- Beranda
- Stories from the Heart
Kuntilanak Pemakan Bayi [Cerbung Horor]
...
TS
harrywjyy
Kuntilanak Pemakan Bayi [Cerbung Horor]
![Kuntilanak Pemakan Bayi [Cerbung Horor]](https://s.kaskus.id/images/2022/07/31/10600510_202207310531050465.jpg)
Sumber gambar: freepik
Salam kenal, semuanya. Aku mau mulai cerita bersambung yang lumayan panjang. Semoga lancar ya.
Cerita kali ini mengenai sepasang suami-istri yang menempati sebuah rumah baru. Sejak saat itu gangguan dari makhluk halus datang dan mengincar bayi dalam kandungan istrinya.
Langsung saja kita ke ceritanya!

Prolog:
Sore itu menjelang magrib. Adik melakukan sepeda motornya di jalanan desa. Di belakangnya ia membonceng sangat istri yang tengah mengandung anak pertama mereka. Keduanya baru pulang dari rumah sakit setelah melakukan kontrol kandungan bersama bidan.
Setelah melewati area persawahan, mereka berdua pun sampai di dekat rumah. Adi mengurangi kecepatan motornya lalu berhenti tepat di depan rumah. Sebuah rumah tua yang baru mereka beli sekitar satu bulan yang lalu. Rumah ini sangat nyaman ditempati. Apalagi di samping rumah berdiri sebuah pohon beringin besar yang rindang membuat udara sekitar menjadi sejuk.
"Mas, aku masuk duluan ya!" ucap Lia istri Adi yang sedang mengandung.
"Iya silahkan, aku di luar dulu mau cek mesin motor. Kamu istirahat ya," jawab Adi.
"Iya, Mas."
Lia pun berjalan masuk ke rumahnya sambil mengelus perut buncitnya. Hari mulai gelap, cahaya matahari mulai memudar di langit sana. Alunan doa dan sholawat sudah terdengar dari masjid terdekat. Menandakan segera datangnya waktu sholat magrib.
Lia berjalan masuk ke kamarnya, kemudian membuka pintu. Ia merasa heran sebab jendela kamar yang menghadap ke pohon beringin terbuka. Segera ia mendekat untuk menutupnya kembali.
"Ini siapa yang buka? Perasaan udah dikunci."
Saat hendak menutup pintu, tiba-tiba sebuah angin kencang masuk dan meniup badan Lia. Rambutnya terbang dan suatu aura negatif masuk.
"AAAAAA!!!" Lia berteriak sekuat tenaga.
Adi yang mendengar suara istrinya langsung berlari masuk ke rumah dengan wajah panik. Segera ia menuju ke kamar sumber suara. Di kamarnya, ia melihat sang istri terkulai lemas tak berdaya di lantai. Adi segera mendekatinya.
"Lia, kamu kenapa? Lia!" ucap Adi yang panik.
Adi kaget bukan main. Saat ia memegang perut istrinya, perut sang istri yang semula buncit tiba-tiba kempes. Bayi yang ada di dalam kandungannya menghilang entah ke mana. Awalnya ia tak percaya, tapi setelah beberapa kali mengecek. Ternyata benar, bayinya dalam kandungan istrinya hilang!
"Lia!!!"
Adi semakin histeris saat menyadari bahwa istrinya sudah tidak bernapas lagi.
Bersambung....
Untuk part-part selanjutnya, akan saya posting di INDEX di bawah ini.
⬇⬇⬇
Part 1 - Rumah Baru
Part 2 - Kakek Tua Yang Aneh
Part 3 - Barang Pemberian
Part 4 - Bersama Ranti
Part 5 - Sesuatu Di Balik Sesuatu
Part 6 - Penunggu Pohon Beringin
Part 7 - Anak Pertama
Part 8 - Kunjungan
Part 9 - Suara Tangis
Part 10 - Sikap Aneh
Part 11 - Hilang
Part 12 - Kendali Setan
Part 13 - Kebaya Putih
Part 14 - Ancaman Dalam Diam
Part 15 - Pasutri Licik
Part 16 - Masa Lalu Ranti
Part 17 - Rahasia
Part 18 - Skakmat
Part 19 - Ratu Kuntilanak
Part 20 - Kisah Sang Ratu
Part 21 - Kabur
Part 22 - Pengejaran
Part 23 - Ki Dana
Part 24 - Dendam
Part 25 - Penyelidikan
Part 26 - Kepala Desa Baru
Part 27 - Bangkitnya Sang Ratu Kuntilanak
Part 28 - Balas Dendam
Jangan Lupa Mampir ke Cerita Ane yang baru gan berjudul: Pocong Keliling
Bercerita tentang hantu pocong yang meneror seluruh warga desa setiap malam, ikuti keseruannya!

