- Beranda
- Stories from the Heart
SINDROM KANDAS MENAHUN (BASE ON TRUE!)
...
![sive](https://s.kaskus.id/user/avatar/2009/04/09/avatar781737_28.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
sive
SINDROM KANDAS MENAHUN (BASE ON TRUE!)
Quote:
![SINDROM KANDAS MENAHUN (BASE ON TRUE!)](https://s.kaskus.id/images/2022/10/30/781737_20221030014932.jpg)
Quote:
PYSM (Pertanyaan Yang Sering Muncul)![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Ini cerita gan?
J : Bukan, ini resep masakan!!
: ![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Cerita Fiksi atau Fiktif gan?
J : Bedanya apaan?
Ini based on true fiction story! ![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Agan ngapain bikin cerita di sini?
J : Menurut lo, gue harus bikin di Forum Politik gitu?!![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Maksud ceritanya apa gan?
J : Maksudnya baik baik aja!![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Kok ceritanya gantung gan? Lanjutin lagi dong!
J : Sorry sob, ini bakal di update bertahap rutin semau TS..![Malu emoticon-Malu](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/1.gif)
T : Gegayaan banget, cerita busuk begini mau di bikin buku!
J : Niatnya mau di bikin film, cuma belum ada produser yang nanya alamat.![Peace emoticon-Peace](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/005.gif)
T : Ceritanya sedih banget gan!
J : Mata lu kotak! Baca lagi!![Nohope emoticon-Nohope](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/q11.gif)
T : Garing gan, nggak lucu!
J : Kalo lucu, ane pasti udah menang Stand Up Comedi Indonesia gan.![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Nais info gan! Izin sedot!
J : Sedot noh septictank rumah gue!![Nohope emoticon-Nohope](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/q11.gif)
T : Ane musti ngerate berapa gan? Ane cendolin apa batain?
J : Objectiv aja ya gan. Kalo emang agan ngerasa pantes di rate 5, ya silahkan. Tapi kalo ngerasa belom pantes, ya sepantesnya aja. Cendol atau bata? Rasanya agan udah tau membedakan mana yang baik dan mana yang benar.![Peace emoticon-Peace](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/005.gif)
T : Agan ngapain di sini?
J : Lah, ente yang ngapain di sini! Hus.. Huss..![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Ini cerita gan?
J : Bukan, ini resep masakan!!
![Mad emoticon-Mad](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/12.gif)
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Cerita Fiksi atau Fiktif gan?
J : Bedanya apaan?
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Agan ngapain bikin cerita di sini?
J : Menurut lo, gue harus bikin di Forum Politik gitu?!
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Maksud ceritanya apa gan?
J : Maksudnya baik baik aja!
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Kok ceritanya gantung gan? Lanjutin lagi dong!
J : Sorry sob, ini bakal di update bertahap rutin semau TS..
![Malu emoticon-Malu](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/1.gif)
T : Gegayaan banget, cerita busuk begini mau di bikin buku!
J : Niatnya mau di bikin film, cuma belum ada produser yang nanya alamat.
![Peace emoticon-Peace](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/005.gif)
T : Ceritanya sedih banget gan!
J : Mata lu kotak! Baca lagi!
![Nohope emoticon-Nohope](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/q11.gif)
T : Garing gan, nggak lucu!
J : Kalo lucu, ane pasti udah menang Stand Up Comedi Indonesia gan.
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
T : Nais info gan! Izin sedot!
J : Sedot noh septictank rumah gue!
![Nohope emoticon-Nohope](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/q11.gif)
T : Ane musti ngerate berapa gan? Ane cendolin apa batain?
J : Objectiv aja ya gan. Kalo emang agan ngerasa pantes di rate 5, ya silahkan. Tapi kalo ngerasa belom pantes, ya sepantesnya aja. Cendol atau bata? Rasanya agan udah tau membedakan mana yang baik dan mana yang benar.
![Peace emoticon-Peace](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/005.gif)
T : Agan ngapain di sini?
J : Lah, ente yang ngapain di sini! Hus.. Huss..
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
Spoiler for SYNOPSIS:
Cerita seorang pemuda tampan yang sialnya ga abis abis.. Udah itu aja.. Baca aja sendirilah!
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
Quote:
INDEX
Quote:
Original Posted By sive►
BAB I : DARI BALIK SEBUAH KACAMATA
Quote:
Original Posted By sive►BAB II : CERITA SEBUAH KOTAK BEKAL
Quote:
Original Posted By sive►BAB III : TANGGUNG JAWAB DI UJUNG JURANG
Quote:
Original Posted By sive►BAB IV : KISAH KASUS DI SEKOLAH
Quote:
Original Posted By sive►BAB V : SEBERSIT CERITA DI POJOK KANTIN
Quote:
Quote:
PENGANTAR MINUM RACUN
Alhamdulillah. Setelah sekian lama beredar di dalam hardisk gue, akhirnya belum di rilis juga versi cetaknya. Entah butuh waktu berapa lama sampe akhirnya buku ini dicetak. Entah berapa gelas kopi, berapa bungkus rokok yang gue habiskan selama penulisan kisah yang enggak berfaedah ini.
