Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

ยฉ 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

  • Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Membaca sebagai Pengobat Luka Bangsa; Apakah Bangsa Kita Sedang Terluka?

caturkristiyaniAvatar border
TS
caturkristiyani
Membaca sebagai Pengobat Luka Bangsa; Apakah Bangsa Kita Sedang Terluka?


๐Ÿ’” APAKAH BANGSA KITA SEDANG TERLUKA?๐Ÿ’”

Kita bisa melihat beberapa postingan orang-orang penting di media sosial. Katakanlah pejabat negara. Banyak di antara netizen yang mengomentari menggunakan kata negatif. Bahkan banyak pula yang tidak sopan. Ini salah satu luka bangsa kita, belum luka yang lain.
emoticon-Cape deeehhemoticon-Cape deeehhemoticon-Cape deeehh


Kita memaklumi, memang bangsa kita menganut pemerintahan demokrasi. Rakyat memiliki wewenang untuk menyampaikan aspirasinya. Namun, sekarang bukan aspirasi lagi yang muncul, tetapi dipenuhi dengan hujatan.

Jika kita bertukar posisi (meski baru angan๐Ÿ˜ซ) kita mungkin tidak akan mampu menduduki jabatan yang jauh di luar kemampuan kita.๐Ÿซ‚

Jadi, selama diri ini masih bisa berkomentar positif, kenapa tidak? Sekarang, bukan lagi waktunya untuk berlomba-lomba dalam keburukan, kemudahan teknologi seharusnya membuat manusia lebih dekat dengan Tuhan.

Jika manusia disibukkan dengan membaca, maka sangat minim hujatan di antara manusia. Karena, mereka sudah tidak memiliki waktu untuk itu.

Kebanyakan manusia masih mencari keburukan/aib orang lain, sebab mereka memiliki waktu luang, tetapi tidak mampu mengaturnya. Akibatnya, mereka tidak memberikan kesempatan bagi orang lain untuk mengubah perilakunya. Padahal, semestinya yang dilakukan bukan menyebarkan aib, mencari kesalahan, tetapi memberikan nasihat dengan penuh kesopanan. Karena, setiap manusia tidak memiliki pandangan yang sama, maka kita perlu memberikan toleransi.

๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ๐Ÿ‡ฎ๐Ÿ‡ฉ




Kalau kita menengok fenomena di Indonesia, bisa dibilang bukan penduduknya yang tidak gemar membaca, melainkan fasilitasnya saja yang kurang.emoticon-norose

Bulan kemarin saya mengikuti Webinar Nasional bersama Narasumber bidang Literasi dan kepala perpustakaan nasional (Perpusnas). Beberapa keluhan yang dihadapi para pustakawan dan tokoh literasi, bukan karena masyarakatnya tidak gemar membaca, tetapi perpustakaan masih ada yang belum masuk di pelosok desa.

Bahkan, sampai ada aktivis literasi yang membawa buku keliling untuk bacaan anak-anak, tanpa imbalan apa pun. Jadi, kalau kita mendapati bangsa ini terluka dan membutuhkan obat dari pembaca, jangan salahkan dulu masyarakatnya.

Fasilitasnya sudah memadai atau belum? Kalau memang belum, semestinya tetap berpikiran positif.

Tapi, tetap kembali lagi ke diri kita. Sebagaimana netizen yang telah saya singgung di awal, seharusnya tidak menimbulkan konflik di media online, hanya karena kurang membaca.๐Ÿ˜ƒ

๐Ÿ“˜๐Ÿ“ธYang perlu kita lakukan di masa sekarang adalah, tetaplah berusaha untuk mencari bacaan yang sehat. Membaca bukan hanya sekadar baca.

Mungkin di antara teman-teman pernah mendapati tulisan bergenre tidak sedap? Hal ini memicu terjadinya sifat malas membaca. Padahal, pembaca seharusnya berani memilih mana genre yang cocok dan mana yang tidak perlu dibaca.emoticon-heartemoticon-thumbsup

๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ๐ŸŽ

YANG PERLU DIINGAT: BUKAN SEBERAPA TEBAL BUKU YANG DIBACA, TETAPI SEBERAPA MANFAAT YANG DIPEROLEH DARI BACAAN ITU.
๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ๐ŸŽ๐Ÿ๐ŸŽ


Sekarang Kak Caca akan share seputar kerugian dari malas membaca.

Tujuannya agar memotivasi peserta, supaya lebih giat dalam meningkatkan budaya baca. Jika hanya dengan berpangku tangan, mana mungkin luka bangsa bisa diatasi?

Kita mungkin dapat mengandalkan takdir, tapi bagaimana mungkin itu terjadi jika usaha saja 0?

Usaha tanpa doa = sombong
Doa tanpa usaha = bohong


๐Ÿ 1. Minim Kosakata

Ketika seseorang gemar membaca, maka semakin bertambah kosakata baru yang ia dapatkan, baik dalam bidang ilmiah, literatur, maupun sastra. Namun sebaliknya, seseorang yang malas membaca biasanya memiliki kosakata yang jauh lebih sedikit dibandingkan mereka yang suka membaca.

Di sini, bukan berarti yang suka membaca jauh lebih pintar dibandingkan yang tak suka membaca. Akan tetapi, biasanya mereka yang tidak suka membaca sering menggunakan kosakata itu-itu saja, stagnan, dan bisa jadi membosankan.

๐Ÿ 2. Kemampuan Menulis tidak Berkembang

Menulis sangat membutuhkan literatur yang cukup. Jika seseorang gemar membaca, ia akan kaya kosakata, ilmu pengetahuan, dan berbagai pengalaman. Menulis pun jadi mudah.

