- Beranda
- Stories from the Heart
Kisah Seorang Pramugari (True Story)
...
TS
aymawishy
Kisah Seorang Pramugari (True Story)

Di saat kau merasa hidup sendiri
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Dalam kerasnya dunia
Tersenyumlah
Bila kau pun harus berputus asa
Berpikir semua kan berakhir
Tersenyumlah
Kau tak sendiri aku di sini
Menantimu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri aku di sini
Berikan tanganmu mari kita hadapi
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang dan tetap melangkah
Kau tak sendiri
Perhatikan sekitar coba kau amati
Hidup bukan sekedar tentang patah hati
Dan semua yang terjadi ambil hikmahnya
Om Iwan pun berkata "ambil indahnya"
Kau tak sendiri aku di sini
Memanggilmu bersama hangatnya mentari
Kau tak sendiri kami di sini
Raihlah tanganku bersama kita lewati
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kau inginkan yang kau harapkan
Hadapilah dengan hati tenang teruskan melangkah
Kau tak sendiri
Hidup memang tak selalu seperti
Yang kita inginkan yang kita harapkan
Hadapilah dengan hati tenang
Yakinkan dirimu
Kau tak sendiri yeah yeah yeaah
Quote:
Hai, aku Anes, nama panggilan dari pemilik akun aymawishy ini. Semasa sekolah, aku tinggal di sebuah Kabupaten di Jawa Timur bagian timur.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Mungkin yang sudah membaca threadku yang menceritakan bagaimana kisahku semasa SMPakan lebih tahu bagaimana kejamnya orang-orang di sekitarku memperlakukanku.
Tapi, seperti yang Papaku bilang, aku harus tetap semangat dan harus terus berperilaku baik meski dijahatin.
Selepas SMA, aku merantau ke Surabaya. Disaat itulah aku benar-benar ingin hidup mandiri tanpa bantuan dari Papa. Karenanya, aku harus bekerja agar bisa kuliah.
Awal kehidupanku di perantauan, sangatlah penuh perjuangan.
Ngekos di kosan kumuh, aku pernah. Disana aku ngerasain tidur diatas kasur yang basah karena atap kamarku bocor selama musim penghujan. Dan juga kamar mandi yang lantainya meski disikat berkali-kali pakai WPC, tetap berwarna hitam karena lumutan.
Selain itu, selama 3 bulan berturut-turut, tiap harinya hanya makan roti seharga seribuan yang aku beli di warung kopi dekat kantor tempat aku magang. Yaa meski, alhamdulillahnya ada aja orang baik yang ngasih aku makan. Ohya, karena sering banget makan roti tanpa makan nasi, aku jadi punya “maag” hehehe.
Rasanya jika diingat, masih banyak perjuangan-perjuangan yang aku lalui sejak tahun 2012.
Ohya..
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Saat nanti aku berbagi cerita di thread ini, tolong jangan dihujat ya.
Sebab..
Aku bukanlah seorang penulis, jadi jangan pernah berharap lebih terhadap tulisan yang aku bagi.
Aku juga bukanlah orang hebat yang hanya ingin berbagi pengalaman yang aku alami.
Pokok Isi Cerita
Quote:
#Bagian 1
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
-Part 1 : Awal Mula
-Part 2 : Menjemput Restu
-Part 3 : Tahap Awal
-Part 4 : Pantang Mundur
-Part 5 : Tentang Cinta Pertama
-Part 6 : Terjebak Nostalgia
-Part 7 : Mungkin Nanti
-Part 8 : Undangan?
Quote:
#Bagian 2 : Proses Perekrutan Pramugari
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
-Part 9 : Hi, Jakarta! Be Nice Please!
-Part 10 : Hall of Fame
-Part 11 : Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!
-Part 12 : Papa Yang Makin Menua
-Part 13 : Manis Dan Pahit
-Part 14 : Yok Opo Seh!