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
Sungguh, cerita ini di buat dari sejuta keterbatasan yang gue punya. Dari mulai keterbatasan penghasilan, sampe keterbatasan sarana dan prasarana.
![Frown emoticon-Frown](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/06.gif)
Naskah buku ini gue tulis pas zaman gue masih nganggur. Dan sampai saat ini, gue tetep nganggur. Sedih ya? Enggak juga.. Gue tetep menikmati segala yang Tuhan kasih buat gue. Seenggaknya, diantara banyak keterbatasan yang gue punya, akhirnya gue bisa berharap ngerilis maha karya gue yang brilian ini.
![Cool emoticon-Cool](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/05.gif)
Beneran terbatas. Gue nulis naskah buku ini sampe kelar pake tablet buatan china berukuran 10 inch. Secara kedua buah jempol gue agak semok, butuh sedikit perjuangan buat membiasakan diri ngetik diatas telenan yang baterainya ngedrop parah. Jadi selama ngetik, gue harus nyolokin itu tablet ke chargeran. Dan bersyukur, tablet itu ga meninggal total sebelum gue menyelesaikan naskah ini.
![Big Grin emoticon-Big Grin](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/14.gif)
Naskah ini sebenernya sempet hilang beberapa tahun. Hilang bersama harddisk yang gue pajang di sebuah toko online. Namun beberapa bulan yang lalu, gue kembali menemukan naskah yang hilang ini di deretan email terkirim gue.
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
Naskah ini emang pernah gue kirim ke beberapa temen temen gue yang emang ahli dalam soal mesin bubut dan ternak kroto, buat sekedar minta pendapat soal naskah yg gua buat ini. Dan pendapat merekalah yang akhirnya bikin gue berani untuk mengambil sebuah keputusan untuk menawarkan naskah gue yang mempesona ini ke beberapa warung makan padang dan toko kelontong, sekedar dituker sayur cincang atau minimal beras seliter. Dan diantara dua judul naskah yang gue ajukan, tiga diantaranya di berakhir jadi bungkus gorengan.
![Frown emoticon-Frown](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/06.gif)
Kalo ada yang nanya, apakah naskah ini ditulis based on true story? Jawabannya, sedikit banyak iya. Sedikit iyanya, banyak ngawurnya. Jadi kalo ngerasa ada pihak terkait yang merasa tersinggung, ada kesamaan nama, kesamaan kisah ataupun jenis kelamin, sungguh gue minta maap. Ini beneran enggak bermaksud gimana-gimana. Kalo masih enggak terima, bales aja singgung gue. Enggak usah bawa bawa hukum. Enakan bawain kopi ama pisang goreng, terus kita ngobrol ngobrol sambil main PS.
![Big Grin emoticon-Big Grin](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/14.gif)
Sekali lagi, gue ucapin makasih buat semua yang udah terlibat sama cerita ini. Ga bisa gue sebutin satu satu, karena ga akan muat sehalaman rasa terimakasih ini kalo gue ungkapin. Kalian yang terbaik.
![thumbsup emoticon-thumbsup](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/47.gif)
Makasih juga buat yang udah baca, ngasih komen, mesen e booknya, mesen versi cetaknya, sampe yang salah pesen. Karena kalian, gue bisa bangga. Tapi maaf, gue ga terima refund.
![Hammer emoticon-Hammer](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/8.gif)
Oke.. Segitu aja pengantar minum racunnya.. Selamat menikmati, dan semoga sehat selalu.. Amin..
![Big Grin emoticon-Big Grin](https://s.kaskus.id/images/smilies/sumbangan/14.gif)
Spoiler for WARNING!:
Quote:
![SINDROM KANDAS MENAHUN (BASE ON TRUE!)](https://s.kaskus.id/images/2022/10/30/781737_20221030015423.jpg)
![SINDROM KANDAS MENAHUN (BASE ON TRUE!)](https://s.kaskus.id/images/2022/10/26/781737_20221026083733.jpg)
CEK DI BAWAH!
Diubah oleh sive 30-10-2022 20:47
![frpdg](https://s.kaskus.id/user/avatar/2006/03/09/avatar151924_1.gif)
![sedikitkurus](https://s.kaskus.id/user/avatar/2022/04/13/avatar11198008_16.gif)
![bukhorigan](https://s.kaskus.id/user/avatar/2014/03/16/avatar6559625_16.gif)
bukhorigan dan 14 lainnya memberi reputasi
15
3.7K
Kutip
25
Balasan
![Guest](https://s.kaskus.id/user/avatar/default.png)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
![Stories from the Heart](https://s.kaskus.id/r200x200/ficon/image-51.png)
Stories from the Heart![KASKUS Official KASKUS Official](https://s.kaskus.id/kaskus-next/next-assets/images/icon-official-badge.svg)
31.8KThread•43.7KAnggota
Tampilkan semua post
![sive](https://s.kaskus.id/user/avatar/2009/04/09/avatar781737_28.gif)
![Avatar border](https://s.kaskus.id/images/avatarborder/1.gif)
TS
sive
#3
BAB III
Quote:
Quote:
TANGGUNG JAWAB DI UJUNG JURANG
Quote:
Gue lulus SD dengan nilai yang cukup memuaskan, namun dengan kondisi yang memprihatinkan. Sudahlah, seeenggaknya gue bisa di terima di sebuah SMP Negeri favorit di kota gue. Dan gue pun tumbuh jadi remaja yang sangat biasa sekali. Enggak pinter dan enggak bodoh. Dan yang paling penting, gue enggak lagi menyandang gelar seorang pecundang.