Namun, apa jadinya jika seseorang malas membaca, tetapi ingin menjadi penulis? Eits, tunggu dulu. Membaca adalah syarat yang harus dibutuhkan bagi seorang penulis. Jadi, seseroang akan lebih mudah menyusun kosakata tatkala ia gemar membaca.

Setuju, ya, Gengs.๐Ÿ˜‰๐Ÿงƒ

๐Ÿ 3. Susah Mendalami Public Speaking

Orang yang gemar membaca, cenderung memiliki rasa percaya diri, baik ketika berbicara di depan umum maupun aktivitas lainnya. Pun, mereka pandai merangkai kosakata.

Semua aspek tersebut berdampak pada potensi public speaking. Jika membaca buku saja malas, bagaimana seseorang bisa melewati proses sosialisasi dalam kehidupan sehari-hari? Padahal public speaking tentu membutuhkan pembahasan yang cukup, tidak stagnan, apalagi membosankan.

๐Ÿ’ฌSetelah membaca daftar kerugian di atas, apakah teman-teman di sini masih ada yang malas membaca? Jika memang ada, saya akan berbagi sedikit tips supaya membaca menjadi suatu budaya dalam kehidupan sehari-hari.๐Ÿ’ฌ


1 Memulai Membaca Tulisan yang disukai

Membaca tak melulu soal tulisan berat. Untuk permulaan, kita bisa memilih genre yang cocok dengan kesukaan kita.

Ingat, yang namanya permulaan tidak langsung berhasil banyak. Kita tidak bisa memforsir diri di atas kemampuan kita. Yang ada nantinya malah membosankan.

Kita perlu membaca secukupnya sesuai dengan genre yang disukai. Tidak perlu banyak-banyak. Baru di hari selanjutnya, kita bisa menambah bacaan untuk memperkaya kosakata.

Setiap tulisan memiliki pembaca sendiri-sendiri. Value dari tulisan tidak mutlak. Karena, ada tulisan yang hanya bisa dibaca usia anak-anak, remaja, dewasa, dan semua umur. Kita harus pandai-pandai memilih bacaan yang sesuai dengan diri kita.

2 Punya Rasa Khawatir

Tak semua rasa khawatir memiliki arti negatif. Kalau aku, biasanya berbicara pada diri sendiri, "Kalau aku enggak baca, pasti aku akan membuang waktu di sebagian hidupku. Waktu yang terbuang sia-sia tak akan kembali lagi. Semua waktu, kelak akan dipertanggungjawabkan di sisi-Nya. Oke, aku akan memanfaatkan waktu sebaik yang aku bisa."

Nah, itu salah satu contoh perkataan aku untuk memberikan energi pada diri sendiri ketika malas melanda.

Apakah Kak Caca pernah malas? Eits, jangan salah. Sebagai manusia biasa, aku juga pernah merasa malas. Malas banget malah.๐Ÿคญ Tapi, alhamdulillah berhasil ngasih motivasi ke diri sendiri. Akhirnya mikir dua kali kalau mau malas-malasan lagi.๐Ÿ˜‰

Dari dua tips tadi, semoga berhasil mengobati luka bangsa ya, Gengs.๐Ÿ˜‰๐Ÿ’ฌ

๐Ÿ๐Ÿ๐Ÿ

emoticon-Wowcantikemoticon-Wowcantikemoticon-Wowcantikemoticon-Wowcantikemoticon-Wowcantik


Terima kasih yang berkenan membaca tulisan receh ini. Semoga membawa manfaat yang berkelanjutan, ya, GanSist. emoticon-SmilieLove you.emoticon-Wowcantikemoticon-heartemoticon-flower
0
581
8
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThreadโ€ข83.4KAnggota
Tampilkan semua post
acmdAvatar border
acmd
#3
#Pengetahuan yang didapat dari sebuah buku/tulisan maka akan dibutuhkan kepandaian menulis & membaca untuk dapat menerimanya, dan akan dibutuhkan dalil/referensi/leterasi dari buku/tulisan lainnya untuk dapat menguatkannya.

Dimana pada akhirnya pengetahuan itu akan kembali ditulis dan kembali tersimpan sebagai buku/tulisan.

#Pengetahuan yang didapat dari sebuah akal (pikiran) manusia, maka akan dibutuhkan keterbukaan akal (pikiran) untuk dapat menerimanya, dan akan dibutuhkan teori/praktek untuk dapat menguatkannya.

Dimana pada akhirnya pengetahuan itu akan kembali pada akal (pikiran) manusia dan kembali tersimpan sebagai logika (opini).

#Pengetahuan yang didapat dari sebuah hati manusia, maka akan dibutuhkan keterbukaan hati (perhatian) untuk dapat menerimanya, dan akan dibutuhkan kasih sayang (pengabdian) untuk dapat menguatkannya.

Dimana pada akhirnya pengetahuan itu akan kembali pada hati manusia dan kembali tersimpan sebagai Cinta.



Dan sebaik baiknya pengetahuan dari sebuah buku/tulisan itu, adalah buku/tulisan yang dapat mengedepankan sebaik baiknya akal (logika).

Dan sebaik baiknya pengetahuan dari sebuah akal (logika) itu, adalah akal (logika) yang dapat mengedepankan sebaik baiknya hati (cinta).

Dan sebaik baiknya pengetahuan dari sebuah hati (cinta) itu, adalah hati (cinta) yang dapat mengedepankan sebaik baiknya iman.



caturkristiyani
caturkristiyani memberi reputasi
1
Tutup
Ikuti KASKUS di
ยฉ 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.