mbiaAvatar border
TS
mbia
Selama Makan Nasi, Indonesia akan Aman dari Resesi


Saat ini ekonomi dunia dinilai sedang tidak baik-baik saja. Keadaan ekonomi dunia diprediksi akan semakin memburuk ke depannya. Kondisi ini ditandai dengan proyeksi “gelap gulita” dari berbagai lembaga internasional. Perekonomian global terancam jatuh ke jurang resesi pada 2023 mendatang.

Resesi global merupakan periode penurunan ekonomi yang berkepanjangan di seluruh dunia. Resesi global biasanya ditandai dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, melandainya permintaan dari negara maju dan turunnya harga komoditas. Menteri Keuangan Indonesia, Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia itu disebabkan oleh meningkatnya risiko stagflasi, tekanan inflasi, dan situasi geopolitik.

Stagflasi sendiri adalah kombinasi mengerikan antara inflasi tinggi dengan laju perekonomian rendah. Dalam laporan prospek ekonomi global pada Juni lalu, Bank Dunia (World Bank) menyatakan risiko stagflasi meningkat di tengah perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh kerusakan berlipat akibat pandemi Covid-19 dan juga invasi Rusia ke Ukraina yang memperparah situasi geopolitik.

Namun ada yang menarik untuk dibahas dibalik adanya isu kegelapan yang akan membelenggu ekonomi dunia (resesi) ini. Hal itu adalah kekhawatiran yang berbeda dari masing-masing negara, seperti negara barat dan timur.

Negara barat yang meliputi negara-negara di benua Eropa, Amerika, dan Australasia cenderung sangat khawatir akan nasibnya tahun depan. Beda halnya dengan negara timur. Negara-negara yang tersebar di kawasan benua Asia, Eropa Timur, dan Rusia ini biasanya sedikit lebih tenang dalam menyikapi ancaman resesi global. Bahkan diantaranya sudah membuka suara di depan publik bahwa negaranya itu tidak akan terkena dampak resesi, termasuk Indonesia.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo memang sempat membawa kabar buruk, setelah berbincang dengan Sekjen PBB, IMF, hingga Kepala Negara G7. Dari perbincangan itu Presiden Jokowi mendapat informasi bahwa akan terjadi resesi global. Namun baru-baru ini Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, memastikan Indonesia tidak akan terkena dampak dari resesi pada 2023. Walaupun sebelumnya berbagai lembaga keuangan internasional telah memperkirakan dunia akan mengalami situasi “gelap gulita” tahun depan, ia tetap yakin bahwa Indonesia akan menjadi salah satu negara yang akan memposisikan diri menjadi negara ekonomi terbesar di dunia hingga 2045 mendatang.

Apa yang menjadikan negara barat khawatir akan ancaman resesi? Atau kenapa Indonesia terlihat santai menghadapi isu-isu tentang resesi?


Itu karena perbedaan makanannya. Orang barat khawatir, tidak siap jika benar terjadi resesi, karena makanan mereka adalah makanan yang cenderung mahal. Sarapan saja harus ada salad, sandwich, oatmeal, omelet, dan lain-lain. Mereka tidak bisa membayangkan jika makanan-makanan itu tak lagi mereka santap setiap pagi. Diganti makanan orang miskin di Indonesia misalnya, tentu mereka akan menolak, bahkan menolak untuk membayangkannya.

Sementara Indonesia, yang perut masyarakatnya sudah terbiasa makan nasi, tentu tidak akan terlalu takut menghadapi ancaman resesi global yang mengerikan ini. Resesi hanya akan menjadi narasi yang tidak begitu ditakuti.

Di Indonesia, ketersediaan bahan makanan pokok seperti padi atau beras, jagung, dan singkong masih melimpah. Berdasarkan data Statista, tahun lalu produksi beras Indonesia mencapai angka 35,3 juta ton. Sebagian besar produksi beras Indonesia berasal dari Pulau Jawa dan Sumatera, sekitar 60%. Belum lagi bahan makanan lain seperti singkong, jagung, sagu, ubi dan lain-lain.

Ada yang mengatakan bahwa kemiskinan di Indonesia membawa keberuntungan dan sinyal aman dari adanya resesi global. Karena terbiasa hidup miskin, karena terbiasa makan nasi, karena terbiasa sengsara, masyarakat Indonesia tidak terlalu khawatir jika harga barang-barang lain nantinya akan naik. Sensasi kerengsaraan yang akan dibawa oleh iklim resesi akan mudah diatasi, karena sengsara sudah menjadi makanan sehari-hari.

https://m.kumparan.com/amp/ali-sajad...si-1z4w5uqeQYo

Sudah biasa katanya
nomorelies
nurade247
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.3K
38
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670KThread40.3KAnggota
Tampilkan semua post
junoonAvatar border
junoon
#6
Belum tentu. Kita masih mengandalkan beras impor karena produksi beras kita tidak cukup untuk konsumsi domestik. Sementara eksportir beras utama kita seperti Thailand dan Vietnam juga terdampak cuaca ekstrim (El Nino) sehingga mereka harus mengurangi ekspor dan prioritas konsumsi dalam negeri.

Jangan jumawa bilang kita aman dari resesi, karena resesi sekarang itu dipicu kelangkaan kebutuhan pokok (pangan & energi), akibat cuaca ekstrim dan konflik Rusia-Ukraina.

Yang paling berat adalah gandum. Walaupun bukan makanan pokok, tapi jangan lupa Indonesia punya Indomie, Mie Sedap, Sari Roti, Roti Aoka dll yang bahan bakunya adalah gandum impor, dan eksportir gandum utama dunia adalah Ukraina dan Rusia.
Diubah oleh junoon 20-10-2022 11:17
didududi
pilot2isekai078
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.