Klik link di bawah ini untuk membaca Pocong Keliling!
https://www.kaskus.co.id/show_post/6...2f0762992c9cb4
Terima kasih bagi yang sudah membaca!
Tunggu update dari ane gan! Mohon maaf bila ada kesalahan.


Diubah oleh harrywjyy 18-09-2022 20:40
sampeuk dan 15 lainnya memberi reputasi
16
15.7K
109
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
harrywjyy
#40
Part 20 - Kisah Sang Ratu
"Mas Jamal! Cepat pergi dari sini! Kamu dalam bahaya!" teriak Ranti yang kini sudah berwujud Kuntilanak. Suaranya terdengar melengking dan tak nyaman di telinga. Badannya tak bisa bergerak selama paku itu menancap di pohon beringin.
"Apa semua itu benar, Pak Kades? Bapak sengaja bawa saya ke rumah ini karena istri saya sedang hamil. Dan Bapak mau jadikan anak saya sebagai makanan istri Bapak? Kalau benar begitu, saya gak akan ragu-ragu buat hajar Bapak!" tanya Abbas sambil menahan emosinya.
Pak Jamal menghela nafas. "Benar! Memang benar aku sengaja membawamu ke rumah ini, supaya Ranti istriku bisa makan bayi lagi setelah sekian lama." Pak Jamal mengakui perbuatannya.
"Tapi, setelah melihat kehamilan istrimu. Ranti merasakan anak dalam kandungan Nina itu sangat memikat, Ranti tak tega memakannya sehingga ia tunggu anak itu lahir. Saat anak itu lahir, Ranti malah semakin sayang. Bahkan sampai saat ini, anakmu masih aman-aman saja, kan? Ranti tetap tak tega memakannya," tutur Pak Jamal menjelaskan.
"Kenapa begitu?"
"Makhluk halus tak selamanya kejam. Terkadang mereka punya perasaan lemah lembut yang tak bisa dimengerti manusia."
"Lantas mana anak saya sekarang?" Abbas kembali bertanya.
Anakkuuu!!! Teriak Ranti dari pohon beringin. "Dia sudah jadi anakku! Hahahahaha!"
"Nanti juga kamu tau, Pak Guru!" Pak Jamal berjalan hingga ke tengah-tengah warga. Ia berdiri sambil menatap semua warga yang hadir dengan sikap yang jantan.
"Benar! Aku Kepala Desa kalian telah menikahi sesosok Ratu Kuntilanak untuk memperkuat ilmu hitam dan melancarkan jabatanku sebagai Kepala Desa. Semua itu benar! Semua Kuntilanak dalam pohon beringin ini adalah peliharaanku, keluargaku sudah lama menganut ilmu hitam! Hahahaha!" Pak Jamal membuat pengakuan tepat di depan para warganya sendiri.
"Ketika sudah terpojok, baru si bajingan itu mau mengaku," kata Kakek Adi sambil memandangnya dengan wajah sebal.
Malam itu menjadi malam pengakuan Pak Jamal. Para warga lalu memasang wajah marah kepada sang kepala desa. Mereka ingin sekali memukul wajah bajingan pria itu, termasuk juga Abbas. Akan tetapi, tak ada yang berani meski jumlah mereka ada banyak. Badan Pak Jamal begitu besar dan kekar, ditambah ilmu hitam yang ia miliki. Para warga berpikir ribuan kali untuk mencari gara-gara dengannya.
"baik!" Salah satu warga mengumpat lalu mengambil sebongkah batu di tanah dan melemparnya ke arah Pak Jamal. Batu itu tepat mengenai kepala sang kepala desa hingga bocor. Darah segar mengalir dari sela-sela rambutnya. Tapi Pak Jamal tetap tenang dan tak bertindak apa-apa.
"Pembohong!"
"Pemuja setan!"
"Kafir!"