Gue lebih memilih, menghabiskan waktu gue buat main game di rumah atau di game center. Dan inilah awal malapetaka buat kehidupan remaja gue.
Gue yang mulai keranjingan game, jadi sering belok ke pasar raya di daerah blok M. Waktu itu di sana ada sebuah game center yang super gede. Awalnya cuma sekedar ngisi waktu luang sebelum jam masuk sekolah, karena gue masuk siang. Tapi saking jagonya maen ding-dong, gue bisa menghabiskan waktu hampir setengah jam lebih untuk menghabiskan sebuah koin seharga lima ratus perak.
Dan saat gue sadar koin gue habis, saat itu pulalah gue juga sadar kalo sekarang udah waktunya pulang sekolah. Dan seketika gue baru tersadar kalo gue udah membolos. Besoknya terulang lagi, terus sampe sebulan. Alhasil surat panggilan orangtua pun melayang ke rumah gue. Gue terancam Drop Out dari sekolah! Dan gue pun akhirnya di sidang.
Demi menjaga citra sebagai anak baik baik, gue pun mengambinghitamkan Tikno. Tikno itu temen sekelas gue yang begajulan. Kerjaannya cuma nongkrong, mabuk dan tawuran. Dia udah lebih dulu di keluarkan dari sekolah, persis sehari sebelum gue memulai kebiasaan membolos.
"Saya di paksa membolos dan di ancam bu.." Jawab gue saat itu.
"Kenapa kamu enggak ngelapor?!" Tanya Bu Caroline, wali kelas gue yang lebih mirip tengkorak hidup dibanding manusia pada umumnya. Gue enggak berani liat matanya, takut di makan hidup hidup.
"Saya takut bu.." Jawab gue lagi.
"Kamu takut sama Tikno?" Tanya Bu Caroline lagi.
"Saya takut sama ibu!" Jawab gue sambil lari ngumpet di balik lemari ruang guru.
"Mungkin dia traumatik karena dipaksa membolos bu.." Nyokap berusaha membela gue. Dan hasilnya gue bebas dari hukuman. No Drop Out, No Skorsing, No Cuting Money Shoping (Tidak Potong Uang Jajan!). Dan yang lebih penting adalah citra gue sebagai anak baik-baik tetap terjaga dengan baik juga.
Namun sebagai bayarannya, nyokap jadi rajin anter jemput gue setiap hari selama setahun penuh. Dan gue pun harus rela di olok-olok teman-teman sekelas sebagai penyandang gelar anak mami! Sebuah gelar yang memalukan buat seorang anak laki-laki pada zaman itu. Dan gue di pecundangi oleh tindakan bodoh gue sendiri.
Selanjutnya enggak ada yang menarik di kehidupan gue semasa SMP. Gue berkembang seperti remaja pada umumnya. Dan gue bukan tipe remaja yang kelebihan hormon. Gue enggak tertarik buat pacaran, seperti beberapa temen-temen sekelas gue yang udah menikmati indahnya cinta-cintaan. Dan perlu gue tegaskan sekali lagi, gue enggak tertarik buat pacaran pada saat itu. Jadi bukannya gue jomblo karena enggak laku. Terbukti dari beberapa cewek yang sempet ngedeketin dan nembak gue. Elizabeth? Maaf, gue enggak suka cewek keriting! Hesti? Maaf, gue enggak suka cewek kurus! Wandi? Maaf, gue enggak suka cowok. Dan gue bukan homo!
Dan kemudian tahun tahun itu berlalu begitu saja, tanpa ada satupun yang berbekas di hati gue. Dan saat saat yang menentukan pun hampir tiba. Ebtanas (kalo sekarang namanya UN!) pun di ujung mata. Dan gue harus menghadapinya dengan sebuah ultimatum yang diberikan bokap buat gue. Gue di wajibkan dapet SMU Negeri kalo masih pengen ngelanjutin sekolah! Sebuah tamparan keras buat seorang pemalas belajar macem gue.
Bokap bukannya enggak mampu buat nyekolahin gue di SMU swasta. Tapi SMU Negeri itu adalah sebuah martabat di keluarga besar gue. Dan Bokap pengen anak pertamanya ini jadi seorang anak yang bisa di banggakan, paling enggak di lingkungan keluarga. Dan gue bertekad untuk mewujudkan harapan bokap demi membayar kebodohan gue di tahun pertama gue masuk SMP.
Dan singkat cerita gue pun berhasil mewujudkan keinginan bokap. Gue berhasil lulus ujian dan di terima di salah satu SMU Negeri yang cukup terkenal di kota gue. Bokap pun merayakannya dengan membagikan nasi kotak ke tetangga dan teman teman kantornya. Bukan. Bukan buat ngerayain kelulusan gue. Tapi buat ngerayain kelahiran adek laki-laki gue yang pertama.
