Nampaknya kita semua tahu bahwa teknologi terus dan terus berkembang ke arah yang sulit diprediksi. Teknologi sudah menjadi faktor yang menggerakkan dunia dan telah merambah ke seluruh bidang bisnis, tak terkecuali prostitusi.

Dulunya prostitusi dijalankan dengan cara standar yakni pria datang ke rumah bordil, memilih psk yang dia minati, dan kemudian berlanjut di dalam kamar. Namun sekarang prostitusi sudah memiliki beberapa variasi seperti melalui aplikasi kencan. Dari aplikasi semacam itu pelanggan bisa menghubungi penyedia jasa, mengatur tempat bertemu lalu eksekusi sesuai permintaan. Pelanggan pun tak perlu susah payah ke rumah bordil.



Selain itu ada prostitusi yang sifatnya lebih softcore seperti menjual foto atau video di situ onl*fans atau sistem pacar sewaan yang belakangan ini populer. Variasi-variasi ini bisa muncul berkat perkembangan teknologi jadi tidak salah jika di masa depan kita akan melihat bentuk yang lebih canggih dari bisnis haram ini.

Satu kemungkinan yang bisa terlihat adalah Metaverse. Katakanlah avatar pria dan wanita bertemu di dunia data dan melakukan hubungan suami-istri dengan avatar mereka. Tubuh asli mereka tetap berdiam di rumah tetapi avatar mereka mengirim sinyal ke bagian tubuh hingga rasanya seperti melakukan seks secara nyata. Praktis, aman dari penyakit, aman dari razia polisi. Bisa ngebayangin nggak? Well, mungkin masih terlalu dini untuk membayangkan itu.



Namun jika teknologi semakin berkembang, bukankah kebutuhan kita pada sesama manusia akan berkurang?

Pertanyaan yang menarik. Kenyataannya, hubungan antar manusia memang terus berkurang seiring perkembangan teknologi. Jika anda melihat ke tempat-tempat umum, banyak orang lebih memilih memainkan hp dibandingkan bicara satu sama lain. Tak jarang juga kita melihat keluarga atau pasutri yang lebih banyak diam dan menatap layar ponsel.

Dalam sepuluh atau dua puluh tahun, mungkin saja manusia akan benar-benar berhenti berurusan dengan manusia lain dan menghabiskan waktu dengan komputer, termasuk dalam urusan seks.



Percaya atau tidak, di Kanada ada sebuah tempat pramuriaan bernama Aura Dolls yang para pekerjanya bukanlah wanita tuna susila melainkan seks doll. Harga yang ditawarkan jauh lebih murah dibanding pramuriaan dengan wanita asli dan kebersihannya pun terjamin. Secara tidak mengejutkan, tempat ini menjadi populer.

Di jaman sekarang yang penuh dengan feminis, lgbt, penyakit kelamin dan sebagainya, seks dengan robot memang terlihat seperti cara aman dan nyaman untuk melampiaskan napsu. Memang terlihat tidak wajar, tetapi popularitas Aura Dolls menunjukkan bahwa perlahan-lahan seks doll bahkan bisa menggantikan wanita.



Kita sudah melihat bahwa banyak pekerja di berbagai sektor mulai digantikan oleh robot dan ternyata bidang prostitusi bukan pengecualian. Memang benar bahwa seks doll tidak bisa berbicara ataupun membalas rangsangan, tetapi kemajuan teknologi dalam bidang kecerdasan buatan sudah jauh lebih maju dari yang kita kira.

Bayangkan jika sebuah kecerdasan buatan dimasukkan ke dalam robot seks, apakah manusia masih akan benar-benar butuh manusia lain? Tidak seperti manusia yang punya emosi dan kebutuhan masing-masing, sebuah kecerdasan buatan akan memenuhi segala yang kita inginkan tanpa sifat-sifat tak sedap yang kita dapatkan dari manusia lain.



Kebayang kan seperti apa seramnya kemajuan teknologi? Jika mengutip kata Einstein, teknologi berkembang jauh melampaui kemanusiaan. Suatu saat nanti bukan tidak mungkin kita semua akan berhenti untuk merasa, melebur dalam lautan data dan menjadi satu kesatuan tanpa kesadaran.

Gila? Memang. Ini cuma ide gila dari kepala saya tapi ingatlah bahwa di dunia ini ada banyak orang gila dengan ide-ide yang juga gila. Masa depan menyajikan kemungkinan tanpa batas bagi manusia tapi ada satu hal yang pasti, prostitusi tidak akan mati.

Sekian dari saya mari bertemu di thread saya yang lainnya.

sumur, sumur, sumur, opini pribadi.