-Part 15 : Dikirim Malaikat Baik Yang Menjelma Menjadi Manusia
-Part 16 : Medical Examination
-Part 17 : Curhat Dadakan, Berujung Menyesakkan
-Part 18 : Menjelang Tahun Baru
-Part 19 : Selamat Datang Tahun 2017!
-Part 20 : Made Darma
-Part 21 : Hari Yang Kutunggu
-Part 22 : PANTUKHIR!
Quote:
#Bagian 3
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
-Part 23 : Kesempatan Kedua
-Part 24 : Accedere
-Part 25 : Tentang Rey!
-Part 26 : Become In Love
-Part 27 : Buket Mawar Merah
-Part 28 : Out Of Control
-Part 29 : Di Zangrandi
-Part 30 : Pantukhir Kedua
-Part 31 : Si Paling Inisiatif
-Part 32 : Agnes
-Part 33 : Cemburu
-Part 34 : Rey!?
-Part 35 : Ternyata…
-Part 36 : Di Puncak Bromo
-Part 37 : Berpisah
-Part 38 : Hasil Pantukhir
-Part 39 : Tyas!
-Part 40 : Di Kampung Halaman
-Part 41 : Berpamitan
Quote:
#Bagian 4 : Initial Flight Attendant’s Ground Training
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
-Briefing and Sign Contract :
-Part 42 : Sekilas Tentang Ground Training
-Part 43 : Kog Begini Amat Sih?!
###
-Part 44 : Drama Perkara Sepatu
-Part 45 - Astaga!!
-Part 46 : KACAU!
-Part 47 : Drama di Hari Pertama
-Part 48 : Apa Benar FA Harus Deketin Pilot Agar Jam Terbangnya Banyak?
-Part 49 : Jawaban Dari Pertanyaan Mia
-Part 50 : Learning By Doing
-Part 51 : Tentang Chapter Lima dan CET
-Part 52 : Rey Datang Lagi
-Part 53 : Tersimpul Luka Kedua Kali
-Part 54 : White Horse
-Part 55 : Menjelang Flight Training
-Part 56 : Overthinking!
Quote:
#Bagian 5 : Flight Training
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
-Part 57 : Junior Selalu Salah
-Part 58 : Briefing Before Flight
-Part 59 : About Preflight Check
-Part 60 : Company Check
-Part 61 : Berjuang Lagi!
-Part 62 : Jungle And Sea Survival Part I
-Part 63 : Jungle And Sea Survival Part II
-Part 64 : Jungle And Sea Survival Part III
-Part 65 : Jungle And Sea Survival Part IV
-Part 66 : CCFA & DGCA Check
Quote:
#Bagian 6 : Kehidupan Seorang Pramugari
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
-Part 67 : Persiapan Untuk Terbang
-Part 68 : My First Flight
-Part 69 : Rian dan Ihsan
-Part 70 : Setan Penjaga Kamar Vs Senior Ala Ala
-Part 71 : Kisah Kasih Tak Sampai
-Part 72 : Padaido
-Part 73 : Hubungan Tanpa Status
-Part 74 : Mimpi Aneh
-Part 75 : Putri Kebaya
-Part 76 : Kamu Mau Jadi Pramugari Yang Seperti Apa?
-Part 77 : Turbulensi
-Part 78 : Hari-hari Bersama Papa
-Part 79 : Papa, It’s My Birthday!
-Part 80 : Duka Yang Bertubi
-Part 81 : Flashback to 2017
-Part 82 : Tentang Aku dan Dia
Diubah oleh aymawishy 02-02-2024 08:38
Dhekazama dan 47 lainnya memberi reputasi
48
64.1K
Kutip
1K
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aymawishy
#36
Part 11 - Berpisah Dengan Shasa, Bertemu Dengan Wildan!
Spoiler for Berpisah dengan Shasa, Bertemu dengan Wildan!:
Siang itu setelah kejadian kebelet pipis, aku belum juga kembali ke hotel sebab ingin menunggu Shasa.
