- Beranda
- Stories from the Heart
Jalan Terakhir
...
TS
neopo
Jalan Terakhir

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Apakabar semua. Setelah sekian lama ga berbagi cerita akhirnya mencoba lagi untuk menulis/membagikan salah satu cerita/kisah/tulisan dari seorang teman. Tentunya saya tidak lupa akan thread sebelumnya yang saya buat, yang berjudul Riding to Jannah yang sementara ini dihentikan dulu karena hilangnya draft yang sudah dibuat dulu. Bahkan sampai beberapa tahun tidak terurus. Tetapi insyaAllah akan kembali di up jika sudah selesai. Bahkan kemarinpun sempat dilanjut, tetapi harddisk yang saya gunakan untuk menyimpan file penting ternyata bad sector dan semua file rusak 

Jika kalian sudah bosan atau kurang suka dengan cerita remaja, baik fiksi ataupun true story, kalian boleh skip thread ini
Hanya saja menurut saya pribadi, cerita dia cukup membuat saya terhibur. Jadi saya meminta izin untuk share disini, dan dia memperbolehkan. Setelah sekian tahun ga buka kaskus, udah banyak perubahan, jadi kalau berantakan mohon dimaafkan.
Hanya saja menurut saya pribadi, cerita dia cukup membuat saya terhibur. Jadi saya meminta izin untuk share disini, dan dia memperbolehkan. Setelah sekian tahun ga buka kaskus, udah banyak perubahan, jadi kalau berantakan mohon dimaafkan.Setiap orang pasti pernah mengalami masalah dalam menjalani hidup. Namun setiap masalah selalu menuntut untuk diselesaikan. Karena itulah, menemukan solusi dan bersikap pantang menyerah adalah jawaban untuk setiap masalah.
Kadang kala perjalanan hidup yang membuat seseorang menjadi dewasa. Dewasa dalam hal ini berarti mampu berpikir jernih dan menempatkan perannya dalam berbagai situasi. Selain itu, perjalanan hidup juga bisa menjadi bahan pembelajaran yang menginspirasi. Tidak hanya menginspirasi diri sendiri, tapi juga orang lain.
Langit tidak selalu cerah, perjalanan hidup pun tidak selalu indah. Dari kalimat itu kita harus paham bahwa perjalanan hidup itu tidak selalu mulus. Terkadang kita temukan kerikil dan duri yang mengganggu di jalanan. Rasa sakit, kesedihan, kesusahan dan duka. Apapun yang ada di hadapan kita bukan berarti kita berhenti berjalan dan menyerah. Perjalanan hidup yang berat ataupun perjalanan hidup yang pahit harus kita hadapi dan lalui.
"Hidup itu tentang sebuah perjalanan, caramu menjalaninya, dan caramu memberi arti pada perjalananmu itu." WilzKanadi
Aku tengah menempuh pendidikan sekolah tingkat atas kelas satu. Aku berasal dari keluarga yang bisa dibilang berkecukupan. Aku berasal dari Bandung namun sejak SD aku pindah ke Jakarta karena pekerjaan papaku. Aku merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Aku memiliki postur tubuh dengan tinggi badan 168cm dan berat badan 62kg. Namaku Khairul Purnama, dan ini adalah kisah perjalananku
Akan di update berdasarkan jalan cerita melalui Instagramdan beberapa spoiler untuk next part diperlihatkan disana, tapi itupun jika ga penasaran
Akan di update berdasarkan jalan cerita melalui Instagramdan beberapa spoiler untuk next part diperlihatkan disana, tapi itupun jika ga penasaran

- INDEX -
Masa SMA

Prolog
BAB 1 - Ocehan Seorang Gadis
BAB 2 - Dunia yang Sempit
BAB 3 - Cewek Melengking dan Anak Hilang
BAB 4 - Silsilah Keluarga
BAB 5 - Ma, Arul Kuat Kok
BAB 6 - Teman
BAB 7 - Obat Penenang
BAB 8 - Bandung
BAB 9 - Kebahagiaan dari Masa Lalu
BAB 10 - Perasaan yang Memuncak
BAB 11 - Puncak Amarah
BAB 12 - Yang Pertama
BAB 13 - Berputar Kembali
BAB 14 - Liburan Lagi
BAB 15 - Sebuah Cerita
BAB 16 - Sekolah Lagi
BAB 17 - Jawaban
BAB 18 - Kelemahan
BAB 19 - Rasa Terindah
BAB 20 - Ungkapan Hati
BAB 21 - Double Date?
BAB 22 - Jalan Buntu
BAB 23 - Maaf
BAB 24 - Liburan Penutup
BAB 25 - MOS (Part 1)
BAB 26 - MOS (Part 2)
BAB 27 - Sebuah Tragedi
BAB 28 - Tujuan
Masa Kuliah

BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
Masa SMA

Prolog
BAB 1 - Ocehan Seorang Gadis
BAB 2 - Dunia yang Sempit
BAB 3 - Cewek Melengking dan Anak Hilang
BAB 4 - Silsilah Keluarga
BAB 5 - Ma, Arul Kuat Kok
BAB 6 - Teman
BAB 7 - Obat Penenang
BAB 8 - Bandung
BAB 9 - Kebahagiaan dari Masa Lalu
BAB 10 - Perasaan yang Memuncak
BAB 11 - Puncak Amarah
BAB 12 - Yang Pertama
BAB 13 - Berputar Kembali
BAB 14 - Liburan Lagi
BAB 15 - Sebuah Cerita
BAB 16 - Sekolah Lagi
BAB 17 - Jawaban
BAB 18 - Kelemahan
BAB 19 - Rasa Terindah
BAB 20 - Ungkapan Hati
BAB 21 - Double Date?
