- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)

Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 08:38
Dhekazama dan 47 lainnya memberi reputasi
48
64.2K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#66
Part 21 - Hari Yang Kutunggu
Spoiler for Hari Yang Kutunggu:
Pesan yang dikirim Darma di sepertiga malam beberapa hari lalu masih saja terngiang dalam benakku. Aku yang masih menunggu jawaban darinya hingga kini, mulai merasa heran, kenapa aku merasa mulai punya ketertarikan khusus padanya. Bukan, bukan karena foto profilnya yang kulihat terlihat tampan atau keren. Mungkin lebih karena, Darma satu-satunya cowok yang memintaku untuk shalat istikharah sebelum mengawali hubungan yang lebih jauh dengannya.
Itu artinya, nama Made di namanya mengartikan dia bukan seseorang yang beragama Hindu (?)
Argh! Rasanya nggak butuh waktu lama buat Darma mencuri hatiku dengan segala karisma yang ada dalam dirinya, dan aku yakin nggak butuh waktu lama pula untuk banyak cewek lain di kampusnya untuk mengaguminya.
‘Jangan-jangan lima hari ini dia nggak ada kabar dan bahkan belum membaca pesanku karena dia juga mengatakan hal yang sama ke cewek lain?’
___
Hari itu hari Senin, jarum jam di pergelangan tanganku menunjukkan angka 9 lebih 30 menit. Aku yang hari ini kebagian duty di middle shift, tumben banget jam segini sudah duduk diatas sepeda motor yang tengah berhenti karena lampu lalu lintas di perempatan Jalan Basuki Rahmat berwarna merah. Anehnya, kalau berangkat ke kantor tiga puluh menit lebih awal, aku selalu mendapati posisi terdepan tepat di garis pembatas dekat dengan zebra cross. Coba kalau aku berangkat ke kantornya mepet-mepet jam masuk kerja, pasti aku kebagian berhenti di barisan kendaraan paling belakang karena macet. Saking kebagian paling belakang, lampu lalu lintas pun tak terlihat sedang berwarna merah, kuning, atau hijau. Sedihnya lagi jika lampu lintasnya sudah berwarna hijau, lalu saat motorku baru melaju tiga - lima meter, eh lampu lalu lintasnya sudah berubah jadi merah lagi.
Setelah semenitan menunggu lampu hijau menyala, aku kembali melajukan sepeda motorku menerobos jalan raya beraspal yang menguap panas. Selama perjalanan, tak henti-hentinya aku memicingkan mata akibat panas tidak biasa yang membias melalui jalan aspal jalanan. Sekitar sepuluh menit kemudian, sepeda motorku sudah terparkir dengan rapi di parkiran kantor.
“Pagi Anes!! Tumben jam segini udah nyampe?”, sapa Mas Tino yang langsung membukakanku pintu lobby saat kakiku baru mau melangkah masuk ke dalamnya. Mas Tino ini leader security kantorku yang menurutku pelayanannya sebelas-duabelas dengan security Bank BCA.
“Iya dong, hari ini aku mau jadi karyawan yang berdedikasi tinggi terhadap perusahaan tercinta!”, ujarku sembari melewatinya begitu saja.
“Hari ini doang? Besok?”, tanyanya sembari kembali menutup pintu kaca itu perlahan.
“Nah, untuk besok, nanti aku pikir-pikir lagi yaa!”
“Dassaaar!!”
Hari itu aku kebagian duty di call center, bagian pekerjaan yang paling aku suka! Kenapa? Karena aku harus berusaha memberitahu kepada penumpang di balik telpon bahwa aku sedang melayani mereka dengan penuh senyum dan penuh ketulusan. Menurutku hal itu butuh suatu effort yang lebih sih dibandingkan dengan langsung bertatap muka dengan mereka.
Sepanjang menerima telpon, aku tak pernah sekalipun cemberut. Aku selalu berwajah ceria, meskipun mereka tak dapat melihat senyumanku, setidaknya mereka bisa merasakan keceriaanku. Dan itu berhasil di aku! Karenanya, aku menjadi The Best Call Center selama tiga tahun terakhir.