Setelah sekian lama jadi anak tunggal, akhirnya gue punya adek juga. Dan sekarang, tanggung jawab gue pun bertambah. Selain gue harus jadi anak yang baik, gue juga harus jadi kakak yang baik. Percayalah, jadi kakak yang baik itu lebih susah di banding jadi anak yang baik. Seengaknya, itu berlaku buat kakak biadab macam gue yang harus menghadapi adek bedebah macam adek gue.
Dari kecil gelagat buruknya udah keliatan. Dia selalu mencontoh kegiatan buruk gue. Seperti maen PS seharian, nonton kartun sampe tivi berasep sampe males mandi, semua di ikutin dengan alaminya. Tapi ketika gue mulai rajin membaca, ngerjain tugas rumah sampe ngerjain pe er, adek gue dengan santainya cuma molor seada-adanya. Dan kalo aja seandainya aja gue tau kelakuannya bakal makin berandal ke depannya, maka gue akan mengikhlaskannya untuk di tuker dengan sebungkus coklat susu bertabur kacang mede di dalamnya. Gue siap nombok!
Gue pun sekarang bisa sedikit bernafas lega. Gue bisa ngelanjutin sekolah di SMU Negeri seperti yang bokap idam-idamkan. Semua beres. Tinggal gue yang harus mulai beradaptasi dengan lingkungan baru yang lebih beragam ini. Dan gue enggak menemukan banyak kesulitan untuk beradaptasi sama lingkungan baru di sekolah ini. Gue cukup di terima dengan baik oleh kalangan begajulan di sekolah gue.
Dan gue memulai kehidupan gue sebagai remaja SMU dengan sebuah kebodohan (lagi!). Karena banyak bergaul dengan murid murid berandalan, gue pun jadi suka ikut-ikutan nongkrong dan tawuran. Sumpah, gue cuma ikut ikutan. Gue sendiri kadang suka enggak sadar, mana yang tawuran, mana yang sekedar lari-larian.
Gue memperburuk kebiasaan tawuran itu dengan kondisi penglihatan mata gue yang makin ala kadarnya. Mata gue udah mulai parah waktu masuk SMU. Dan gue belum mau pake kacamata. Alhasil, gue jadi sering salah lempar dan salah kejar. Saat temen-temen gue sibuk ngelemparin batu ke gerombolan dari sekolah lain, gue malah sibuk ngelempar senyuman ke mbak mbak kantor yang lagi nunggu bis. Saat temen temen gue sibuk mengejar gerombolan dari sekolah lain, gue malah sibuk mengejar mimpi.
Pernah juga gara-gara jarak pandang gue yang terbatas, gue terlibat insiden salah kejar. Dalam sebuah tawuran dengan sebuah STM, gue malah sibuk mengejar temen-temen gue sendiri. Dan ketika gue sadar, orang-orang berseragam putih abu-abu di sekeliling gue, ternyata enggak ada yang gue kenal. Dan kemudian adegan film Texas Massacre Chainsaw pun dimulai.
Beruntung, gue enggak mati konyol waktu itu. Gue berhasil melarikan diri dan bersembunyi di balik awan. Maksudnya rumah makan Mas Awan. Lo pikir gue Sun Go Kong?!
Begitulah, masa-masa awal gue masuk SMA adalah masa labil buat gue. Gue lebih suka ikut-ikutan temen-temen gue. Saat temen-temen gue tawuran, gue ikut-ikutan tawuran. Saat temen-temen gue di tangkep polisi gara-gara tawuran, gue ikut-ikutan jenguk mereka di penjara. Dan saat temen gue mati gara-gara tawuran, gue ikut-ikutan berbela sungkawa.
Dan sejak kejadian salah seorang temen sekelas gue mati gara-gara tawuran, gue pun mengurangi intensitas tawuran gue. Gue mencoba mengalihkan tenaga gue yang berlebih, untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Dan gue pun mendaftarkan diri sebagai anggota GARUK PALA, Gabungan Remaja Unyu Antar Kelas Pecinta Alam. Tapi sumpah, kali ini gue enggak ikut-ikutan. Gue emang seorang remaja pecinta lingkungan. Terbukti dari gue yang selalu menggalakkan program penghematan air bersih dengan cara jarang mandi!
Rupanya, ini adalah salah satu langkah besar yang sangat berpengaruh buat kehidupan gue kedepannya. Dari kegiatan kegiatan yang ada disitu, gue bisa belajar banyak hal. Dari mulai cara bertahan hidup di dalam hutan, bertahan untuk tidak eek di sungai yang mengalir sampai bertahan untuk tidak eek di tenda. Percayalah, dua hal terakhir yang gue sebutkan tadi agak sulit gue lakukan, mengingat jadwal eek gue yang begitu padat dan gue adalah tipikal orang selalu ingin mencoba eek dengan gaya baru. Believe or not, gue pernah eek pas acara lomba panjat pinang tujuh belasan di RT gue. Dan mulialah gue karena pas gue eek, posisi gue adalah yang teratas. Dan seketika orang orang di bawah gue mulai sadar kalo eek gue mulai berjatuhan dari sela sela sela celana yang enggak gue lepas itu, mereka pun langsung loncat seada adanya. Mungkin mau menyelamatkan eek gue yang berjatuhan di tanah? Ternyata tidak! Mereka lebih memilih buat ngerubuhin pohon pinang itu buat nangkep gue. Dan kemudian gue di rajam orang se RT.
