menatap Abah leka-lekat..

“Kau bukan Abah? Abah saya sudah meninggal.. Tidak mungkin ruh Abah datang kembali ke dunia”

Laki-laki berpenampilan sangat mirip dengan Abah malah tersenyum manis dan melangkahkan kaki menuju jasadku yang masih tergeletak diatas sejadah.. Dengan hati-hati, laki-laki tersebut membalikkan tubuhku yang awalnya miring ke samping menjadi terlentang.. Aneh! Laki-laki itu malah bisa menyentuh tubuhku secara langsung.. Tak seperti ku yang beberapa saat lalu hanya menggapai udara kosong saat hendak menyentuh tubuh sendiri..

Keanehan kedua yang membuatku terkejut adalah saat laki-laki menyerupai Abah mengulurkan telapak tangannya ke arah tempat tidur dan...

SETT..

Bantal yang biasa aku jadikan sandaran kepala saat tidur tiba-tiba melayang tertarik kearah tangannya dan berhasil ia tangkap dengan sempurna.. Lalu, dengan perlahan laki-laki tersebut meletakkan bantal dibawah kepalaku dan kembali berdiri..

Aku yang masih belum mengerti akan apa yang sedang terjadi, berjalan mendekati laki-laki itu dan berdiri disebelahnya seraya terus memandangi jasadku diatas sejadah..

“Jika saya belum meninggal dunia, mengapa saya bisa melihat tubuh sendiri?” Tanyaku dengan tatapan kosong memandangi jasad..

“Seperti jawabanku sebelumnya, kau belum meninggal Fadil.. Aku hanya mengeluarkan sukmamu saja menggunakan sedikit ilmu kepunyaanku.. Jika kau sudah meninggal, tak mungkin jasadmu bisa mengeluarkan airmata sama saat kau menangis memelukku tadi”

Aku menajamkan pandangan dan memang melihat ada jejak airmata yang tersisa dibawah kedua mataku pada jasad yang tergeletak diatas sejadah..

“Saya tidak mengerti ucapan Aki tentang hanya mengeluarkan sukma saya saja”

“Lain waktu aku akan menjelaskannya.. Waktuku tidak banyak.. Aku hanya ingin menyampaikan sesuatu yang sangat penting padamu”

Aku menoleh ke arah laki-laki menyerupai Abah dan memandang wajahnya dengan tatapan bingung..

“Sebenarnya siapakah gerangan Aki? Dan apa maksud Aki melakukan semua ini pada saya?”

Laki-laki bersorban putih dengan wajah layaknya wajah Abah kembali menyunggingkan senyuman.. Lalu ia mengusap telapak tangan kanannya ke muka.. Aku terkejut begitu selesai usapan telapak tangan, wajah laki-laki tersebut berubah menyerupai wajah Pak Sutardi..

Jujur, saat itu aku sempat mundur ke belakang karena kaget dan merasa semua yang terlihat bagiku tak masuk diakal..

‘Tak usah takut padaku, Fadil.. Kemunculanku bukan untuk mencelakaimu.. Justru aku ingin melindungi mu karena kau termasuk keturunan Sidik, sesuai janjiku pada beliau, Abahmu”

Aku tertegun mendengar ucapan laki-laki yang kali ini wajahnya sama dengan wajah Pak Sutardi.. Benakku langsung teringat akan ucapan Pak Sutardi bahwa Almarhum Abah mempunyai Khodam Jin berupa harimau belang hitam kuning yang berjanji akan membantu Abah serta keturunannya dalam kesulitan..

“Aki adalah Khodam Abah?”

“Kau boleh panggil aku dengan sebutan Aki Maung Hideung” Jawab laki-laki berparas Pak Sutardi setelah menganggukkan kepala dan tersenyum lagi ke arahku..

“Jadi Aki benaran nyata? Bukan hanya pepesan kosong belaka?”

“Kau masih belum percaya, Fadil” Ucap laki-laki tersebut yang setelahnya langsung memutar tubuhnya dan menjatuhkan diri ke depan..

Aku seketika jatuh terduduk begitu wujud laki-laki itu berubah menjadi sosok seekor harimau belang kuning hitam seukuran induk sapi limousine.. Sorot matanya nampak menyala tajam memandangiku dengan mulut terbuka menyeringai seolah sengaja menampilkan deretan taring didalamnya..