“Pagi, Mba-Mas…”, sapaku kepada senior-seniorku sembari perlahan menarik kursi yang dudukannya berada di bawah meja yang sudah tertata rapi dan permukaannya terlihat kinclong ini.
“Pagi, Nes.”, balas mereka.
“Ini pada serius banget, ada delay ya?”, tebakku setelah melihat wajah tegang mereka. Aku mulai duduk setelahnya dan meletakkan botol minum di sisi kanan komputer, pena dan selembar kertas yang ditekuk di samping kanan mouse, dan handphoneku di dalam laci.
“Iya nih, pesawat kita ada yang belum take-off dari Balikpapan karena cuaca buruk. Mereka harusnya landing di Surabaya jam 11.00. Lalu lanjut ke Makasar jam 11.45.”, jelas Mas Ajun, leader call center, yang saat malam tahun baru menjadi pelawak dadakan itu loh hehe.
“Tapi karena jam segini pesawat yang dari Balikpapan belum juga take-off, jadi penerbangan ke Makasarnya mau ga mau delay?”, lanjutku.
“That’s right!! Estimasi delay satu jam tiga puluh menit.”
“Okee. Jadi para penumpangnya hanya diinfokan melalui SMS ya?”
“Yes!! Betul! Kami sih udah kirim SMS dan juga ngeremark di sistem reservasi mereka.”, jelas Mas Ajun lagi.
“Lalu, penerbangan mana yang kena dampak juga dan belum diinformasikan, Mas?”, tanyaku.
“Surabaya ke Jakarta, Nes. Harusnya take off jam 17.30, jadi delay sampai jam 19.00. Juga udah aku SMS sih, tapi..”
“Belum di telpon?”, tanyaku. Mas Ajun meresponsnya dengan cengiran jahil. “Okee, aku yang telpon penumpangnya ya?”, lanjutku. Nah, dalam hal ini, kenapa harus ditelpon penumpangnya? Agar mereka tidak datang lebih awal ke bandara, jadi tidak perlu menunggu lama-lamaI di bandaranya.
Aku mulai membuka semua reservasi penerbangan Surabaya ke Jakarta keberangkatan nanti sore di komputerku. Terdapat total 160 penumpang dengan kode booking 71 saja. Artinya, aku harus menelpon ke 71 nomor telpon. Trik aku dalam menangani hal demikian adalah aku akan mencari kode booking dengan jumlah penumpang lebih dari satu a.k.a banyak.
Saat itu aku menelpon salah satu kode booking dengan jumlah penumpangnya sebanyak 60 orang.
“Assalamu’alaykum..”, jawab seorang pria di balik telpon.
“Wa’alaykumsalam, Bapak. Selamat siang, saya dengan Anes dari (nama maskapai). Dengan Bapak Rudi saya berbicara?”
“Siang, Mba Anes. Iya betul saya Rudi. Ada apa ya Mba?”
“Mohon maaf Pak Rudi, apakah sebelumnya sudah menerima SMS dari kami?”
“Belum saya cek sih Mba. Kenapa ya Mba?”
“Baik Pak. Saya hanya ingin menginformasikan kembali bahwa penerbangan Surabaya-Jakarta hari ini, yang harusnya jadwal keberangkatannya pukul 17.30, mohon maaf mengalami perubahan menjadi pukul 19.00, Bapak.”
“Wah kenapa gitu Mba?”, tanyanya.
“Sebab keberangkatan ke Jakata harus menunggu datangnya pesawat dari Makasar, Pak Rudi. Mohon maaf ya Bapak atas ketidaknyamanannya.”
“Rusak kah Mba pesawatnya?”
“Tidak, Bapak, pesawatnya dalam keadaan baik. Alasan keberangkatannya mundur karena perubahan rotasi pesawat dampak dari cuaca buruk, Pak Rudi.”
“Ohgitu, syukurlah.”
“Jadi, apakah Bapak berkenan mengenai perubahan ini, maaf?”
“Iya Mba gapapa. Ini saya baru cek SMSnya, ternyata udah masuk. Dan barusan juga udah saya kirimkan ke teman-teman saya ya Mba..”
“Baik Bapak jika begitu. Terima kasih. Dan jangan lupa untuk check in 1,5 jam sebelum keberangkatan, yakni di jam 17.30 ya Pak?”