Kembali ke pelajaran hidup yang gue dapet di sebuah organisasi pecinta alam. Disini gue di ajarkan untuk tidak mengambil apapun kecuali gambar dan tidak meninggalkan apapun kecuali jejak. Karena eek termasuk jejak, maka gue enggak keberatan. Dan gue mengadaptasikan ajaran itu buat pegangan hidup gue. Tidak mengambil apapun kecuali mantan teman dan tidak meninggalkan apapun kecuali pacar teman. Kemudian teman-teman berceceran.
Gue pun jadi sering ekspedisi lintas alam. Naik gunung, masuk goa sampai turun sungai gue lakukan untuk mengisi waktu luang di kala libur. Dan semangat gue pun begitu membara. Semembara angka-angka di raport gue tahun itu. Yak, dan bokap pun ngamuk. Gue terancam enggak boleh ikut kegiatan lagi kalo nilai raport gue enggak meredup, eh.. membaik maksudnya.
Enggak tau kenapa raport gue bisa segitu nyalanya. Cuma ada tiga angka item di raport gue. Yang pertama tanggal lahir, yang kedua nomer induk siswa gue, dan yang terakhir nomer alamat rumah gue. Sisanya merah merona di lembar kedua. Bahkan buat nulis angka kelas pun, Pak Edison, wali kelas gue itu, lebih memilih menggunakan pulpen bertinta merah. Padahal, kalo pake cat air rasanya bakal lebih eksotis. Entah sentimen, atau kehabisan tinta item. Semua masih misteri sampe sekarang.
Hasil raport gue session satu mengisyaratkan bahwa gue adalah murid bodoh yang enggak punya otak dan harapan hidup. Mungkin kondisi raport gue saat itu ibarat pengidap penyakit kronis akut yang tinggal nunggu waktu. Sama kaya raport gue, yang tinggal nunggu kebakar habis jadi abu saking merahnya.
Gue bertekad, untuk berusaha keras memperbaiki semuanya. Gue mencoba sekuat tenaga untuk membangkitkan semangat belajar gue yang sudah lama terpendam.Terpendam dalam jamban. Dan usaha gue berhasil! Nilai di raport gue membaik. Rona merah di raport gue session dua mulai memudar. Lima mata pelajaran mulai menghitam. Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarga Negaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Olah raga sukses dapet nilai aman. Dan Raport gue session dua ini mulai mengisyaratkan bahwa gue adalah murid bodoh yang punya iman, rasa nasionalis, pandai berbicara dan bertubuh sehat!
Dan gue harus tetap mengejar nilai gue yang tertinggal di session terakhir tahun ini. Sebuah penentuan untuk gue bisa melangkah ke jenjang kelas selanjutnya atau tidak. Gue pun harus rela mengorbankan waktu maen PS gue buat baca-baca buku pelajaran, demi sebuah harga untuk bisa naik kelas. Dan terkutuklah manusia yang menciptakan rumus sin cos tangen. Karena ujian matematika kali ini penuh dengan rumus bajingan itu. Gue mencoba berfikir keras. Sin = Cos + O + X + R¹ + Kotak + Segitiga. Kemudian yang keluar dari otak gue cuma rumus buat ngedapetin senjata rahasia di game FINAL FANTASI. Akhirnya, gue memutuskan untuk mengerjakannya dengan hati. Karena gue udah merasa iba sama otak gue, yang enggak berhasil mengingat satupun cara menghitung rumus biadab itu.
Hasilnya nilai ujian matematika gue menjadi nilai yang tertinggi di kelas itu. Heh, ini serius! Walaupun gue cuma dapet nilai empat puluh enam koma tujuh, nilai gue di nobatkan paling tinggi di kelas satu sembilan. Dan sekarang gue bisa tersenyum dengan perasaan seorang juara. Juara diantara kumpulan pecundang!
Seenggaknya gue berhasil mengemban tanggung jawab gue sebagai seorang pelajar dengan hampir baik. Akhirnya gue naik kelas dengan hanya satu rona merah di raport gue. Matematika! Pelajaran yang sepertinya musti di musnahkan dari muka bumi ini. Pemerintah rasanya perlu menggantinya dengan mata pelajaran yang lebih manusiawi. Berhitung!
Beban tanggung jawab sebagai pelajar baik ini masih harus gue jalankan dua tahun lagi. Tanggung jawab yang enggak gampang buat seorang pelajar yang lebih suka ngelamun di toilet ketimbang belajar seperti gue. Dan gue bertekad melakukannya sekuat tenaga. Karena gue enggak pengen berada di tepian jurang degradasi untuk yang kesekian kalinya. Dan gue dengan perlahan memikul tanggung jawab itu keluar dari tepian jurang yang ternista.
Gue lebih memilih, menghabiskan waktu gue buat main game di rumah atau di game center. Dan inilah awal malapetaka buat kehidupan remaja gue.