BAB 22 - Jalan Buntu
BAB 23 - Maaf
BAB 24 - Liburan Penutup
BAB 25 - MOS (Part 1)
BAB 26 - MOS (Part 2)
BAB 27 - Sebuah Tragedi
BAB 28 - Tujuan
Masa Kuliah

BAB 29
BAB 30
BAB 31
BAB 32
BAB 33
BAB 34
BAB 35
BAB 36
BAB 37
BAB 38
BAB 39
BAB 40
BAB 41
Diubah oleh neopo 02-02-2023 21:58
sukhhoi dan 12 lainnya memberi reputasi
11
13.8K
120
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
neopo
#13
BAB 5 - Ma, Arul Kuat Kok
Pagi ini aku memutuskan untuk kembali sarapan bersama keluargaku, kecuali Ani dan Ana yang masih dikamarnya.
“Kamu mau bawa motor ke sekolah?” tanya papa
“Kan Arul ga punya SIM” ucapku
“Iya sih, tapi kayanya lebih menghemat uang kamu juga kan” ucap apapa
“Biar bisa bareng pacar aa juga kan” sewot Ana baru datang bersama Ani
“Oh iya, kemarin itu pacar kamu?” tanya mama
“Bukan ma, temen sekelas aja. Dia tuh anaknya seenaknya. Mama tau sendiri kan dateng kemarin” ucapku
“Bisa aja ngelesnya hahaha” ucap papa
“Engga pa, beneran cuma temen” ucapku
“Papa sama mama dulu ga saling kenal kan, bahkan kenalnya singkat banget. Tapi sekarang punya kamu dan si kembar” ucap papa
“Jaman dulu kan beda pa. Lagipula dia juga kayanya deket sama orang lain” ucapku
“Ko bisa tau?” tanya Ani
“Pas mampir kerumahnya, papanya ngira Arul itu Fajar” ucapku
“Oh ya? Yaa kalau papa, kamu mau pacaran boleh, tapi jangan yang aneh-aneh, dan jadiin buat motivasi belajar” ucap papa
“Belum ada kepikiran kesitu pa” ucapku
“Bener nih gamau bawa motor?” tanya lagi papa meyakinkan
“Arul kan udah 17 pa, buat KTP sama SIM aja dulu, biar tenang” ucapku
“Yasudah, nanti biar papa urus. Tapi kamu juga ikut, kan harus foto KTP dan SIM nanti” ucap papa
Aku berangkat ke sekolah diantar oleh papa bareng dengan si kembar seperti biasa. Aku turun dari mobil tepat didepan gerbang luar sekolah. Biasanya aku turun agak jauh dari sekolah. Beberapa mata tertuju padaku, mungkin melihat mobil mewah papa. Padahal disekolahku saja ada siswa yang kesekolahnya pakai mobil. Aku berjalan seperti biasa kedalam gerbang. Tiba-tiba seseorang datang merangkulku
“Wiiih, anak orang kaya nih” ucap Toriq
“Bokap gue yang banyak duit. Gue numpang” ucapku
“Eh, gimana?” katanya
“Apaan?”
“Itu si Windy” ucapnya
“Lo minta aja sendiri, gue males. Privasi dia itu. Lagian dia udah punya cowok” ucapku
“Hah, serius lu?”katanya
“Iye, tanya langsung aja orangnya” ucapku
“Ga ah, kalau dia udah punya cowo, ya gue mundur” katanya
“Cakep”
“Gue deketin Vika aja deh. Hahaha” katanya
“Ya silahkan, kalau lu kuat. Hahaha” ucapku
Tapi entah kenapa aku merasa berat bilang seperti itu. Apa aku menyukai Vika? Ga, kalau dibilang suka, engga. Malah kadang aku merasa terganggu dengan sikapnya yang terkadang seenaknya itu. Mungkin lebih pantas jika aku dan Vika hanya sebatas sahabat.
Setibanya dikelas, aku menyimpan tas di kursi. Beberapa saat pelajaran dimulai. Hari ini sepertinya Rizki tidak masuk sekolah. Rizki adalah teman sebangkuku. Aku tak terlalu dekat dengannya karena dia juga punya sirkel sendiri. Kemudian wali kelasku masuk dan memberi kabar kalau Rizki ternyata dikeluarkan atas kasus narkoba. Akhirnya aku duduk sendiri.
“Vika, coba kamu pindah duduknya dengan Khairul
“Baik bu” jawab Vika
“Mimpi apa gue duduk sama ni anak” batinku sedikit kesal
“Welcome to Nightmare” ucap Vika dengan senyum garangnya
Pada jam istirahat, aku ke kantin hanya untuk membeli minum. Cuaca hari ini cukup panas membuatku terasa lebih haus dari biasanya. Hamid menghampiri dan duduk didepanku sambil membawa makanan yang dia pesan dari kantin.