“Baik Mba Anes.”
“Sebelum saya menutup teleponnya, apakah ada hal lain yang ingin ditanyakan Pak Rudi?”
“Nggak ada Mba, cukup. Makasih ya Mba.”
“Terima kasih, Pak Rudi. Selamat siang.”
“Sama-sama Mba, selamat siang.”
Alhamdulillah, 60 penumpang sudah terkonfirmasi di satu kode booking. Selanjutnya aku melakukan hal yang sama kepada 70 nomor telpon lagi.
Saat aku menginformasikan perubahan keberangkatan, tak jarang dari mereka ada yang marah bahkan memaki-maki, tapi setelah diberi pilihan lain seperti refund secara penuh, kemarahan mereka pun mereda.
Tapi, ada banyak pula penumpang yang sangat baik menerima informasi delay seperti itu.
Hari itu aku benar-benar merasa sangat sibuk. Sampai-sampai aku tak menyadari bahwa jam sudah menunjukkan pukul satu siang.
“Nes, istirahat dulu gih. Udah jam 1!”, perintah Mas Ajun yang baru saja kembali dari istirahat makan siang.
“Oke Mas. Sisa satu lagi nih yang belum bisa dihubungin!”, ucapku memasang wajah gemesin meski sebenernya lebih keliatan ngeselin hehe.
“Gapapa, aku aja yang telpon. Kode bookingnya apa?”
“YUKPLH. Makasih Mas Ajuuuun!!”
“Sama-sama, Nes! Aku juga makasih yaa udah dibantuin!”
“Hehehehe amaaan. Yaudah aku makan dulu yaa.”, pamitku sembari memeluk botol minum merah mudaku yang sudah mulai kosong.
—
“Mba Aneees!!!”, teriak Siska lalu ia memelukku dari belakang saat kami bertemu di dalam pantry. Pantry kantorku terbilang sangat mungil karena hanya memuat satu meja makan dengan empat kursi. Dari pintu masuk, meja makan terletak di sisi sebelah kanan. Di sisi sebelah kiri adalah dinding pembatas antara pantry dan ruang meeting. Sekitar lima meter dari pintu pantry, terdapat wastafel tempat untuk mencuci piring-gelas, bukan tempat untuk mencuci baju. (Apasih)
Jarak antara wastafel dengan meja makan, terdapat dispenser dan juga lemari es berukuran kecil.
“Napa deh nih anak peluk-peluk segalaa? Wkwkwk nyaris aja keselek tulang akunya!!”
“Emang tempe ada tulangnya?”, sindirnya, lalu melepas kedua tangannya yang terpaut di depan perutku.
“Hahaha. Kamu masuk jam 10 juga?”
“Engga, aku masuk pagi, ini aku istirahat lalu langsung pulang.”
“Oh hari ini setengah hari? Enak dong besok libur??!”
“Iyaaa, mau kencan akuu!! Wleeeeeek. Mba btw gimana hasil medexnya? Udah ada kabar?”
“Belum nih hehe.”
“Semoga aja hasilnya bagus ya Mbaaa. Aku doain Mba keterima jadi FA!! Nanti kalau udah jadi FA, jangan berubah ya Mbaa!”
“Yee emang aku power rangers bisa berubah?”
“Diih malah bercanda… hahaha”
Aku dan Siska pun semakin asyik mengobrol sambil menghabiskan menu makan masing-masing. Sekitar jam dua, dia pamit untuk pulang lebih dulu, sedang aku pamit untuk kembali bekerja.
—
Sekembalinya aku ke ruang kerjaku, suasananya tampak lebih ceria dibandingkan dengan pagi tadi saat aku baru saja tiba. Itu artinya, pekerjaan kami sudah kembali normal seperti seharusnya.
Ada di dalamnya, serasa berada di ruang kelas yang siswa-siswinya gaduh di jam kosong. Namun hebatnya, saat ada telepon masuk, mereka akan diam serentak.
“Selamat Sore dengan Ajun bisa dibantu?”
Alhasil, ruang call center kini didominasi dengan suara berat Mas Ajun yang dibuat-buat. Kami yang tahu bagaimana suara dia sebenarnya, hanya bisa menahan tawa mendengarnya.