Gue yang mulai keranjingan game, jadi sering belok ke pasar raya di daerah blok M. Waktu itu di sana ada sebuah game center yang super gede. Awalnya cuma sekedar ngisi waktu luang sebelum jam masuk sekolah, karena gue masuk siang. Tapi saking jagonya maen ding-dong, gue bisa menghabiskan waktu hampir setengah jam lebih untuk menghabiskan sebuah koin seharga lima ratus perak.
Dan saat gue sadar koin gue habis, saat itu pulalah gue juga sadar kalo sekarang udah waktunya pulang sekolah. Dan seketika gue baru tersadar kalo gue udah membolos. Besoknya terulang lagi, terus sampe sebulan. Alhasil surat panggilan orangtua pun melayang ke rumah gue. Gue terancam Drop Out dari sekolah! Dan gue pun akhirnya di sidang.
Demi menjaga citra sebagai anak baik baik, gue pun mengambinghitamkan Tikno. Tikno itu temen sekelas gue yang begajulan. Kerjaannya cuma nongkrong, mabuk dan tawuran. Dia udah lebih dulu di keluarkan dari sekolah, persis sehari sebelum gue memulai kebiasaan membolos.
"Saya di paksa membolos dan di ancam bu.." Jawab gue saat itu.
"Kenapa kamu enggak ngelapor?!" Tanya Bu Caroline, wali kelas gue yang lebih mirip tengkorak hidup dibanding manusia pada umumnya. Gue enggak berani liat matanya, takut di makan hidup hidup.
"Saya takut bu.." Jawab gue lagi.
"Kamu takut sama Tikno?" Tanya Bu Caroline lagi.
"Saya takut sama ibu!" Jawab gue sambil lari ngumpet di balik lemari ruang guru.
"Mungkin dia traumatik karena dipaksa membolos bu.." Nyokap berusaha membela gue. Dan hasilnya gue bebas dari hukuman. No Drop Out, No Skorsing, No Cuting Money Shoping (Tidak Potong Uang Jajan!). Dan yang lebih penting adalah citra gue sebagai anak baik-baik tetap terjaga dengan baik juga.
Namun sebagai bayarannya, nyokap jadi rajin anter jemput gue setiap hari selama setahun penuh. Dan gue pun harus rela di olok-olok teman-teman sekelas sebagai penyandang gelar anak mami! Sebuah gelar yang memalukan buat seorang anak laki-laki pada zaman itu. Dan gue di pecundangi oleh tindakan bodoh gue sendiri.
Selanjutnya enggak ada yang menarik di kehidupan gue semasa SMP. Gue berkembang seperti remaja pada umumnya. Dan gue bukan tipe remaja yang kelebihan hormon. Gue enggak tertarik buat pacaran, seperti beberapa temen-temen sekelas gue yang udah menikmati indahnya cinta-cintaan. Dan perlu gue tegaskan sekali lagi, gue enggak tertarik buat pacaran pada saat itu. Jadi bukannya gue jomblo karena enggak laku. Terbukti dari beberapa cewek yang sempet ngedeketin dan nembak gue. Elizabeth? Maaf, gue enggak suka cewek keriting! Hesti? Maaf, gue enggak suka cewek kurus! Wandi? Maaf, gue enggak suka cowok. Dan gue bukan homo!
Dan kemudian tahun tahun itu berlalu begitu saja, tanpa ada satupun yang berbekas di hati gue. Dan saat saat yang menentukan pun hampir tiba. Ebtanas (kalo sekarang namanya UN!) pun di ujung mata. Dan gue harus menghadapinya dengan sebuah ultimatum yang diberikan bokap buat gue. Gue di wajibkan dapet SMU Negeri kalo masih pengen ngelanjutin sekolah! Sebuah tamparan keras buat seorang pemalas belajar macem gue.
Bokap bukannya enggak mampu buat nyekolahin gue di SMU swasta. Tapi SMU Negeri itu adalah sebuah martabat di keluarga besar gue. Dan Bokap pengen anak pertamanya ini jadi seorang anak yang bisa di banggakan, paling enggak di lingkungan keluarga. Dan gue bertekad untuk mewujudkan harapan bokap demi membayar kebodohan gue di tahun pertama gue masuk SMP.
Dan singkat cerita gue pun berhasil mewujudkan keinginan bokap. Gue berhasil lulus ujian dan di terima di salah satu SMU Negeri yang cukup terkenal di kota gue. Bokap pun merayakannya dengan membagikan nasi kotak ke tetangga dan teman teman kantornya. Bukan. Bukan buat ngerayain kelulusan gue. Tapi buat ngerayain kelahiran adek laki-laki gue yang pertama.
Setelah sekian lama jadi anak tunggal, akhirnya gue punya adek juga. Dan sekarang, tanggung jawab gue pun bertambah. Selain gue harus jadi anak yang baik, gue juga harus jadi kakak yang baik. Percayalah, jadi kakak yang baik itu lebih susah di banding jadi anak yang baik. Seengaknya, itu berlaku buat kakak biadab macam gue yang harus menghadapi adek bedebah macam adek gue.