Para warga mulai berteriak dan memaki Pak Jamal. Mereka mengambil berbagai benda yang ada di sekitarnya dan mulai melempari Pak Jamal. Benda seperti batu, sandal, kayu dan lain-lain beterbangan menghantam kepala dan badan si Kepala Desa. Tapi pria jantan itu tetap berdiri tenang, menahan sakit di tubuhnya walau sesekali badannya oleng ingin terjatuh.
Kakek Adi menatap dan memperhatikannya, merasakan sesuatu dari raut wajah Pak Jamal. "Kenapa dia diam aja? Ada apa dengan bajingan itu? Pasti sedang merencanakan sesuatu," gumamnya sambil tetap waspada.
Hal ini juga dirasakan oleh Abbas.
"Kenapa dia?" gumamnya yang sejak tadi tak bereaksi apa-apa dan hanya memperhatikan.
Melihat Pak Jamal yang diam saja, kini warga mulai berani menyerangnya secara langsung. Para warga memukul dan menendang Pak Jamal dengan membabi-buta. Kali ini, ia tak diam. Pak Jamal melawan dan memamerkan kemampuannya dalam bela diri silatnya. Meski dikeroyok banyak orang, Pak Jamal mampu memuntahkan semua serangan yang mengarah padanya.
Tangan dan kakinya bergerak bersamaan menghantam ke berbagai arah serangan. Sehingga tak mudah bagi warga untuk menyentuhnya, padahal Pak Jamal hanya sendiri. Tapi mereka seperti melawan ratusan orang dalam satu tubuh. Malam yang biasanya sepi, kini berubah menjadi malam yang ramai dengan sebuah pertarungan satu melawan puluhan orang seperti dalam film-film kung fu.
Suara pukulan terus terdengar. Pak Jamal tak juga tumbang, akhirnya salah satu warga mulai frustasi. Sebuah jerigen berisi minyak tanah dibawa oleh salah satu warga. Melihat itu, Abbas sudah tahu apa yang akan terjadi.
"Jangan!" teriak Abbas berusaha menghentikan.
"Dia bukan manusia! Dia iblis! Gak akan mempan dipukul, minggir semua!" teriak salah satu warga yang membawa jerigen minyak.
Para warga menyingkir dan membuka jalan, semuanya menjauh dari Pak Jamal. Dan dengan leluasa, warga itu menyiram Pak Jamal dengan minyak tanah. Pria itu kaget saat cairan berbau pekat itu membasahi tubuhnya.
"Mati kamu!" kata salah satu warga.
"Mas Jamaaall!!" teriak Kuntilanak Ranti dari pohon beringin.
Satu orang warga melempar korek kayu ke arah Pak Jamal. Dan seketika itu juga api yang sangat besar berkobar. Menyala di tengah gelapnya malam. Badan Pak Jamal dilahap si jago merah, menghanguskan kulit dan rambutnya. Ia bergerak tak karuan, sementara apinya semakin besar.
Melihat itu, Abbas pun panik. "Kalian gila! Gak seperti ini caranya!" Ia buru-buru mencari sumber air untuk menolong Pak Jamal. Namun, para warga menghalangi niat baiknya itu.
Dalam kesakitan itu, Pak Jamal sadar dirinya tak akan selamat. Ia menenangkan diri, lalu dengan santai duduk di atas tanah dengan posisi bersila. Ia biarkan api membakar dirinya. Ia tahan segala rasa sakit itu. Sambil bersila, Pak Jamal menutup mata dan mulutnya membaca mantra.
Dan bimsalabim! Tiba-tiba saja, badan Pak Jamal menghilang entah ke mana. Meninggalkan kain dan celana yang dikenakan. Jasad sang kepala desa menghilang bak ditelan bumi meninggalkan pakaiannya.
"Kemana setan itu?" tanya para warga.
"Badannya menghilang!"
"Dasar Iblis licik!"
"Namanya juga setan!"
Para warga mulai kesal sekaligus takut melihat badan Pak Jamal yang mendadak hilang. Meninggalkan kobaran api besar yang terus menyala, para warga berbondong-bondong mengambil air dan memadamkan api tersebut.
Setelah api padam, benar-benar tak ada jejak dari Pak Jamal. Kecuali celana pendek dan kain yang dikenakannya. Para warga kebingungan ke mana perginya tubuh Pak Jamal, namun di samping itu mereka juga merasa wajar karena orang itu menganut ilmu hitam.