Saat aku sedang menahan tawaku, aku iseng untuk mengambil handphoneku di dalam laci. Saat layarnya terbuka, aku melihat ada satu notifikasi email. Tanpa ragu, ku segera membukanya.
‘Hm email dari tim rekrutmen FA nih’, gumamku yang nyaris tak terdengar.‘Bismillah…’
Itu artinya, nama Made di namanya mengartikan dia bukan seseorang yang beragama Hindu (?)
Argh! Rasanya nggak butuh waktu lama buat Darma mencuri hatiku dengan segala karisma yang ada dalam dirinya, dan aku yakin nggak butuh waktu lama pula untuk banyak cewek lain di kampusnya untuk mengaguminya.
‘Jangan-jangan lima hari ini dia nggak ada kabar dan bahkan belum membaca pesanku karena dia juga mengatakan hal yang sama ke cewek lain?’
___
Hari itu hari Senin, jarum jam di pergelangan tanganku menunjukkan angka 9 lebih 30 menit. Aku yang hari ini kebagian duty di middle shift, tumben banget jam segini sudah duduk diatas sepeda motor yang tengah berhenti karena lampu lalu lintas di perempatan Jalan Basuki Rahmat berwarna merah. Anehnya, kalau berangkat ke kantor tiga puluh menit lebih awal, aku selalu mendapati posisi terdepan tepat di garis pembatas dekat dengan zebra cross. Coba kalau aku berangkat ke kantornya mepet-mepet jam masuk kerja, pasti aku kebagian berhenti di barisan kendaraan paling belakang karena macet. Saking kebagian paling belakang, lampu lalu lintas pun tak terlihat sedang berwarna merah, kuning, atau hijau. Sedihnya lagi jika lampu lintasnya sudah berwarna hijau, lalu saat motorku baru melaju tiga - lima meter, eh lampu lalu lintasnya sudah berubah jadi merah lagi.
Setelah semenitan menunggu lampu hijau menyala, aku kembali melajukan sepeda motorku menerobos jalan raya beraspal yang menguap panas. Selama perjalanan, tak henti-hentinya aku memicingkan mata akibat panas tidak biasa yang membias melalui jalan aspal jalanan. Sekitar sepuluh menit kemudian, sepeda motorku sudah terparkir dengan rapi di parkiran kantor.
“Pagi Anes!! Tumben jam segini udah nyampe?”, sapa Mas Tino yang langsung membukakanku pintu lobby saat kakiku baru mau melangkah masuk ke dalamnya. Mas Tino ini leader security kantorku yang menurutku pelayanannya sebelas-duabelas dengan security Bank BCA.
“Iya dong, hari ini aku mau jadi karyawan yang berdedikasi tinggi terhadap perusahaan tercinta!”, ujarku sembari melewatinya begitu saja.
“Hari ini doang? Besok?”, tanyanya sembari kembali menutup pintu kaca itu perlahan.
“Nah, untuk besok, nanti aku pikir-pikir lagi yaa!”
“Dassaaar!!”
Hari itu aku kebagian duty di call center, bagian pekerjaan yang paling aku suka! Kenapa? Karena aku harus berusaha memberitahu kepada penumpang di balik telpon bahwa aku sedang melayani mereka dengan penuh senyum dan penuh ketulusan. Menurutku hal itu butuh suatu effort yang lebih sih dibandingkan dengan langsung bertatap muka dengan mereka.
Sepanjang menerima telpon, aku tak pernah sekalipun cemberut. Aku selalu berwajah ceria, meskipun mereka tak dapat melihat senyumanku, setidaknya mereka bisa merasakan keceriaanku. Dan itu berhasil di aku! Karenanya, aku menjadi The Best Call Center selama tiga tahun terakhir.
“Pagi, Mba-Mas…”, sapaku kepada senior-seniorku sembari perlahan menarik kursi yang dudukannya berada di bawah meja yang sudah tertata rapi dan permukaannya terlihat kinclong ini.
“Pagi, Nes.”, balas mereka.
“Ini pada serius banget, ada delay ya?”, tebakku setelah melihat wajah tegang mereka. Aku mulai duduk setelahnya dan meletakkan botol minum di sisi kanan komputer, pena dan selembar kertas yang ditekuk di samping kanan mouse, dan handphoneku di dalam laci.