Dari kecil gelagat buruknya udah keliatan. Dia selalu mencontoh kegiatan buruk gue. Seperti maen PS seharian, nonton kartun sampe tivi berasep sampe males mandi, semua di ikutin dengan alaminya. Tapi ketika gue mulai rajin membaca, ngerjain tugas rumah sampe ngerjain pe er, adek gue dengan santainya cuma molor seada-adanya. Dan kalo aja seandainya aja gue tau kelakuannya bakal makin berandal ke depannya, maka gue akan mengikhlaskannya untuk di tuker dengan sebungkus coklat susu bertabur kacang mede di dalamnya. Gue siap nombok!
Gue pun sekarang bisa sedikit bernafas lega. Gue bisa ngelanjutin sekolah di SMU Negeri seperti yang bokap idam-idamkan. Semua beres. Tinggal gue yang harus mulai beradaptasi dengan lingkungan baru yang lebih beragam ini. Dan gue enggak menemukan banyak kesulitan untuk beradaptasi sama lingkungan baru di sekolah ini. Gue cukup di terima dengan baik oleh kalangan begajulan di sekolah gue.
Dan gue memulai kehidupan gue sebagai remaja SMU dengan sebuah kebodohan (lagi!). Karena banyak bergaul dengan murid murid berandalan, gue pun jadi suka ikut-ikutan nongkrong dan tawuran. Sumpah, gue cuma ikut ikutan. Gue sendiri kadang suka enggak sadar, mana yang tawuran, mana yang sekedar lari-larian.
Gue memperburuk kebiasaan tawuran itu dengan kondisi penglihatan mata gue yang makin ala kadarnya. Mata gue udah mulai parah waktu masuk SMU. Dan gue belum mau pake kacamata. Alhasil, gue jadi sering salah lempar dan salah kejar. Saat temen-temen gue sibuk ngelemparin batu ke gerombolan dari sekolah lain, gue malah sibuk ngelempar senyuman ke mbak mbak kantor yang lagi nunggu bis. Saat temen temen gue sibuk mengejar gerombolan dari sekolah lain, gue malah sibuk mengejar mimpi.
Pernah juga gara-gara jarak pandang gue yang terbatas, gue terlibat insiden salah kejar. Dalam sebuah tawuran dengan sebuah STM, gue malah sibuk mengejar temen-temen gue sendiri. Dan ketika gue sadar, orang-orang berseragam putih abu-abu di sekeliling gue, ternyata enggak ada yang gue kenal. Dan kemudian adegan film Texas Massacre Chainsaw pun dimulai.
Beruntung, gue enggak mati konyol waktu itu. Gue berhasil melarikan diri dan bersembunyi di balik awan. Maksudnya rumah makan Mas Awan. Lo pikir gue Sun Go Kong?!
Begitulah, masa-masa awal gue masuk SMA adalah masa labil buat gue. Gue lebih suka ikut-ikutan temen-temen gue. Saat temen-temen gue tawuran, gue ikut-ikutan tawuran. Saat temen-temen gue di tangkep polisi gara-gara tawuran, gue ikut-ikutan jenguk mereka di penjara. Dan saat temen gue mati gara-gara tawuran, gue ikut-ikutan berbela sungkawa.
Dan sejak kejadian salah seorang temen sekelas gue mati gara-gara tawuran, gue pun mengurangi intensitas tawuran gue. Gue mencoba mengalihkan tenaga gue yang berlebih, untuk kegiatan yang lebih bermanfaat. Dan gue pun mendaftarkan diri sebagai anggota GARUK PALA, Gabungan Remaja Unyu Antar Kelas Pecinta Alam. Tapi sumpah, kali ini gue enggak ikut-ikutan. Gue emang seorang remaja pecinta lingkungan. Terbukti dari gue yang selalu menggalakkan program penghematan air bersih dengan cara jarang mandi!
Rupanya, ini adalah salah satu langkah besar yang sangat berpengaruh buat kehidupan gue kedepannya. Dari kegiatan kegiatan yang ada disitu, gue bisa belajar banyak hal. Dari mulai cara bertahan hidup di dalam hutan, bertahan untuk tidak eek di sungai yang mengalir sampai bertahan untuk tidak eek di tenda. Percayalah, dua hal terakhir yang gue sebutkan tadi agak sulit gue lakukan, mengingat jadwal eek gue yang begitu padat dan gue adalah tipikal orang selalu ingin mencoba eek dengan gaya baru. Believe or not, gue pernah eek pas acara lomba panjat pinang tujuh belasan di RT gue. Dan mulialah gue karena pas gue eek, posisi gue adalah yang teratas. Dan seketika orang orang di bawah gue mulai sadar kalo eek gue mulai berjatuhan dari sela sela sela celana yang enggak gue lepas itu, mereka pun langsung loncat seada adanya. Mungkin mau menyelamatkan eek gue yang berjatuhan di tanah? Ternyata tidak! Mereka lebih memilih buat ngerubuhin pohon pinang itu buat nangkep gue. Dan kemudian gue di rajam orang se RT.