"Kalian akan mempertanggung jawabkan semua ini! Akan kubalas kalian!" teriak Kuntilanak Ranti yang tak terima sang suami dibakar warga. Matanya memerah dan gigi-gigi runcingnya keluar. Ia juga mengeluarkan aura yang sangat kuat, sehingga beberapa warga yang ada di sana merasa mual dan pusing.
Kakek Adi menatap wajah pucat Kuntilanak itu. "Urusanmu, adalah denganku!" tegas Kakek Adi sambil mengangkat palunya tinggi-tinggi.
"Tidak! Tidak! Kau akan menyesal! Manusia bajingan!" bentak Sang Ratu Kuntilanak.
"Aku gak pernah lupa, saat dahulu kau bunuh calon bayiku," gumam Kakek Adi. "Setan Jahanam!" Kakek Adi dengan sekuat tenaga memukul paku itu hingga masuk sepenuhnya ke dalam pohon beringin.
Kuntilanak Ranti berteriak keras hingga para warga menutup telinga saking Cumiiknya suara itu. Kemudian, suatu energi menghisap sosok Kuntilanak itu masuk ke dalam pohon beringin. Bersamaan dengan Kuntilanak-Kuntilanak lain yang menjadi bawahannya.
Angin kencang terasa berputar-putar di sekitar pohon. Dedaunan beterbangan ke mana-mana. Bahkan saking kencangnya angin, beberapa dahan pohon patah dan hampir mengenai warga. Kakek Adi terus membaca mantra demi kelancaran aksinya ini. Sampai akhirnya, perlahan angin itu berhenti.
"Terkuncilah," gumam Kakek Adi mengakhiri mantranya.
Kuntilanak dan segala energi negatif pun menghilang. Paku ajaib Kakek Adi membuatnya terkunci dalam pohon beringin. Sebaliknya, aura positif dan kedamaian mulai terasa malam itu. Angin sepoi-sepoi berhembus dan rembulan malam bersinar terang.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan Pasha dari dalam kamar. Mendengar tangisan anaknya, Abbas buru-buru berlari masuk ke dalam rumah. "Pasha! Anakku! Ya Allah!" ucapnya dengan wajah senang.
"Alhamdulillah," ucap para warga yang ikut senang setelah Pasha kembali ditemukan. Beberapa dari mereka ikut masuk ke rumah Abbas untuk melihat kondisi bayi itu. Semua senang dan bersuka-cita.
Sementara di luar, Kakek Adi berdiri menatap paku yang ia tancapkan di pohon beringin. "Selesai sudah perjalananmu Ranti!" gumamnya.
"Apa semua itu benar, Pak Kades? Bapak sengaja bawa saya ke rumah ini karena istri saya sedang hamil. Dan Bapak mau jadikan anak saya sebagai makanan istri Bapak? Kalau benar begitu, saya gak akan ragu-ragu buat hajar Bapak!" tanya Abbas sambil menahan emosinya.
Pak Jamal menghela nafas. "Benar! Memang benar aku sengaja membawamu ke rumah ini, supaya Ranti istriku bisa makan bayi lagi setelah sekian lama." Pak Jamal mengakui perbuatannya.
"Tapi, setelah melihat kehamilan istrimu. Ranti merasakan anak dalam kandungan Nina itu sangat memikat, Ranti tak tega memakannya sehingga ia tunggu anak itu lahir. Saat anak itu lahir, Ranti malah semakin sayang. Bahkan sampai saat ini, anakmu masih aman-aman saja, kan? Ranti tetap tak tega memakannya," tutur Pak Jamal menjelaskan.
"Kenapa begitu?"
"Makhluk halus tak selamanya kejam. Terkadang mereka punya perasaan lemah lembut yang tak bisa dimengerti manusia."
"Lantas mana anak saya sekarang?" Abbas kembali bertanya.
Anakkuuu!!! Teriak Ranti dari pohon beringin. "Dia sudah jadi anakku! Hahahahaha!"
"Nanti juga kamu tau, Pak Guru!" Pak Jamal berjalan hingga ke tengah-tengah warga. Ia berdiri sambil menatap semua warga yang hadir dengan sikap yang jantan.