“Lu ga makan?” tanya Hamid
“Engga, udah sarapan” jawabku
Tiba-tiba kami mendengar ada ribut-ribut dari arah kamar mandi sekolah. Aku memutar kepalaku mencari sumber suara dan ternyata ada seorang cowok lagi berantem sama cewek
“Anak muda, berantem di sekolah begitu” ucap Hamid
“Halah, lu aja berantem pas karate” ucapku
“Ya mereka kan cewek sama cowok, Rul” katanya
Aku dan Hamid sedikit kaget karena yang kami lihat itu adalah Windy. Awalnya kami tidak menyadari karena cewek itu membelakangi kami. Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi Windy
“Wah ga beres nih, ayo Rul” ucap Hamid sambil berdiri
Orang-orang sekitar hanya melihat saja tanpa berbuat apa-apa. Hamid langsung menghampiri laki-laki itu, yang tak lain adalah pacarnya Windy, Raka. Setelah cukup dekat, Hamid menyundul Raka hingga membuat Raka mundur beberapa langkah kebelakang.
“Maksud lo apa hah nampar-nampar cewek? Lo laki bukan?” ucap Hamid
“Lo ga usah ikut campur” ucap Raka mendorong Hamid
“Eh eh, kalau mau berantem mending diluar” ucapku menengahi mereka
“Lo juga ga usah ikut campur” kata Raka sambil mendorongku.
Pada awal aku melihat Raka, sifatnya tidak seperti sekarang. Entah apa dia lagi ada masalah, atau memang seperti ini sifat aslinya
“Gue benci lo Raka. Kita putus” ucap Windy menangis
Tak lama ada salah satu teman sekelasku datang dan aku menyuruhnya untuk mengantar Windy ke kelas. Saat Raka mau mendekati Windy, Hamid menghentikannya sambil meletakkan telunjukku didepan wajahnya
“Lo, maju selangkah lagi, mati lo” kata Hamid dengan tatapan tajam
“Urusan kita belum selesai” kata Raka sambil menjauh
“Udah lu semua bubar, ini bukan tontonan” ucapku kemudian semua siswa bubar.
Beruntung tidak ada guru yang datang melihat, bisa-bisa kami dipanggil ke ruang BK. Aku menyusul Windy ke kelas diikuti Hamid yang tidak jadi makan. Aku melihat Windy yang sedang menangis di mejanya ditemani Vika dan temanku yang mengantarnya tadi.
“Lo gapapa Win?” tanyaku
“Lo apain si Windy hah?” ucap Vika mendorongku
“Bukan dia Vik, tapi Raka” ucap Windy masih dalam tangisnya
“Oh bukan ya, hehehe sorry” sambil mencubit pipiku
“Sorry” cibirku
“Gue liat Raka lagi ciuman di belakang sekolah, gue labrak dia. “Saat didepan kamar mandi, dia nampar gue” ucap Windy
“Wah, kurang ajar tu cowo” ucap Hamid
“Ga bisa didiemin ini” ucap Vika hendak bergegas
“Eh, mau kemana lu?” tanyaku
“Mau gue bejek bejek tu si Raka” ucap Vika mulai emosi
“Udah ga usah lo ladenin dia, mending lo temenin Windy. Dia pasti lagi butuh seseorang buat cerita” ucapku
“Makanan lo gimana Mid?” tanyaku
“Udah biarin aja, dia lebih penting. Kasian” ucap Hamid
“Cie naksir hahaha” goda Vika
“Ck apaan si Vik, ga lucu” ucap Windy
Kami bertiga mencoba menghibur Windy agar tidak sedih lagi dan seperti yang aku dengar tadi, Windy putus dengan Raka. Awalnya Windy menyukai Raka karena wibawanya ketika ospek dulu. Tetapi tak disangka bahwa Raka memiliki sifat seperti itu. Semenjak kejadian itu, kami berempat menjadi lebih sering menghabiskan waktu bersama. Memang pada awalnya kami bareng, tapi tidak intens, hanya ketika di kelas saja. Saat pulang sekolah, aku berjalan bersama Hamid untuk pulang. Tiba-tiba dari kejauhan kami melihat Raka dan beberapa temannya sedang berdiri di gerbang.
“Kayanya mereka nungguin kita” ucap Hamid
“Yaudah ayo samperin” ucapku
“Gila lo, mau di keroyok?” tanya Hamid
“Ah elah, yang karate itu gue apa elo?” ucapku
Saat kami tiba digerbang luar, kami dihadang oleh Raka dan teman-temannya
“Mereka ini nih yang ikut campur” ucap Raka
“Apaan si Ka, jelas-jelas lo yang salah” ucap Hamid
“Tau apa lo bocah?” ucap Raka sambil mendorong Hamid
Dengan sigap aku langsung menahannya namun Raka juga berhasil mendorongku hingga membuat aku mundur beberapa langkah kebelakang.
“Lu mau cari ribut sama gue hah?” ucap Raka dengan angkuhnya
“Bukannya elu yang cari ribut ya? Coba bilang, laki-laki macam apa yang sampai main fisik ke cewe?” tanyaku menantang
“Lo itu ga tau apa-apa” ucap Raka kemudian
*Buughh
Satu pukulan mendarat di pipi kananku. Aku masih mencoba untuk sabar dan ternyata Raka melakukan hal lebih lagi. Satu tendangan mendarat di perutku dan membuat aku tersungkur jatuh. Hamid tidak tinggal diam, ia mengambil ancang-ancang dan langsung melakukan uppercut sampai membuat Raka mundur. Namun tidak lama teman-temannya langsung menyerangku yang mencoba untuk bangun, dan menyerang Hamid. Karena saat SMP aku pernah belajar pencak silat, jadi aku sedikit mengetahui teknik bela diri ketika menghadapi bahaya.