“Aku percaya, Ki.. Aku percaya” Ucapku dengan terbata-bata karena ketakutan mulai menyerang..

Perlahan, tubuh harimau besar berwarna belang hitam kuning diselimuti asap putih tipis dan begitu asap tersebut hilang, wujudnya sudah berganti menjadi laki-laki berwajah Pak Sutardi..

“Bangkit lah kembali Fadil dan dengarkan ucapanku baik-baik.. Sesaat lagi Subuh, aku harus segera kembali ke alamku digunung Salak”

Aku menganggukkan kepala, dan mulai beranjak bangkit.. Lalu menatap wajah laki-laki bergamis dan bersorban putih dengan serius..

“Dengar.. Selepas ini, aku minta kau harus kembali ke dusun tempat kau dilahirkan.. Ajak kedua anakmu.. Jangan ajak orang lain selain keturunan Abahmu.. Kau harus berusaha mengembalikan Ambu mu ke jalan yang benar.. Ambu mu makin jauh terperosok ke lubang hitam akibat termakan hasutan dua Jin busuk khodam mendiang kedua orang tuanya”

Aku tertegun menyimak ucapan laki-laki yang mengaku sebagai Aki Maung Hideung Jin Khodam Almarhum Abah.. Dua jin busuk yang tadi ia sebutkan telah menghasut Ambu, sudah pasti sosok sosok gaib menyerupai Aki dan Nini ku yang beberapa kali pernah aku lihat penampakannya..

“Ambu mu terus dihasut untuk menggantikan kedua orang tuanya sebagai orang paling sakti dan menguasai segala ilmu hitam dibuku sialan yang dibuat dua jin itu.. Ingat, Fadil.. Kau harus bakar buku jahanam yang dipegang Ambumu”

“Maaf, Ki.. Untuk Ambu, saya akan berusaha menyadarkannya.. Tapi untuk menghadapi dua mahluk menyerupai Aki dan Nini, saya rasa saya tak akan bisa? Ucapku karena memang ragu akan kemampuanku sendiri, apalagi yang aku hadapi nantinya bukanlah manusia..

“Tenang saja, Fadil.. Aku pasti tidak akan lepas tangan.. Seperti bantuanku sebelumnya yang menghilangkan santet di lututmu.. Sesuai janji, aku akan terus membantu keturunan Sidik termasuk kau dan kedua anakmu.. Tapi maaf, aku tidak akan membantu gadis yang kau anggap adik dirumahmu didusun.. Karena memang dia bukan keturunan, Sidik”

Aku terperanjat mendengar ucapan laki-laki berparas Pak Sutardi.. Gadis yang ia sebut barusan pasti Rima..

“Maksud Aki apa? Rima adalah adik kandung saya”

“Bukan, Fadil.. Aku tahu betul hadirnya gadis yang kau anggap adik mu ke dunia itu, bukan dari rahim Ambumu.. Gadis itu putri yatim piatu dari salah satu kerabat kalian.. Tak ada darah Sidik dan Asih yang mengalir ditubuhnya seperti yang mengalir didirimu dan kedua anakmu”

Benakku menolak mentah-mentah kalimat laki-laki bergamis putih tersebut.. Jelas-jelas, aku sangat yakin bahwa Rima memang adik kandung ku..

“Aku bisa saja menunjukkan mu kilasan kejadian masa lalu saat kedua orang tua mu membawa gadis itu dan mengakuinya sebagai anak.. Tapi waktu ku tidak banyak.. Setelah ini pun aku sudah harus pamit.. Namun sebelum aku undur diri, ingat segala ucapanku tadi.. Jika kau tidak melakukan apa yang aku pinta, maka nyawa mu dan kedua anakmu yang akan menjadi taruhannya”

Sedetik laki-laki bersorban bergamis putih itu berucap, aku merasa diri ini tersedot dengan sendirinya dan melayang masuk ke dalam raga sendiri.. Tak berapa lama, aku pun membuka mata dan memandangi langit-langit kamar masih dengan posisi terlentang..

“Astaghfirullahaladziem” Ucapku lirih dan membasuh muka dengan kedua telapak tangan..

Aku mencoba bangkit dan menatap bantal bekas penopang kepala saat terlentang barusan.. Jelas, yang aku alami tadi bukanlah mimpi.. Bantal itu sebagai bukti bahwa nyata aku telah bertemu sosok gaib yang mengaku jelmaan Khodam milik Almarhum Abah..

Aku termenung sambil merasakan sekujur tubuh yang terasa pegal dan sakit.. Apa aku harus mempercayai segala ucapan mahluk yang menemui ku di alam bawah sadar tadi? Sebagian benak ku memaksa untuk menerima tiap perkataan sosok yang mengaku sebagai Aki Maung Hideung.. Namun sebagian lagi menolak..

Seraya mencoba berdiri, aku memutuskan untuk nanti sepulang dari kantor akan menemui Pak Sutardi dan membicarakan segala hal yang aku alami barusan..

****

“Jadi begitu ceritanya, Pak.. Menurut bapak, apa saya harus ikuti ucapan mahluk itu untuk kembali ke dusun membawa dua anak saya?”

Pak Sutardi nampak tertegun dengan wajah yang menyiratkan bahwa ia sedang menimbang-nimbang sesuatu dalam benaknya.. Saat laki-laki yang kebetulan hari ini sedang tidak bertugas di rumah sakit hendak mengucapkan sesuatu padaku, putri manisnya yang bernama Aisyah keluar dari dalam rumah membawakan nampan berisi minuman dan makanan..

Gadis berhijab itu tersenyum ke arah ku dan aku pun membalasnya.. Lalu dengan sopan, ia mempersilakan aku untuk menikmati suguhannya.. Sempat aku terkejut manakala suara deheman Pak Sutardi terdengar saat pandangan mataku terus mengikuti sosok Aisyah sebelum ia masuk kembali ke dalam rumah..

“Saran saya, sebaiknya Nak Fadil memang harus segera kembali ke dusun.. Karena hanya Nak Fadil yang mungkin bisa menyadarkan Asih kembali ke jalan lurus.. Tapi, alangkah baiknya jika saya dan Aisyah bisa ikut serta dengan Nak Fadil ke sana.. Bantuan kami bisa lebih meringankan tugas Nak Fadil nantinya”

Berganti aku yang tertegun memikirkan ucapan Pak Sutardi.. Sebenarnya aku merasa tak enak hati jika terus merepotkan dirinya, namun ucapan beliau memang benar.. Dengan adanya Aisyah nanti, gadis itu bisa membantu menjaga kedua anakku sepanjang perjalanan.. Dan adanya sosok Pak Sutardi, aku yakin beliau mampu membantuku dengan kemampuannya..

“Baik, Pak.. Besok saya akan mengurus permohonan cuti di kantor.. Nanti bapak akan segera saya kabari”

“Ohh iya, terkait hasil terawangan saya ke pohon mangga di rumah Nak Fadil.. Saya sudah berhasil mengetahui apa yang ada disana”

Pandangan mata ku membesar mendengar ucapan Pak Sutardi.. Dengan wajah serius aku terus menatap Pak Sutardi, berharap sekali lelaki itu segera melanjutkan kalimatnya dan memberitahu ku tanpa ada yang beliau tutupi..

“Di pohon itu terdapat jenis santet tidak berbahaya yang memang sengaja dikirimkan untuk melemahkan si pemilik rumah dengan cara menteror dan menakut-nakuti.. Karena yang mengirimkan kekuatannya cukup tinggi, maka santet itu pun mengandung tenaga kuat yang saya sendiri tak sanggup menembusnya tanpa harus tirakat terlebih dahulu”

“Apa yang mengirimkan santet itu orang sama yang membuat lutut saya sakit, Pak?”

Pak Sutardi nampak menggelengkan kepalanya pertanda bahwa dugaanku salah.. Lalu, ia menghela nafas panjang dan mengeluarkannya secara perlahan..

“Nantinya Nak Fadil akan tahu sendiri siapa yang telah mengirimkan hal jahat itu.. Saya tidak bisa menyebutkan namanya meski pun saya tahu betul ia siapa”

Aku menghela nafas panjang dengan perasaan sedikit kecewa mengetahui Pak Sutardi enggan menyebutkan nama orang yang sudah mengerjaiku.. Apa memang sudah menjadi kode etik bagi orang-orang yang memiliki kemampuan menghilangkan santet, untuk tidak boleh memberitahu si korban akan sosok yang sudah menjahati? Entah lah? Kedengarannya memang tak adil..

piripiripuru
namakuve
69banditos
69banditos dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.