"Benar! Aku Kepala Desa kalian telah menikahi sesosok Ratu Kuntilanak untuk memperkuat ilmu hitam dan melancarkan jabatanku sebagai Kepala Desa. Semua itu benar! Semua Kuntilanak dalam pohon beringin ini adalah peliharaanku, keluargaku sudah lama menganut ilmu hitam! Hahahaha!" Pak Jamal membuat pengakuan tepat di depan para warganya sendiri.
"Ketika sudah terpojok, baru si bajingan itu mau mengaku," kata Kakek Adi sambil memandangnya dengan wajah sebal.
Malam itu menjadi malam pengakuan Pak Jamal. Para warga lalu memasang wajah marah kepada sang kepala desa. Mereka ingin sekali memukul wajah bajingan pria itu, termasuk juga Abbas. Akan tetapi, tak ada yang berani meski jumlah mereka ada banyak. Badan Pak Jamal begitu besar dan kekar, ditambah ilmu hitam yang ia miliki. Para warga berpikir ribuan kali untuk mencari gara-gara dengannya.
"baik!" Salah satu warga mengumpat lalu mengambil sebongkah batu di tanah dan melemparnya ke arah Pak Jamal. Batu itu tepat mengenai kepala sang kepala desa hingga bocor. Darah segar mengalir dari sela-sela rambutnya. Tapi Pak Jamal tetap tenang dan tak bertindak apa-apa.
"Pembohong!"
"Pemuja setan!"
"Kafir!"
Para warga mulai berteriak dan memaki Pak Jamal. Mereka mengambil berbagai benda yang ada di sekitarnya dan mulai melempari Pak Jamal. Benda seperti batu, sandal, kayu dan lain-lain beterbangan menghantam kepala dan badan si Kepala Desa. Tapi pria jantan itu tetap berdiri tenang, menahan sakit di tubuhnya walau sesekali badannya oleng ingin terjatuh.
Kakek Adi menatap dan memperhatikannya, merasakan sesuatu dari raut wajah Pak Jamal. "Kenapa dia diam aja? Ada apa dengan bajingan itu? Pasti sedang merencanakan sesuatu," gumamnya sambil tetap waspada.
Hal ini juga dirasakan oleh Abbas.
"Kenapa dia?" gumamnya yang sejak tadi tak bereaksi apa-apa dan hanya memperhatikan.
Melihat Pak Jamal yang diam saja, kini warga mulai berani menyerangnya secara langsung. Para warga memukul dan menendang Pak Jamal dengan membabi-buta. Kali ini, ia tak diam. Pak Jamal melawan dan memamerkan kemampuannya dalam bela diri silatnya. Meski dikeroyok banyak orang, Pak Jamal mampu memuntahkan semua serangan yang mengarah padanya.
Tangan dan kakinya bergerak bersamaan menghantam ke berbagai arah serangan. Sehingga tak mudah bagi warga untuk menyentuhnya, padahal Pak Jamal hanya sendiri. Tapi mereka seperti melawan ratusan orang dalam satu tubuh. Malam yang biasanya sepi, kini berubah menjadi malam yang ramai dengan sebuah pertarungan satu melawan puluhan orang seperti dalam film-film kung fu.
Suara pukulan terus terdengar. Pak Jamal tak juga tumbang, akhirnya salah satu warga mulai frustasi. Sebuah jerigen berisi minyak tanah dibawa oleh salah satu warga. Melihat itu, Abbas sudah tahu apa yang akan terjadi.
"Jangan!" teriak Abbas berusaha menghentikan.
"Dia bukan manusia! Dia iblis! Gak akan mempan dipukul, minggir semua!" teriak salah satu warga yang membawa jerigen minyak.
Para warga menyingkir dan membuka jalan, semuanya menjauh dari Pak Jamal. Dan dengan leluasa, warga itu menyiram Pak Jamal dengan minyak tanah. Pria itu kaget saat cairan berbau pekat itu membasahi tubuhnya.
"Mati kamu!" kata salah satu warga.
"Mas Jamaaall!!" teriak Kuntilanak Ranti dari pohon beringin.
Satu orang warga melempar korek kayu ke arah Pak Jamal. Dan seketika itu juga api yang sangat besar berkobar. Menyala di tengah gelapnya malam. Badan Pak Jamal dilahap si jago merah, menghanguskan kulit dan rambutnya. Ia bergerak tak karuan, sementara apinya semakin besar.