“Iya nih, pesawat kita ada yang belum take-off dari Balikpapan karena cuaca buruk. Mereka harusnya landing di Surabaya jam 11.00. Lalu lanjut ke Makasar jam 11.45.”, jelas Mas Ajun, leader call center, yang saat malam tahun baru menjadi pelawak dadakan itu loh hehe.
“Tapi karena jam segini pesawat yang dari Balikpapan belum juga take-off, jadi penerbangan ke Makasarnya mau ga mau delay?”, lanjutku.
“That’s right!! Estimasi delay satu jam tiga puluh menit.”
“Okee. Jadi para penumpangnya hanya diinfokan melalui SMS ya?”
“Yes!! Betul! Kami sih udah kirim SMS dan juga ngeremark di sistem reservasi mereka.”, jelas Mas Ajun lagi.
Quote:
Ohya, ngeremark itu maksudnya adalah memberikan penjelasan bahwa kami telah menginformasikan penumpang mengenai delay -melalui SMS-, di sistem reservasi sesuai dengan kode booking semua penumpang di pesawat tersebut.
Di maskapai penerbanganku, ada peraturan yang diberlakukan :
1. Jika pesawat delay 30 menit sampai 1,5 jam dari jadwal seharusnya, maka call center dari kota keberangkatan, wajib menginformasikan penumpang tersebut melalui SMS.
Misal : Surabaya ke Makasar harusnya take off jam 11.45, lalu delay menjadi 13.15. Maka call center Surabaya wajib mengirimkan SMS kepada penumpang di penerbangan tersebut.
Kalau misalnya yang delay adalah rute Makassar ke Surabaya, maka yang wajib menginformasikan hal tersebut adalah pihak call center Makasar.
2. Jika pesawat delay lebih dari 1,5 jam dari jadwal seharusnya, maka call center dari kota keberangkatan, wajib menginformasikan penumpang tersebut melalui SMS dan telepon.
Apabila sudah memasuki waktu untuk check-in, selama apapun delaynya, pihak call center hanya perlu menginformasikan melalui SMS.
3. Jika pesawat berubah (minimal 30 menit) lebih awal dari jadwal seharusnya, maka call center dari kota keberangkatan, wajib menginformasikan penumpang tersebut melalui SMS dan telepon.
Di maskapai penerbanganku, ada peraturan yang diberlakukan :
1. Jika pesawat delay 30 menit sampai 1,5 jam dari jadwal seharusnya, maka call center dari kota keberangkatan, wajib menginformasikan penumpang tersebut melalui SMS.
Misal : Surabaya ke Makasar harusnya take off jam 11.45, lalu delay menjadi 13.15. Maka call center Surabaya wajib mengirimkan SMS kepada penumpang di penerbangan tersebut.
Kalau misalnya yang delay adalah rute Makassar ke Surabaya, maka yang wajib menginformasikan hal tersebut adalah pihak call center Makasar.
2. Jika pesawat delay lebih dari 1,5 jam dari jadwal seharusnya, maka call center dari kota keberangkatan, wajib menginformasikan penumpang tersebut melalui SMS dan telepon.
Apabila sudah memasuki waktu untuk check-in, selama apapun delaynya, pihak call center hanya perlu menginformasikan melalui SMS.
3. Jika pesawat berubah (minimal 30 menit) lebih awal dari jadwal seharusnya, maka call center dari kota keberangkatan, wajib menginformasikan penumpang tersebut melalui SMS dan telepon.
“Lalu, penerbangan mana yang kena dampak juga dan belum diinformasikan, Mas?”, tanyaku.
“Surabaya ke Jakarta, Nes. Harusnya take off jam 17.30, jadi delay sampai jam 19.00. Juga udah aku SMS sih, tapi..”
“Belum di telpon?”, tanyaku. Mas Ajun meresponsnya dengan cengiran jahil. “Okee, aku yang telpon penumpangnya ya?”, lanjutku. Nah, dalam hal ini, kenapa harus ditelpon penumpangnya? Agar mereka tidak datang lebih awal ke bandara, jadi tidak perlu menunggu lama-lamaI di bandaranya.