// Shasa, aku udah kelar shalat nih dan lagi mau ke alfamart dulu. Kamu mau nitip sesuatu ga? //
// Engga, Kak. Makasih ya. Kakak balik hotel duluan aja gapapa. //
// Kamu masih nunggu ya? //
// Iya nih Kak. Soalnya tadi ada 6 penguji keluar dari aula, keknya mau istirahat gitu. Kayanya mereka gantian untuk istirahat deh Kak. //
// Ohgitu, oke! //
// Engga, Kak. Makasih ya. Kakak balik hotel duluan aja gapapa. //
// Kamu masih nunggu ya? //
// Iya nih Kak. Soalnya tadi ada 6 penguji keluar dari aula, keknya mau istirahat gitu. Kayanya mereka gantian untuk istirahat deh Kak. //
// Ohgitu, oke! //
Tak berselang lama dari aku mengirim pesan teks ke Shasa, aku segera ke alfamart dan kembali ke aula setelahnya. Kini, aku sudah berdiri mematung di depan pintu masuk aula dengan satu botol minuman manis, satu botol air mineral, juga roti dan cokelat di tangan. Saat itu, aku tengah sibuk memperhatikan betapa riwehnya para kandidat saling tanya jawab dan bertukar pendapat satu sama lain, namun Shasa terlihat seorang diri hanya menunduk dan diam. Aku melangkah mendekatinya dan menepuk pelan pundaknya.
“Shasaa..”, panggilku. Dia menoleh dengan ekspresi wajah yang datar dan tampak kelelahan.
“Ini aku bawain roti untuk kamu.”
“Yaampun, Kak. Kenapa repot-repot? Makasih ya Kak.”
“Sama-sama yaa. Aku boleh duduk ga?”
“Boleh-boleh.”, ujarnya sembari mempersilahkan aku duduk di sebelahnya.
“Yaudah dimakan rotinya. Itu juga ada air mineral kalau kamu haus, juga ada cokelat dan minuman manis buat nambah mood jadi baik dan semangat lagi.”
“Iya Kak, aku makan rotinya dulu yaa. Sekali lagi makasih ya Kak.”
“Iya Shasaa, sama-sama. Udah ah cape jawabin makasih kamu mulu hehehe”, jawabku mengajaknya bercanda. Disaat itu aku baru melihat Shasa tersenyum. Dia melahap roti ditangannya sembari meminum minuman manis yang juga sudah di buka tutup botolnya.
“Kak, tadi Kakak ditanya apa aja?”, tanyanya dengan roti masih di dalam mulutnya. Aku memberitahu semuanya tanpa terlewat satu pun. Namun, aku tidak memberitahu penguji mana yang mengujiku, sebab aku khawatir jika nanti dia diuji oleh penguji lain yang bukan pengujiku, membuatnya jadi down sebelum berperang. Setelah Shasa melahap habis rotinya, dia memakan cokelat yang tampaknya dia sangat menyukainya.
“Kak, mau ga bantu aku? Semaleman aku ngehapalin teks ini, boleh ga Kakak ngoreksi setiap kalimat dari aku apa sudah sama dengan yang di catatan ini?”, tanyanya. Aku pun mengiyakannya. Dan hebatnya, dia sudah menghapal teks sepanjang itu loh! Karena dia sudah menghapalnya, aku pun diminta olehnya untuk bertanya sekaligus menjawab pertanyaanku, nanti dia akan menghapal jawabanku juga katanya. Aku menuruti apapun yang dia mau, supaya dia bisa melakukan yang terbaik dan bisa lebih semangat. Sekitar satu jam kami saling bertanya jawab, akhirnya waktu dia untuk speaking test tiba.
“Kak, do’ain Shasa yaa!!”, pintanya saat sebelum meninggalkan aku dan barang-barangnya.
Sejak saat itu, Shasa lebih ceria dari biasanya. Bahkan aku jadi mengerti, kenapa dia lebih suka menyendiri selama ini. Sekitar 30 menit aku menunggunya, dia terlihat kegirangan saat turun dari tangga menuju tempat dimana aku duduk. Dari ekspresinya terlihat sangat jelas bahwa dia berhasil melakukan wawancara kali ini.
“Kaak Anes!! Makasih banyak yaaa udah bantuin aku. Tadi aku lumayan lancar saat ngejawab pertanyaan-pertanyaan yang nyaris sama dengan yang Kak Anes kasih tau.”
“Huaa Alhamdulillah kalau gitu. Jadi ikut seneng!!”
“Yaudah yuk balik hotel! Makasih udah ditungguin ya Kak. Makasih juga udah jagain barang-barangku.”
“Anytime, Sha. Yyuk balik!!”, kami pun mulai berjalan beriringan dan meninggalkan aula.
“Btw dari kamar Kakak, viewnya bagus ga?”, tanya Shasa. Per hari ini, kami diminta oleh perusahaan untuk tidur sekamar karena alasan ‘efisiensi’, entah aku pindah ke kamar Shasa ataupun sebaliknya.
“Hm viewnya sih kolam renang, Sha.”
“Ih bagus. Kalau gitu, aku pindah kamar Kak Anes aja yaa. Boleh?”
“Boleh dong!”
Siang menjelang sore di hari itu, akupun sibuk membantu Shasa pindahan dari kamarnya ke kamarku. Sebagai gantinya, dia akan menemaniku berenang setelahnya.
“Huhu maafin aku ya Kak, barang-barangku banyak. Sebagai rasa terima kasih dari aku, nanti aku temenin Kak Anes berenang deh! Please mau yaaa??”, aku hanya tertawa meresponsnya.
Shasa yang sebelumnya adalah seseorang yang pendiam, kini berubah menjadi apa adanya dia. Dia yang di hari pertama tidak ingin ‘nyebur’ ke kolam renang karena ga bisa berenang, sore itu dia malah memintaku untuk mengajarinya berenang.
“Shasaaaa… Kamu tadi bilang mau nemenin aku berenang kan?”
“Iyaaa..”
“Kalau gini ceritanya, ini bukan kamu yang nemenin aku, tapi aku yang nemenin kamu!! Eh bukan nemenin, tapi ngejagain!!”, candaku sebab dia yang sama sekali ga ngebolehin aku jauh-jauh darinya selama di dalam kolam.
“Hahahaha iya ya??”
“Dasar!!”, aku menyipratkan air padanya. Dia yang tak mau kalah, membalasnya dengan penuh tenaga. Aku yang baru beberapa jam dekat dengannya, mulai menyadari satu hal yang tak disangka-sangka, rupanya dia juga sama bawelnya denganku!
Langit Jakarta mulai petang, matahari perlahan mulai tenggelam. Aku dan Shasa yang kini tengah duduk di kursi rotan hitam, sedang menatap layar handphone masing-masing dengan penuh keseriusan dan saling terdiam. Aku memperhatikan satu demi satu nama kandidat yang lolos ke tahap berikutnya. Namun, setelah kucari dan kubaca berkali-kali, aku tak menemukan nama yang ku harapkan ada di dalamnya. Aku tak sanggup bergerak, bernapas pun aku lakukan secara perlahan. Aku hanya bisa mematung dan berusaha menahan hawa dingin menerpa tubuhku yang masih sangat basah. Sampai ada suara yang memanggilku dengan sangat lirih. Suara yang beberapa saat lalu penuh keceriaan dan harapan, namun kini penuh dengan kesedihan.
“Mba Anes……”
“Nama aku ga ada….”
Aku terdiam beberapa saat, tak meresponsnya.
Rasanya kali ini, tak akan semudah aku menenangkan Lia dan juga Deva.
“Baru juga aku dekat sama Mba Anes..”, tambahnya.
“Shasa, gapapa, kita masih bisa jadi temen kog. Nanti kalau ada kesempatan lagi, Shasa bisa ikutan lagi. Hmm? Shasa jangan patah semangat ya?”
“Mba Anes, janji bakal tungguin aku yaaa…”
“Iyaaa, aku tungguin ya..”
Aku mengakhiri waktu petang di hari itu dengan sebuah pembelajaran, bahwasanya terkadang Allah menyayangi kita bukan dengan cara memberikan apa yang kita inginkan, tapi justru dengan menjauhkannya karena ingin menyelamatkan kita dari sesuatu yang tidak baik untuk hidup kita. Mungkin sekarang, Shasa sedang diselamatkan dari sesuatu yang ga baik untuknya. Sama halnya denganku, jika kembali memikirkan alasan kenapa Mas Ibor dengan mudahnya pergi begitu saja, karena mungkin Allah sedang menyelamatkanku dari sesuatu yang ga baik kedepannya. Kita ga akan pernah tahu, bukan?
***
15 Desember 2016, Kamis.
Matahari pagi di hari itu sepertinya masih malu-malu untuk menampakkan cahayanya. Sebab tak seperti biasanya jam segini langit masih sedikit gelap dan kehangatannya belum bisa dirasa. Sama halnya dengan keceriaanku yang hingga pagi ini masih terampas dengan ingatan tentang dia. Ditambah lagi, pagi ini aku harus berpisah dengan Shasa. Hufh, sepertinya ga perlu aku jabarkan lagi bagaimana rasanya saat rasa galau bertemu dengan rasa sedih.
Sekitar jam setengah tujuh pagi, aku menemani Shasa di lobby untuk menunggu mobil hotel yang akan mengantarnya ke bandara. Pagi itu, aku yang lebih banyak diam, sedangkan Shasa lebih banyak bicara, yang secara tak langsung memberikan kesan bahwa dia sudah bisa ikhlas menerima semuanya.
“Kak Anes, goodluck untuk hari ini dan seterusnya ya!! Doain aku bisa nyusul Kak Anes!!”
“Makasih ya Sha. Kamu hati-hati yaa. Kabarin kalau udah landing di Lubuklinggau!”
Kami pun berpelukan singkat tepat sebelum dia naik ke dalam mobil.
“Yaudah buruan gih siap-siap, Kak Anes belum make-up-an loh!! Belum mandi jugaa kaan?”, katanya setelah dia duduk dan langsung membuka jendela.
“Iyaaa!”
“Byeee!!!”, teriaknya sambil ‘dadah-dadah’in aku saat mobil sudah mulai melaju menjauh dari tempat dimana aku berdiri.
Setelah membalas ‘dadah-dadah’nya Shasa, aku kembali memasuki lobby dan berjalan menuju lift dengan langkah tergesa. Namun, langkahku tertahan saat melihat tempat breakfast masih sangat sepi dan hanya ada staff penjaga. Akhirnya pagi itu aku memilih untuk sarapan terlebih dahulu.
Saat aku asik sarapan dengan melihat-melihat Pathku, tiba-tiba ada notifikasi pesan masuk dari Shasa.
// Kak Anes, makasih ya sudah baik banget sama Shasa.. //
// Yee mulai deh mellownya
//
// Yee mulai deh mellownya
//Aku membalas pesan Shasa dengan singkat, berharap membuatnya tidak terlalu larut dalam kesedihannya. Setelahnya aku kembali membuka Path. Jika diingat, dulu aku masih belum punya akun instagram, sebab aku lebih menyukai Path. Entah, aku merasa di Path lebih bisa menjaga privasi aja gitu hehehe. Biasanya, saat membuka Path, aku selalu mengecek DMnya terlebih dahulu. Di Path, pesan yang terkirim dan dikirim, akan hilang dengan sendirinya jika sudah melebihi waktu 24 jam. Namun, tidak meninggalkan akun Path dalam obrolan tersebut. Jadi aku tahu siapa saja yang mengirimiku pesan, meski aku sudah tak lagi tahu apa isi pesannya.
Pagi itu aku membaca pesan dari pemilik akun bernama Madesde yang rupanya baru mengirimiku pesan 18 jam yang lalu.
// Hai, Nes. Masih inget aku ga? //
Aku hanya membacanya, tanpa membalasnya.
Aku pun membuka timeline Pathku, dan melihat siapa saja yang sudah melihat fotoku dan melihat lokasiku belakangan ini.
Ada nama Mas Ibor disana!
‘Hm, dia bisa stalkingin aku, tapi ga bisa ngechat aku. Yaudah yuk, move on yuk bisa yuk!!’, bathinku.
Lalu, aku juga melihat akun Madesde yang ternyata selalu melihat semua postinganku di Path. Dia yang mulai mengikutiku di bulan Mei 2016, tapi… dia juga melihat semua postinganku, dari postingan pertamaku sampai postingan terakhirku.
‘Keknya orang ini ga ada kerjaan deh!!’, bathinku.
Waktu sudah menunjukkan pukul tujuh tepat, aku segera kembali ke kamar dan bersiap untuk berangkat ke aula seperti hari-hari kemarin.
***
Pagi itu, tes tahap ketiga dimulai pukul 8.00. Aku tiba disana pukul 7.30. Hehehe persiapan yang sat set sat set emang!! Soalnya saat itu aku masih belum bisa merias wajah dengan alat lengkap dan bedak tebal.
Tiba di aula, aku lagi-lagi memilih kursi di bagian depan. Meski begitu, hal tersebut tak membuatku diam tanpa bertegur sapa dengan kandidat lainnya ya, sebab sifat bawelku ini ga bisa diam dalam waktu lama. Sehingga sesekali aku menyapa mereka yang lebih dulu datang atau yang baru datang dan basa-basi membuka obrolan.
“Hari ini, hanya ada 80 kandidat aja ya, Nes?”, tanya Selvi, salah satu kandidat yang baru aku kenal beberapa saat lalu yang kali ini duduk di sebelahku.
“Kalau dilihat dari nama yang ada di pengumuman sih begitu, Sel.”
“Hm terus kira-kira wawancara hari ini pake bahasa inggris juga ga ya?”
“Kayanya engga deh, Sel. Kan kemarin udah?”
“Yaa iya sih, tapi sapa tau gitu kan?”, ujarnya.
Tertulis dalam pengumuman sore kemarin, bahwa hari ini adalah Tahap Interview dengan pihak HRD.
Saat proses interview dimulai, aku lagi-lagi kebagian di giliran pertama.
Enam kandidat disuruh naik ke lantai dua. Alhamdulillahnya, kini aku tak lagi deg-degan seperti sebelum-sebelumnya.
Saat di depan pintu masuk, aku melihat ke sekeliling ruangan. Lagi-lagi terdapat enam meja, namun kali ini hanya ada satu penguji di setiap mejanya. Kelima kandidat segera memilih penguji yang mereka inginkan. Saat aku ingin memilihnya juga, ternyata sudah terlambat, sebab hanya tersisa satu penguji yang belum ada kandidat yang duduk di hadapannya. Aku pun melangkah pasrah menuju kursi kosong itu.
“Selamat pagi, Anes! Silahkan duduk!”, sapa Mas Wildan yang pagi itu menjadi pengujiku.
Aku yang mendapat bocoran dari Selvi untuk tidak memilih Mas Wildan sebagai pewawancaraku, tak bisa menolak dan menghindarinya. Entah apa alasan dari perkataan Selvi, tapi yang jelas, perkataannya berhasil membuatku sangat gugup.
“Pagi, Mas. Permisi.”, jawabku dan duduk perlahan. Mas Wildan saat itu hanya menatapku dengan mimik muka galaknya.
“Gimana kabar hari ini? Sepertinya ga seceria biasanya!”, pertanyaan dan penilaian pertama yang terlontar darinya yang membuatnya seolah bisa membaca apa yang sedang aku rasa.
“Kabar baik, Mas. Terima kasih.”
“Oke kalau gitu. Nes, Boleh kasih tau ga apa kelebihan kamu yang sekaligus juga menjadi kekurangan kamu?”
Aku berpikir sesaat. Tak lama, aku menjawabnya.
“Ada beberapa kelebihan yang menurut saya hal itu juga menjadi kekurangan saya. Pertama, saya tipe seseorang yang perfeksionis. Jadi, saya akan memperhatikan dan melakukan sesuatu secara mendetail, sehingga saya minim melakukan kesalahan, itulah yang menjadikan sifat perfeksionis sebagai kelebihan saya. Namun di sisi lain, karena saya melakukannya dengan sangat teliti dan mungkin akan lebih lama dari orang lain dalam proses penyelesaiannya, membuat saya terkesan lelet. Itulah kenapa sifat perfeksionis saya sekaligus menjadi kekurangan saya.”
Aku terus menjawab dan menjelaskan setiap pertanyaan yang terucap dari Mas Wildan. Ada banyak pertanyaan yang dia kasih mengenai permasalahan-permasalahan yang sepertinya akan relate jika aku sudah menjadi seorang pramugari nantinya.
Dari semua pertanyaannya, hanya ada satu pertanyaan yang membuatku terdiam begitu sangat lama. Bahkan saat menerima pertanyaan itu, ada rasa sesak di dada. Membayangkannya saja aku tak sanggup, bagaimana jika nanti aku benar-benar mengalaminya? Begini pertanyaannya :
Quote:
“Nes, gini.
Suatu hari, kamu terbang ke Timika-Papua. Disana, hal tak terduga terjadi. Pesawat yang harusnya membawa kamu dan yang lainnya pulang ke Jakarta rusak dan baru bisa diperbaiki 2 hari setelahnya. Alhasil, kamu dan yang lainnya harus menginap disana.
Dalam waktu bersamaan, kamu diberi kabar, bahwa Ayah kamu sakit. Tapi kamu ga bisa pulang menjenguk dan merawatnya, karena posisi kamu masih bertugas dan sedang di Timika.
Hingga akhirnya, Ayah kamu meninggal keesokan harinya. Sedang kamu masih belum bisa pulang di hari itu. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Tetap menjalankan tugas kamu?
Atau pulang paksa?”
Suatu hari, kamu terbang ke Timika-Papua. Disana, hal tak terduga terjadi. Pesawat yang harusnya membawa kamu dan yang lainnya pulang ke Jakarta rusak dan baru bisa diperbaiki 2 hari setelahnya. Alhasil, kamu dan yang lainnya harus menginap disana.
Dalam waktu bersamaan, kamu diberi kabar, bahwa Ayah kamu sakit. Tapi kamu ga bisa pulang menjenguk dan merawatnya, karena posisi kamu masih bertugas dan sedang di Timika.
Hingga akhirnya, Ayah kamu meninggal keesokan harinya. Sedang kamu masih belum bisa pulang di hari itu. Kira-kira apa yang akan kamu lakukan? Tetap menjalankan tugas kamu?
Atau pulang paksa?”
Back when I was a child
Before life removed all the innocence
My father would lift me high
And dance with my mother and me and then
Spin me around till I fell asleep
Then up the stairs he would carry me
And I knew for sure I was loved
If I could get another chance
Another walk, another dance with him
I'd play a song that would never ever end
How I'd love, love, love to dance with my father again, ooh
When I and my mother would disagree
To get my way I would run from her to him
He'd make me laugh just to comfort me, yeah, yeah
Then finally make me do just what my momma said
Later that night when I was asleep
He left a dollar under my sheet
Never dreamed that he would be gone from me
If I could steal one final glance, one final step
One final dance with him
I'd play a song that would never ever end
'Cause I'd love, love, love to dance with my father again
Sometimes I'd listen outside her door
And I'd hear how my mother cried for him
I pray for her even more than me
I pray for her even more than me
I know I'm praying for much too much
But could you send back the only man she loved?
I know you don't do it usually
But dear Lord she's dying to dance with my father again
Every night I fall asleep and this is all I ever dream
Diubah oleh aymawishy 24-08-2022 22:01
delet3 dan 7 lainnya memberi reputasi
8
Kutip
Balas
Tutup