Melihat itu, Abbas pun panik. "Kalian gila! Gak seperti ini caranya!" Ia buru-buru mencari sumber air untuk menolong Pak Jamal. Namun, para warga menghalangi niat baiknya itu.
Dalam kesakitan itu, Pak Jamal sadar dirinya tak akan selamat. Ia menenangkan diri, lalu dengan santai duduk di atas tanah dengan posisi bersila. Ia biarkan api membakar dirinya. Ia tahan segala rasa sakit itu. Sambil bersila, Pak Jamal menutup mata dan mulutnya membaca mantra.
Dan bimsalabim! Tiba-tiba saja, badan Pak Jamal menghilang entah ke mana. Meninggalkan kain dan celana yang dikenakan. Jasad sang kepala desa menghilang bak ditelan bumi meninggalkan pakaiannya.
"Kemana setan itu?" tanya para warga.
"Badannya menghilang!"
"Dasar Iblis licik!"
"Namanya juga setan!"
Para warga mulai kesal sekaligus takut melihat badan Pak Jamal yang mendadak hilang. Meninggalkan kobaran api besar yang terus menyala, para warga berbondong-bondong mengambil air dan memadamkan api tersebut.
Setelah api padam, benar-benar tak ada jejak dari Pak Jamal. Kecuali celana pendek dan kain yang dikenakannya. Para warga kebingungan ke mana perginya tubuh Pak Jamal, namun di samping itu mereka juga merasa wajar karena orang itu menganut ilmu hitam.
"Kalian akan mempertanggung jawabkan semua ini! Akan kubalas kalian!" teriak Kuntilanak Ranti yang tak terima sang suami dibakar warga. Matanya memerah dan gigi-gigi runcingnya keluar. Ia juga mengeluarkan aura yang sangat kuat, sehingga beberapa warga yang ada di sana merasa mual dan pusing.
Kakek Adi menatap wajah pucat Kuntilanak itu. "Urusanmu, adalah denganku!" tegas Kakek Adi sambil mengangkat palunya tinggi-tinggi.
"Tidak! Tidak! Kau akan menyesal! Manusia bajingan!" bentak Sang Ratu Kuntilanak.
"Aku gak pernah lupa, saat dahulu kau bunuh calon bayiku," gumam Kakek Adi. "Setan Jahanam!" Kakek Adi dengan sekuat tenaga memukul paku itu hingga masuk sepenuhnya ke dalam pohon beringin.
Kuntilanak Ranti berteriak keras hingga para warga menutup telinga saking Cumiiknya suara itu. Kemudian, suatu energi menghisap sosok Kuntilanak itu masuk ke dalam pohon beringin. Bersamaan dengan Kuntilanak-Kuntilanak lain yang menjadi bawahannya.
Angin kencang terasa berputar-putar di sekitar pohon. Dedaunan beterbangan ke mana-mana. Bahkan saking kencangnya angin, beberapa dahan pohon patah dan hampir mengenai warga. Kakek Adi terus membaca mantra demi kelancaran aksinya ini. Sampai akhirnya, perlahan angin itu berhenti.
"Terkuncilah," gumam Kakek Adi mengakhiri mantranya.
Kuntilanak dan segala energi negatif pun menghilang. Paku ajaib Kakek Adi membuatnya terkunci dalam pohon beringin. Sebaliknya, aura positif dan kedamaian mulai terasa malam itu. Angin sepoi-sepoi berhembus dan rembulan malam bersinar terang.
Tiba-tiba terdengar suara tangisan Pasha dari dalam kamar. Mendengar tangisan anaknya, Abbas buru-buru berlari masuk ke dalam rumah. "Pasha! Anakku! Ya Allah!" ucapnya dengan wajah senang.
"Alhamdulillah," ucap para warga yang ikut senang setelah Pasha kembali ditemukan. Beberapa dari mereka ikut masuk ke rumah Abbas untuk melihat kondisi bayi itu. Semua senang dan bersuka-cita.
Sementara di luar, Kakek Adi berdiri menatap paku yang ia tancapkan di pohon beringin. "Selesai sudah perjalananmu Ranti!" gumamnya.
hernawan911 dan 4 lainnya memberi reputasi
5
Tutup