Kembali ke pelajaran hidup yang gue dapet di sebuah organisasi pecinta alam. Disini gue di ajarkan untuk tidak mengambil apapun kecuali gambar dan tidak meninggalkan apapun kecuali jejak. Karena eek termasuk jejak, maka gue enggak keberatan. Dan gue mengadaptasikan ajaran itu buat pegangan hidup gue. Tidak mengambil apapun kecuali mantan teman dan tidak meninggalkan apapun kecuali pacar teman. Kemudian teman-teman berceceran.
Gue pun jadi sering ekspedisi lintas alam. Naik gunung, masuk goa sampai turun sungai gue lakukan untuk mengisi waktu luang di kala libur. Dan semangat gue pun begitu membara. Semembara angka-angka di raport gue tahun itu. Yak, dan bokap pun ngamuk. Gue terancam enggak boleh ikut kegiatan lagi kalo nilai raport gue enggak meredup, eh.. membaik maksudnya.
Enggak tau kenapa raport gue bisa segitu nyalanya. Cuma ada tiga angka item di raport gue. Yang pertama tanggal lahir, yang kedua nomer induk siswa gue, dan yang terakhir nomer alamat rumah gue. Sisanya merah merona di lembar kedua. Bahkan buat nulis angka kelas pun, Pak Edison, wali kelas gue itu, lebih memilih menggunakan pulpen bertinta merah. Padahal, kalo pake cat air rasanya bakal lebih eksotis. Entah sentimen, atau kehabisan tinta item. Semua masih misteri sampe sekarang.
Hasil raport gue session satu mengisyaratkan bahwa gue adalah murid bodoh yang enggak punya otak dan harapan hidup. Mungkin kondisi raport gue saat itu ibarat pengidap penyakit kronis akut yang tinggal nunggu waktu. Sama kaya raport gue, yang tinggal nunggu kebakar habis jadi abu saking merahnya.
Gue bertekad, untuk berusaha keras memperbaiki semuanya. Gue mencoba sekuat tenaga untuk membangkitkan semangat belajar gue yang sudah lama terpendam.Terpendam dalam jamban. Dan usaha gue berhasil! Nilai di raport gue membaik. Rona merah di raport gue session dua mulai memudar. Lima mata pelajaran mulai menghitam. Agama, Pendidikan Pancasila dan Kewarga Negaraan, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris dan Olah raga sukses dapet nilai aman. Dan Raport gue session dua ini mulai mengisyaratkan bahwa gue adalah murid bodoh yang punya iman, rasa nasionalis, pandai berbicara dan bertubuh sehat!
Dan gue harus tetap mengejar nilai gue yang tertinggal di session terakhir tahun ini. Sebuah penentuan untuk gue bisa melangkah ke jenjang kelas selanjutnya atau tidak. Gue pun harus rela mengorbankan waktu maen PS gue buat baca-baca buku pelajaran, demi sebuah harga untuk bisa naik kelas. Dan terkutuklah manusia yang menciptakan rumus sin cos tangen. Karena ujian matematika kali ini penuh dengan rumus bajingan itu. Gue mencoba berfikir keras. Sin = Cos + O + X + R¹ + Kotak + Segitiga. Kemudian yang keluar dari otak gue cuma rumus buat ngedapetin senjata rahasia di game FINAL FANTASI. Akhirnya, gue memutuskan untuk mengerjakannya dengan hati. Karena gue udah merasa iba sama otak gue, yang enggak berhasil mengingat satupun cara menghitung rumus biadab itu.
Hasilnya nilai ujian matematika gue menjadi nilai yang tertinggi di kelas itu. Heh, ini serius! Walaupun gue cuma dapet nilai empat puluh enam koma tujuh, nilai gue di nobatkan paling tinggi di kelas satu sembilan. Dan sekarang gue bisa tersenyum dengan perasaan seorang juara. Juara diantara kumpulan pecundang!
Seenggaknya gue berhasil mengemban tanggung jawab gue sebagai seorang pelajar dengan hampir baik. Akhirnya gue naik kelas dengan hanya satu rona merah di raport gue. Matematika! Pelajaran yang sepertinya musti di musnahkan dari muka bumi ini. Pemerintah rasanya perlu menggantinya dengan mata pelajaran yang lebih manusiawi. Berhitung!
Beban tanggung jawab sebagai pelajar baik ini masih harus gue jalankan dua tahun lagi. Tanggung jawab yang enggak gampang buat seorang pelajar yang lebih suka ngelamun di toilet ketimbang belajar seperti gue. Dan gue bertekad melakukannya sekuat tenaga. Karena gue enggak pengen berada di tepian jurang degradasi untuk yang kesekian kalinya. Dan gue dengan perlahan memikul tanggung jawab itu keluar dari tepian jurang yang ternista.
![SINDROM KANDAS MENAHUN (BASE ON TRUE!)](https://s.kaskus.id/images/2022/10/26/781737_20221026083733.jpg)
BERSOMEBUNK
Diubah oleh sive 30-10-2022 06:40
![evywahyuni](https://s.kaskus.id/user/avatar/2019/02/14/avatar10516979_27.gif)
![provocator3301](https://s.kaskus.id/user/avatar/2021/09/09/avatar11093322_30.gif)
![lightpath](https://s.kaskus.id/user/avatar/2016/02/27/default.png)
lightpath dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Kutip
Balas
Tutup