Aku mulai membuka semua reservasi penerbangan Surabaya ke Jakarta keberangkatan nanti sore di komputerku. Terdapat total 160 penumpang dengan kode booking 71 saja. Artinya, aku harus menelpon ke 71 nomor telpon. Trik aku dalam menangani hal demikian adalah aku akan mencari kode booking dengan jumlah penumpang lebih dari satu a.k.a banyak.
Saat itu aku menelpon salah satu kode booking dengan jumlah penumpangnya sebanyak 60 orang.
“Assalamu’alaykum..”, jawab seorang pria di balik telpon.
“Wa’alaykumsalam, Bapak. Selamat siang, saya dengan Anes dari (nama maskapai). Dengan Bapak Rudi saya berbicara?”
“Siang, Mba Anes. Iya betul saya Rudi. Ada apa ya Mba?”
“Mohon maaf Pak Rudi, apakah sebelumnya sudah menerima SMS dari kami?”
“Belum saya cek sih Mba. Kenapa ya Mba?”
“Baik Pak. Saya hanya ingin menginformasikan kembali bahwa penerbangan Surabaya-Jakarta hari ini, yang harusnya jadwal keberangkatannya pukul 17.30, mohon maaf mengalami perubahan menjadi pukul 19.00, Bapak.”
“Wah kenapa gitu Mba?”, tanyanya.
“Sebab keberangkatan ke Jakata harus menunggu datangnya pesawat dari Makasar, Pak Rudi. Mohon maaf ya Bapak atas ketidaknyamanannya.”
“Rusak kah Mba pesawatnya?”
“Tidak, Bapak, pesawatnya dalam keadaan baik. Alasan keberangkatannya mundur karena perubahan rotasi pesawat dampak dari cuaca buruk, Pak Rudi.”
“Ohgitu, syukurlah.”
“Jadi, apakah Bapak berkenan mengenai perubahan ini, maaf?”
“Iya Mba gapapa. Ini saya baru cek SMSnya, ternyata udah masuk. Dan barusan juga udah saya kirimkan ke teman-teman saya ya Mba..”
“Baik Bapak jika begitu. Terima kasih. Dan jangan lupa untuk check in 1,5 jam sebelum keberangkatan, yakni di jam 17.30 ya Pak?”
“Baik Mba Anes.”
“Sebelum saya menutup teleponnya, apakah ada hal lain yang ingin ditanyakan Pak Rudi?”
“Nggak ada Mba, cukup. Makasih ya Mba.”
“Terima kasih, Pak Rudi. Selamat siang.”
“Sama-sama Mba, selamat siang.”
Alhamdulillah, 60 penumpang sudah terkonfirmasi di satu kode booking. Selanjutnya aku melakukan hal yang sama kepada 70 nomor telpon lagi.
Saat aku menginformasikan perubahan keberangkatan, tak jarang dari mereka ada yang marah bahkan memaki-maki, tapi setelah diberi pilihan lain seperti refund secara penuh, kemarahan mereka pun mereda.
Tapi, ada banyak pula penumpang yang sangat baik menerima informasi delay seperti itu.
Hari itu aku benar-benar merasa sangat sibuk. Sampai-sampai aku tak menyadari bahwa jam sudah menunjukkan pukul satu siang.
“Nes, istirahat dulu gih. Udah jam 1!”, perintah Mas Ajun yang baru saja kembali dari istirahat makan siang.
“Oke Mas. Sisa satu lagi nih yang belum bisa dihubungin!”, ucapku memasang wajah gemesin meski sebenernya lebih keliatan ngeselin hehe.
“Gapapa, aku aja yang telpon. Kode bookingnya apa?”
“YUKPLH. Makasih Mas Ajuuuun!!”
“Sama-sama, Nes! Aku juga makasih yaa udah dibantuin!”
“Hehehehe amaaan. Yaudah aku makan dulu yaa.”, pamitku sembari memeluk botol minum merah mudaku yang sudah mulai kosong.