Aku dan Hamid tentunya kalah jumlah, namun Hamid sepertinya juga masih bisa menangani itu. Hal yang tak aku sangka bahwa Hamid bisa melakukan tendangan memutar hingga membuat salah satu lawan jatuh hingga memuntahkan darah. Pada titik ini akupun sudah merasa sesak akibat tendangan Raka tadi. Raka menarik kerah bajuku dan melakukan satu pukulan di pelipisku sehingga membuatku ambruk untuk yang terakhir kalinya. Sebenarnya aku bisa menahan pukulan di pelipis tadi, namun tendangan yang aku terima di perut membuatku menjadi sesak nafas dan tak berdaya. Lemah memang. Tak lama kemudian aku mendengar sebuah teriakan dari seseorang
“Woy, woy apaan nih berantem? Mau jadi jagoan lu pada?”
“Cabut” ucap Raka kemudian ia dan teman-temannya berlari sambil meringis kesakitan juga
“Rul, Rul, lu gapapa Rul?” ucap seseorang itu yang ternyata adalah security
“Bodoh kalian, cepat panggil ambulan” katanya
Aku masih mampu mendengar dengan samar-samar. Sampai akhirnya semua menjadi gelap. Saat aku tersadar, aku tengah berada disebuah ruangan yang beraromakan obat-obatan. Ku taksir bahwa aku sedang berada dirumah sakit. Aku langsung duduk secara tiba-tiba
“Sialan, kemana tu orang” ucapku lirih
“Orang mana? Kamu udah dirumah sakit” ucap security
“Hamid mana?” tanyaku
“Dia dibawa keruang BK tadi saat kamu dibawa kesini. Sekarang kita lagi menunggu orang tua kamu” ucap pak Samsul
“Oh, ayolah pak, ga usah lah bawa-bawa orang tua saya” ucapku
Beberapa saat kemudian, papa dan mama datang. Mama terlihat khawatir ketika melihat kondisiku. Meskipun rasa sesak itu sudah mulai hilang.
“Kamu gapapa nak? Kok kamu bisa jadi begini, kamu kenapa berantem?” ucap mama
Papa mendekatiku dengan tatapan tajam, kemudian *Plakk. Satu tamparan mendarat di pipiku membuat lebam yang ada diwajahku terasa sakit lagi.
“Astagfirullah pa, kamu ini kenapa?” ucap mama
“Mau jadi jagoan kamu hah? Ngapain kamu berantem segala?” ucap papa emosi
“Maaf pa” ucapku
“Pa, Arul pasti punya alasan, ga mungkin dia tiba-tiba berantem” ucap mama
“Apapun alasannya, papa ga suka lihat kamu berantem Rul. Papa mendidik kamu untuk jadi seseorang yang baik, bukan blangsakan seperti ini” ucap papa
“Pak, mohon tenang, ini rumah sakit” ucap pak Samsul, security yang mengantarku kesini
“Alangkah baiknya kita dengarkan dulu ceritanya, bicarakan baik-baik” lanjut pak Samsul.
Pak Samsul ini memang terkenal dengan sikapnya yang sabar dan bijak. Jadi banyak siswa juga yang dekat dengannya. Hanya saja bagi anak kelas satu, masih belum terlalu dekat. Aku menceritakan tentang kejadian Windy yang ditampar, sampai aku dihadang di gerbang sekolah. Aku lihat papa sudah sedikit lebih tenang, ditambah bantuan dari mama.
“Arul, papa tetap tidak suka kamu berantem seperti itu. Apalagi kamu punya riwayat penyakit jantung bawaan” ucap papa
“Bukannya papa yang mengajarkan agar Arul bisa melindungi perempuan?” ucapku meninggi
“Sudahlah pa, niat Arul juga baik” ucap mama
“Iya, sudahlah, papa ga mau dengar penjelasan Arul” ucapku
Aku bangkit dari strecher, mencabut selang oksigenku dan hendak pergi. Namun pak Samsul menahanku karena beliau masih khawatir dengan kondisiku.
- Flashback (2006)
“Ma, dada Arul sakit ma”
“Kenapa nak? Sakit kenapa?” tanya mama
“Gatau ma” ucapku dengan nafas yang memberat
“Maa” dan aku mulai tak sadarkan diri
Aku terbangun sudah mengenakan tabung oksigen dan selang infus. Mataku melihat kiri dan kanan, dan otakku berusaha menyadarkanku tentang apa yang terjadi saat ini. Kemudian mama mengusap rambutku, dan tak lama papa datang
“Aku kenapa ma?” tanyaku
“Kamu lagi dirumah sakit nak. Kuat ya” ucap mama
“Aa yang kuat yaa, cepet sembuh” ucap si kembar
Kemudian seorang berpakaian sebra putih datang. Kutaksir ia adalah seorang dokter.
“Sebelumnya saya mau tanya, apakah keluarga kalian ada yang memiliki riwayat penyakit jantung?” ucap dokter
“Ada dok, ayah saya dulu meninggal karena sakit jantung” ucap papa
“Begini, gejala yang terlihat, sepertinya adek memiliki gangguan fungsi jantung” ucap dokter “Dan ini bisa disebabkan dari faktor keturunan” lanjutnya
“Keturunan?” ucap mama
“Iya, namun bukan sebagai penyebab utama, tapi faktor genetik/keturunan hanya sebagai pemicu saja” kata dokter “Tapi lebih baik kita menunggu hasil cek darah, dan melakukan beberapa tes untuk lebih yakin nya”
Penyakit jantung koroner terjadi jika suplai darah ke jantung melalui pembuluh darah koroner terhambat oleh lemak. Penimbunan lemak di dalam pembuluh darah ini dikenal dengan istilah aterosklerosis dan merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
Jantung berfungsi normal manakala aliran darah menuju dan keluar dari jantung berjalan dengan lancar. Biasanya, hal ini ditandai dengan detak jantung atau nadi yang terlalu cepat dibanding biasanya.
Detak jantung/nadi normal adalah 60-100 denyut per menit. Namun banyak dokter belakangan ini yang menyarankan denyut normal jantung sekitar 50-70 denyut per menit.
Lalu, bagaimana terjadinya penyakit jantung? Karena suatu hal, biasanya akibat terjadi penumpukan kolesterol, maka menimbulkan plak. Hal inilah yang memicu pembuluh darah koroner terganggu dan aliran darah menjadi tidak lancar.
Selain denyut menjadi lebih cepat, tekanan darah juga bisa naik saat kondisi seperti itu. Dan dampak lanjutannya adalah suplai oksigen menuju jantung akan terhambat, sehingga fungsi jantung menjadi tidak optimal.
Penderita gangguan jantung ini biasanya akan merasakan nyeri pada dada dan sesak napas. Jika berlangsung lama dan terlambat mendapatkan penanganan, jantung bisa berhenti total, dan inilah yang disebut serangan jantung koroner yang berisiko menimbulkan kematian mendadak.
Beberapa jam kemudian hasil lab keluar, dan dokter memvonis aku memiliki gangguan jantung. Namun karena baru terasa, dokter berkata bahwa ini belum parah. Sehingga masih bisa dicegah dengan menjalani pola makan sehat, mengkonsumsi buah dan sayuran, serta mengurangi makanan berlemak, juga olahraga teratur. Dan penyebab aku sakit karena pola makanku yang buruk, serta malas berolahraga. Mungkin karena kata dokter tadi, faktor genetik menjadi pemicu sehingga aku berada disini sekarang.
Mama menangis mendengar penjelasan dari dokter. Kenapa hatiku tersayat melihat mama meneteskan airmatanya
“Ma, jangan nangis, Arul kuat kok” ucapku mencoba menenangkan mama
“Iya ma, aa kuat, buktinya aa bisa bertahan kan” kata Ani
“Tuh, anak papa aja gamau melihat kamu sedih ma” ucap papa
“Mama khawatir sama kamu nak” lirih mama sambil mengusap rambutku
Aku merasa sedikit tersentak mendengar penjelasan dokter tentang penyakitku ini. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa.
“Ma, Arul bakal sembuh kok. Arul kan anak yang kuat. Saat si kembar masuk sekolah, Arul kan udah janji bakal jaga mereka dan juga bakal jaga mama” ucapku
“Betul tu. Kamu harus bisa menjaga perempuan, terutama wanita yang kamu sayangi, yaitu mama dan si kembar” kata papa
“Mama bangga sama kamu nak” ucapnya kemudian mengecup keningku
“Kamu mau bawa motor ke sekolah?” tanya papa
“Kan Arul ga punya SIM” ucapku
“Iya sih, tapi kayanya lebih menghemat uang kamu juga kan” ucap apapa
“Biar bisa bareng pacar aa juga kan” sewot Ana baru datang bersama Ani
“Oh iya, kemarin itu pacar kamu?” tanya mama
“Bukan ma, temen sekelas aja. Dia tuh anaknya seenaknya. Mama tau sendiri kan dateng kemarin” ucapku
“Bisa aja ngelesnya hahaha” ucap papa
“Engga pa, beneran cuma temen” ucapku
“Papa sama mama dulu ga saling kenal kan, bahkan kenalnya singkat banget. Tapi sekarang punya kamu dan si kembar” ucap papa
“Jaman dulu kan beda pa. Lagipula dia juga kayanya deket sama orang lain” ucapku
“Ko bisa tau?” tanya Ani
“Pas mampir kerumahnya, papanya ngira Arul itu Fajar” ucapku
“Oh ya? Yaa kalau papa, kamu mau pacaran boleh, tapi jangan yang aneh-aneh, dan jadiin buat motivasi belajar” ucap papa
“Belum ada kepikiran kesitu pa” ucapku
“Bener nih gamau bawa motor?” tanya lagi papa meyakinkan
“Arul kan udah 17 pa, buat KTP sama SIM aja dulu, biar tenang” ucapku
“Yasudah, nanti biar papa urus. Tapi kamu juga ikut, kan harus foto KTP dan SIM nanti” ucap papa
Aku berangkat ke sekolah diantar oleh papa bareng dengan si kembar seperti biasa. Aku turun dari mobil tepat didepan gerbang luar sekolah. Biasanya aku turun agak jauh dari sekolah. Beberapa mata tertuju padaku, mungkin melihat mobil mewah papa. Padahal disekolahku saja ada siswa yang kesekolahnya pakai mobil. Aku berjalan seperti biasa kedalam gerbang. Tiba-tiba seseorang datang merangkulku
“Wiiih, anak orang kaya nih” ucap Toriq
“Bokap gue yang banyak duit. Gue numpang” ucapku
“Eh, gimana?” katanya
“Apaan?”
“Itu si Windy” ucapnya
“Lo minta aja sendiri, gue males. Privasi dia itu. Lagian dia udah punya cowok” ucapku
“Hah, serius lu?”katanya
“Iye, tanya langsung aja orangnya” ucapku
“Ga ah, kalau dia udah punya cowo, ya gue mundur” katanya
“Cakep”
“Gue deketin Vika aja deh. Hahaha” katanya
“Ya silahkan, kalau lu kuat. Hahaha” ucapku
Tapi entah kenapa aku merasa berat bilang seperti itu. Apa aku menyukai Vika? Ga, kalau dibilang suka, engga. Malah kadang aku merasa terganggu dengan sikapnya yang terkadang seenaknya itu. Mungkin lebih pantas jika aku dan Vika hanya sebatas sahabat.
Setibanya dikelas, aku menyimpan tas di kursi. Beberapa saat pelajaran dimulai. Hari ini sepertinya Rizki tidak masuk sekolah. Rizki adalah teman sebangkuku. Aku tak terlalu dekat dengannya karena dia juga punya sirkel sendiri. Kemudian wali kelasku masuk dan memberi kabar kalau Rizki ternyata dikeluarkan atas kasus narkoba. Akhirnya aku duduk sendiri.
“Vika, coba kamu pindah duduknya dengan Khairul
“Baik bu” jawab Vika
“Mimpi apa gue duduk sama ni anak” batinku sedikit kesal
“Welcome to Nightmare” ucap Vika dengan senyum garangnya
Pada jam istirahat, aku ke kantin hanya untuk membeli minum. Cuaca hari ini cukup panas membuatku terasa lebih haus dari biasanya. Hamid menghampiri dan duduk didepanku sambil membawa makanan yang dia pesan dari kantin.
“Lu ga makan?” tanya Hamid
“Engga, udah sarapan” jawabku
Tiba-tiba kami mendengar ada ribut-ribut dari arah kamar mandi sekolah. Aku memutar kepalaku mencari sumber suara dan ternyata ada seorang cowok lagi berantem sama cewek
“Anak muda, berantem di sekolah begitu” ucap Hamid
“Halah, lu aja berantem pas karate” ucapku
“Ya mereka kan cewek sama cowok, Rul” katanya
Aku dan Hamid sedikit kaget karena yang kami lihat itu adalah Windy. Awalnya kami tidak menyadari karena cewek itu membelakangi kami. Tiba-tiba sebuah tamparan mendarat di pipi Windy
“Wah ga beres nih, ayo Rul” ucap Hamid sambil berdiri
Orang-orang sekitar hanya melihat saja tanpa berbuat apa-apa. Hamid langsung menghampiri laki-laki itu, yang tak lain adalah pacarnya Windy, Raka. Setelah cukup dekat, Hamid menyundul Raka hingga membuat Raka mundur beberapa langkah kebelakang.
“Maksud lo apa hah nampar-nampar cewek? Lo laki bukan?” ucap Hamid
“Lo ga usah ikut campur” ucap Raka mendorong Hamid
“Eh eh, kalau mau berantem mending diluar” ucapku menengahi mereka
“Lo juga ga usah ikut campur” kata Raka sambil mendorongku.
Pada awal aku melihat Raka, sifatnya tidak seperti sekarang. Entah apa dia lagi ada masalah, atau memang seperti ini sifat aslinya
“Gue benci lo Raka. Kita putus” ucap Windy menangis
Tak lama ada salah satu teman sekelasku datang dan aku menyuruhnya untuk mengantar Windy ke kelas. Saat Raka mau mendekati Windy, Hamid menghentikannya sambil meletakkan telunjukku didepan wajahnya
“Lo, maju selangkah lagi, mati lo” kata Hamid dengan tatapan tajam
“Urusan kita belum selesai” kata Raka sambil menjauh
“Udah lu semua bubar, ini bukan tontonan” ucapku kemudian semua siswa bubar.
Beruntung tidak ada guru yang datang melihat, bisa-bisa kami dipanggil ke ruang BK. Aku menyusul Windy ke kelas diikuti Hamid yang tidak jadi makan. Aku melihat Windy yang sedang menangis di mejanya ditemani Vika dan temanku yang mengantarnya tadi.
“Lo gapapa Win?” tanyaku
“Lo apain si Windy hah?” ucap Vika mendorongku
“Bukan dia Vik, tapi Raka” ucap Windy masih dalam tangisnya
“Oh bukan ya, hehehe sorry” sambil mencubit pipiku
“Sorry” cibirku
“Gue liat Raka lagi ciuman di belakang sekolah, gue labrak dia. “Saat didepan kamar mandi, dia nampar gue” ucap Windy
“Wah, kurang ajar tu cowo” ucap Hamid
“Ga bisa didiemin ini” ucap Vika hendak bergegas
“Eh, mau kemana lu?” tanyaku
“Mau gue bejek bejek tu si Raka” ucap Vika mulai emosi
“Udah ga usah lo ladenin dia, mending lo temenin Windy. Dia pasti lagi butuh seseorang buat cerita” ucapku
“Makanan lo gimana Mid?” tanyaku
“Udah biarin aja, dia lebih penting. Kasian” ucap Hamid
“Cie naksir hahaha” goda Vika
“Ck apaan si Vik, ga lucu” ucap Windy
Kami bertiga mencoba menghibur Windy agar tidak sedih lagi dan seperti yang aku dengar tadi, Windy putus dengan Raka. Awalnya Windy menyukai Raka karena wibawanya ketika ospek dulu. Tetapi tak disangka bahwa Raka memiliki sifat seperti itu. Semenjak kejadian itu, kami berempat menjadi lebih sering menghabiskan waktu bersama. Memang pada awalnya kami bareng, tapi tidak intens, hanya ketika di kelas saja. Saat pulang sekolah, aku berjalan bersama Hamid untuk pulang. Tiba-tiba dari kejauhan kami melihat Raka dan beberapa temannya sedang berdiri di gerbang.
“Kayanya mereka nungguin kita” ucap Hamid
“Yaudah ayo samperin” ucapku
“Gila lo, mau di keroyok?” tanya Hamid
“Ah elah, yang karate itu gue apa elo?” ucapku
Saat kami tiba digerbang luar, kami dihadang oleh Raka dan teman-temannya
“Mereka ini nih yang ikut campur” ucap Raka
“Apaan si Ka, jelas-jelas lo yang salah” ucap Hamid
“Tau apa lo bocah?” ucap Raka sambil mendorong Hamid
Dengan sigap aku langsung menahannya namun Raka juga berhasil mendorongku hingga membuat aku mundur beberapa langkah kebelakang.
“Lu mau cari ribut sama gue hah?” ucap Raka dengan angkuhnya
“Bukannya elu yang cari ribut ya? Coba bilang, laki-laki macam apa yang sampai main fisik ke cewe?” tanyaku menantang
“Lo itu ga tau apa-apa” ucap Raka kemudian
*Buughh
Satu pukulan mendarat di pipi kananku. Aku masih mencoba untuk sabar dan ternyata Raka melakukan hal lebih lagi. Satu tendangan mendarat di perutku dan membuat aku tersungkur jatuh. Hamid tidak tinggal diam, ia mengambil ancang-ancang dan langsung melakukan uppercut sampai membuat Raka mundur. Namun tidak lama teman-temannya langsung menyerangku yang mencoba untuk bangun, dan menyerang Hamid. Karena saat SMP aku pernah belajar pencak silat, jadi aku sedikit mengetahui teknik bela diri ketika menghadapi bahaya.
Aku dan Hamid tentunya kalah jumlah, namun Hamid sepertinya juga masih bisa menangani itu. Hal yang tak aku sangka bahwa Hamid bisa melakukan tendangan memutar hingga membuat salah satu lawan jatuh hingga memuntahkan darah. Pada titik ini akupun sudah merasa sesak akibat tendangan Raka tadi. Raka menarik kerah bajuku dan melakukan satu pukulan di pelipisku sehingga membuatku ambruk untuk yang terakhir kalinya. Sebenarnya aku bisa menahan pukulan di pelipis tadi, namun tendangan yang aku terima di perut membuatku menjadi sesak nafas dan tak berdaya. Lemah memang. Tak lama kemudian aku mendengar sebuah teriakan dari seseorang
“Woy, woy apaan nih berantem? Mau jadi jagoan lu pada?”
“Cabut” ucap Raka kemudian ia dan teman-temannya berlari sambil meringis kesakitan juga
“Rul, Rul, lu gapapa Rul?” ucap seseorang itu yang ternyata adalah security
“Bodoh kalian, cepat panggil ambulan” katanya
Aku masih mampu mendengar dengan samar-samar. Sampai akhirnya semua menjadi gelap. Saat aku tersadar, aku tengah berada disebuah ruangan yang beraromakan obat-obatan. Ku taksir bahwa aku sedang berada dirumah sakit. Aku langsung duduk secara tiba-tiba
“Sialan, kemana tu orang” ucapku lirih
“Orang mana? Kamu udah dirumah sakit” ucap security
“Hamid mana?” tanyaku
“Dia dibawa keruang BK tadi saat kamu dibawa kesini. Sekarang kita lagi menunggu orang tua kamu” ucap pak Samsul
“Oh, ayolah pak, ga usah lah bawa-bawa orang tua saya” ucapku
Beberapa saat kemudian, papa dan mama datang. Mama terlihat khawatir ketika melihat kondisiku. Meskipun rasa sesak itu sudah mulai hilang.
“Kamu gapapa nak? Kok kamu bisa jadi begini, kamu kenapa berantem?” ucap mama
Papa mendekatiku dengan tatapan tajam, kemudian *Plakk. Satu tamparan mendarat di pipiku membuat lebam yang ada diwajahku terasa sakit lagi.
“Astagfirullah pa, kamu ini kenapa?” ucap mama
“Mau jadi jagoan kamu hah? Ngapain kamu berantem segala?” ucap papa emosi
“Maaf pa” ucapku
“Pa, Arul pasti punya alasan, ga mungkin dia tiba-tiba berantem” ucap mama
“Apapun alasannya, papa ga suka lihat kamu berantem Rul. Papa mendidik kamu untuk jadi seseorang yang baik, bukan blangsakan seperti ini” ucap papa
“Pak, mohon tenang, ini rumah sakit” ucap pak Samsul, security yang mengantarku kesini
“Alangkah baiknya kita dengarkan dulu ceritanya, bicarakan baik-baik” lanjut pak Samsul.
Pak Samsul ini memang terkenal dengan sikapnya yang sabar dan bijak. Jadi banyak siswa juga yang dekat dengannya. Hanya saja bagi anak kelas satu, masih belum terlalu dekat. Aku menceritakan tentang kejadian Windy yang ditampar, sampai aku dihadang di gerbang sekolah. Aku lihat papa sudah sedikit lebih tenang, ditambah bantuan dari mama.
“Arul, papa tetap tidak suka kamu berantem seperti itu. Apalagi kamu punya riwayat penyakit jantung bawaan” ucap papa
“Bukannya papa yang mengajarkan agar Arul bisa melindungi perempuan?” ucapku meninggi
“Sudahlah pa, niat Arul juga baik” ucap mama
“Iya, sudahlah, papa ga mau dengar penjelasan Arul” ucapku
Aku bangkit dari strecher, mencabut selang oksigenku dan hendak pergi. Namun pak Samsul menahanku karena beliau masih khawatir dengan kondisiku.
- Flashback (2006)
“Ma, dada Arul sakit ma”
“Kenapa nak? Sakit kenapa?” tanya mama
“Gatau ma” ucapku dengan nafas yang memberat
“Maa” dan aku mulai tak sadarkan diri
Aku terbangun sudah mengenakan tabung oksigen dan selang infus. Mataku melihat kiri dan kanan, dan otakku berusaha menyadarkanku tentang apa yang terjadi saat ini. Kemudian mama mengusap rambutku, dan tak lama papa datang
“Aku kenapa ma?” tanyaku
“Kamu lagi dirumah sakit nak. Kuat ya” ucap mama
“Aa yang kuat yaa, cepet sembuh” ucap si kembar
Kemudian seorang berpakaian sebra putih datang. Kutaksir ia adalah seorang dokter.
“Sebelumnya saya mau tanya, apakah keluarga kalian ada yang memiliki riwayat penyakit jantung?” ucap dokter
“Ada dok, ayah saya dulu meninggal karena sakit jantung” ucap papa
“Begini, gejala yang terlihat, sepertinya adek memiliki gangguan fungsi jantung” ucap dokter “Dan ini bisa disebabkan dari faktor keturunan” lanjutnya
“Keturunan?” ucap mama
“Iya, namun bukan sebagai penyebab utama, tapi faktor genetik/keturunan hanya sebagai pemicu saja” kata dokter “Tapi lebih baik kita menunggu hasil cek darah, dan melakukan beberapa tes untuk lebih yakin nya”
Penyakit jantung koroner terjadi jika suplai darah ke jantung melalui pembuluh darah koroner terhambat oleh lemak. Penimbunan lemak di dalam pembuluh darah ini dikenal dengan istilah aterosklerosis dan merupakan penyebab utama penyakit jantung koroner.
Jantung berfungsi normal manakala aliran darah menuju dan keluar dari jantung berjalan dengan lancar. Biasanya, hal ini ditandai dengan detak jantung atau nadi yang terlalu cepat dibanding biasanya.
Detak jantung/nadi normal adalah 60-100 denyut per menit. Namun banyak dokter belakangan ini yang menyarankan denyut normal jantung sekitar 50-70 denyut per menit.
Lalu, bagaimana terjadinya penyakit jantung? Karena suatu hal, biasanya akibat terjadi penumpukan kolesterol, maka menimbulkan plak. Hal inilah yang memicu pembuluh darah koroner terganggu dan aliran darah menjadi tidak lancar.
Selain denyut menjadi lebih cepat, tekanan darah juga bisa naik saat kondisi seperti itu. Dan dampak lanjutannya adalah suplai oksigen menuju jantung akan terhambat, sehingga fungsi jantung menjadi tidak optimal.
Penderita gangguan jantung ini biasanya akan merasakan nyeri pada dada dan sesak napas. Jika berlangsung lama dan terlambat mendapatkan penanganan, jantung bisa berhenti total, dan inilah yang disebut serangan jantung koroner yang berisiko menimbulkan kematian mendadak.
Beberapa jam kemudian hasil lab keluar, dan dokter memvonis aku memiliki gangguan jantung. Namun karena baru terasa, dokter berkata bahwa ini belum parah. Sehingga masih bisa dicegah dengan menjalani pola makan sehat, mengkonsumsi buah dan sayuran, serta mengurangi makanan berlemak, juga olahraga teratur. Dan penyebab aku sakit karena pola makanku yang buruk, serta malas berolahraga. Mungkin karena kata dokter tadi, faktor genetik menjadi pemicu sehingga aku berada disini sekarang.
Mama menangis mendengar penjelasan dari dokter. Kenapa hatiku tersayat melihat mama meneteskan airmatanya
“Ma, jangan nangis, Arul kuat kok” ucapku mencoba menenangkan mama
“Iya ma, aa kuat, buktinya aa bisa bertahan kan” kata Ani
“Tuh, anak papa aja gamau melihat kamu sedih ma” ucap papa
“Mama khawatir sama kamu nak” lirih mama sambil mengusap rambutku
Aku merasa sedikit tersentak mendengar penjelasan dokter tentang penyakitku ini. Namun aku tak bisa berbuat apa-apa.
“Ma, Arul bakal sembuh kok. Arul kan anak yang kuat. Saat si kembar masuk sekolah, Arul kan udah janji bakal jaga mereka dan juga bakal jaga mama” ucapku
“Betul tu. Kamu harus bisa menjaga perempuan, terutama wanita yang kamu sayangi, yaitu mama dan si kembar” kata papa
“Mama bangga sama kamu nak” ucapnya kemudian mengecup keningku
Diubah oleh neopo 04-09-2022 21:23
itkgid dan 5 lainnya memberi reputasi
6