—
“Mba Aneees!!!”, teriak Siska lalu ia memelukku dari belakang saat kami bertemu di dalam pantry. Pantry kantorku terbilang sangat mungil karena hanya memuat satu meja makan dengan empat kursi. Dari pintu masuk, meja makan terletak di sisi sebelah kanan. Di sisi sebelah kiri adalah dinding pembatas antara pantry dan ruang meeting. Sekitar lima meter dari pintu pantry, terdapat wastafel tempat untuk mencuci piring-gelas, bukan tempat untuk mencuci baju. (Apasih)
Jarak antara wastafel dengan meja makan, terdapat dispenser dan juga lemari es berukuran kecil.
“Napa deh nih anak peluk-peluk segalaa? Wkwkwk nyaris aja keselek tulang akunya!!”
“Emang tempe ada tulangnya?”, sindirnya, lalu melepas kedua tangannya yang terpaut di depan perutku.
“Hahaha. Kamu masuk jam 10 juga?”
“Engga, aku masuk pagi, ini aku istirahat lalu langsung pulang.”
“Oh hari ini setengah hari? Enak dong besok libur??!”
“Iyaaa, mau kencan akuu!! Wleeeeeek. Mba btw gimana hasil medexnya? Udah ada kabar?”
“Belum nih hehe.”
“Semoga aja hasilnya bagus ya Mbaaa. Aku doain Mba keterima jadi FA!! Nanti kalau udah jadi FA, jangan berubah ya Mbaa!”
“Yee emang aku power rangers bisa berubah?”
“Diih malah bercanda… hahaha”
Aku dan Siska pun semakin asyik mengobrol sambil menghabiskan menu makan masing-masing. Sekitar jam dua, dia pamit untuk pulang lebih dulu, sedang aku pamit untuk kembali bekerja.
—
Sekembalinya aku ke ruang kerjaku, suasananya tampak lebih ceria dibandingkan dengan pagi tadi saat aku baru saja tiba. Itu artinya, pekerjaan kami sudah kembali normal seperti seharusnya.
Ada di dalamnya, serasa berada di ruang kelas yang siswa-siswinya gaduh di jam kosong. Namun hebatnya, saat ada telepon masuk, mereka akan diam serentak.
“Selamat Sore dengan Ajun bisa dibantu?”
Alhasil, ruang call center kini didominasi dengan suara berat Mas Ajun yang dibuat-buat. Kami yang tahu bagaimana suara dia sebenarnya, hanya bisa menahan tawa mendengarnya.
Saat aku sedang menahan tawaku, aku iseng untuk mengambil handphoneku di dalam laci. Saat layarnya terbuka, aku melihat ada satu notifikasi email. Tanpa ragu, ku segera membukanya.
‘Hm email dari tim rekrutmen FA nih’, gumamku yang nyaris tak terdengar.‘Bismillah…’
Quote:
9 Januari 2017
Kepada Yth,
Sdri. Anestya Dewi
Selamat Sore,
Sehubungan dengan telah dilaksanakannya proses medical waktu lalu, dengan ini perlu kami informasikan bahwa hasil medical sdri. Anestya Dewi yaitu “FIT/LULUS” sehingga kami harapkan untuk menunggu jadwal pantukhir yang segera akan kami informasikan kembali.
Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Best Regards,
Anastasya.
Kepada Yth,
Sdri. Anestya Dewi
Selamat Sore,
Sehubungan dengan telah dilaksanakannya proses medical waktu lalu, dengan ini perlu kami informasikan bahwa hasil medical sdri. Anestya Dewi yaitu “FIT/LULUS” sehingga kami harapkan untuk menunggu jadwal pantukhir yang segera akan kami informasikan kembali.
Demikian informasi yang dapat kami sampaikan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.
Best Regards,
Anastasya.
Bila cinta menggugah rasa
Begitu indah mengukir hatiku
Menyentuh jiwaku
Hapuskan semua gelisah
Duhai cintaku duhai pujaanku
Datang padaku tetap di sampingku
Kuingin hidupku
Selalu dalam peluknya
Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia karena dia begitu indah
Duhai cintaku pujaan hatiku
Peluk diriku dekaplah jiwaku
Bawa ragaku
Melayang memeluk bintang
Terang saja aku menantinya
Terang saja aku mendambanya
Terang saja aku merindunya
Karena dia karena dia begitu indah
Diubah oleh aymawishy 26-09-2022 22:36
wakazsurya77 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup