- Beranda
- Stories from the Heart
Pesugihan Gua Setonggo (Horror Story)
...
TS
harrywjyy
Pesugihan Gua Setonggo (Horror Story)



Selamat Datang Di Thread Horor Terbaru Ane Gan!
Kali ini ada sebuah cerita yang cukup mengerikan. Kalian pasti pernah mendengar soal pesugihan, kan? Sebuah jalan pintas bagi mereka yang putus asa dan berpikiran pendek, meski awalnya menguntungkan tapi efek lanjutannya sangat mengerikan dan berbahaya.
Kisah ini menceritakan tentang Leo yang hidupnya hancur. Usahanya gagal, diceraikan sang istri dan kehilangan anak satu-satunya. Saking putus adanya, ia pun memilih jalan pesugihan untuk kembali mendapat kejayaan. Namun pada akhirnya yang ia temukan justru malapetaka.
Petaka macam apakah yang menimpa Leo? Simak cerita lengkapnya!
Disclaimer:

- Dilarang copas dan menjiplak cerita ini untuk keperluan apapun. ❌
- Apabila ingin bekerja sama, hubungi TS.

- Izin dahulu apabila ada yang ingin membawakan cerita ini ke podcast ataupun YouTube. Biasakan memberi keterangan dari channel mana Anda berasal.

- TS akan berusaha semaksimal mungkin untuk update setiap hari. Apabila TS lupa mohon diingatkan.

- Baca cerita secara berurutan biar paham.

- Mohon maaf bila ada kesamaan nama, tempat atau kejadian.

Prolog:
Suara kaki melangkah terdengar begitu lemah. Sepatu kulit itu berjalan lunglai di atas tanah basah yang lembek. Pria berwajah pucat itu terus berjalan ke depan. Seperti tanpa nyawa bahkan pikiran. Tujuannya ada di depan, tak jauh lagi.
Bak zombie yang lemas, pria itu terus berjalan. Beberapa orang sekitar melihatnya dengan tatapan aneh. Bajunya basah kuyup terkena hujan. Napasnya pun tersengal-sengal, dia bagai manusia paling putus asa di dunia.
Hingga tak lama kemudian sampailah pria itu di depan sebuah rumah tua berbahan anyaman bambu. Di sana sudah berdiri seorang kakek tua yang memandanginya dengan tatapan datar. Seolah ia sudah menunggu kedatangan si pria.
Sang pria mengangkat kepalanya dan menatap kakek itu.
"Ki, saya butuh bantuan!" ucap si pria dengan wajah penuh harap. Sedangkan kakek tadi hanya tersenyum kecut sambil menggelengkan kepala.
Bersambung ....
Apakah yang akan dilakukan pria itu dengan si kakek tua? Nantikan kelanjutan kisahnya!
Untuk bagian selanjutnya bisa kalian baca melalui INDEX berikut! Baca berurutan ya!

⬇️⬇️⬇️
Part 1 - Awal Mula
Part 2 - Gua Setonggo
Part 3 - Siasat Iblis
Part 4 - Pulang
Part 5 - Kematian Misterius
Part 6 - Uang Gaib
Part 7 - Ada Yang Datang
Part 8 - Tamu Tak Diundang
Part 9 - Golok Setan
Part 10 - Mencari Mangsa
Part 11 - Tumbal
Part 12 - Darah Kedua
Part 13 - Haus Darah
Part 14 - Semakin Gila
Part 15 - Budak Setan
Part 16 - Iblis Terus Datang
Part 17 - Si Gila Mencari Darah
Part 18 - Iblis Itu Bernama Leo
Part 19 - Tertangkap
Part 20 - Akhir Segalanya
Mampir juga ke cerita ane lainnya yang gak kalah serem berjudul Kuntilanak Pemakan Bayi di link berikut
Kuntilanak Pemakan Bayi [Cerbung Horor]
Terima kasih bagi kalian yang sudah menyempatkan mampir dan membaca. Salam kenal!


Diubah oleh harrywjyy 17-08-2022 17:16
User telah dihapus dan 13 lainnya memberi reputasi
14
17.4K
141
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
harrywjyy
#42
Part 12 - Darah Kedua
Liburan yang dijanjikan Leo bukanlah omong kosong semata, ia benar-benar mempersiapkan segalanya. Ia memesan tiket pesawat sejak jauh-jauh hari. Bahkan sudah memesan hotel untuk lima hari di sana. Mereka hanya tinggal menunggu waktu untuk berangkat saja. Wanita mana yang tak senang dengan laki-laki sebaik Leo.
Tapi Nessa sebaliknya. Bukannya senang, ia justru tampak kesal sepanjang hari. Selama seharian Nessa memasang wajah cemberut yang membuat Leo sedikit cemas. Seharian penuh Leo terus berpikir dan mengoreksi dirinya. Apakah ia berbuat atau mengatakan sesuatu yang membuat Nessa marah? Tapi tidak, tidak ada sama sekali. Semuanya baik-baik saja. Tapi sikap Nessa tiba-tiba saja berubah.
Sambil duduk menonton televisi, Leo masih tidak tenang dan terus memikirkan soal tingkah Nessa yang terasa janggal. “Nessa!” panggil Leo dari depan televisi. Ia yang tak tahan dengan sikap aneh pacarnya pun memutuskan untuk bertanya langsung ke Nessa. Di samping itu Leo juga khawatir ada masalah yang disembunyikan Nessa darinya. Sehingga membuatnya terbebani sendiri.
Tak berselang lama, Nessa datang dengan wajah cemberutnya. Ia berdiri tak jauh dari Leo yang bersandar di sofa. Dengan setelah celana pendek dan kas berwarna kuning kusam. Mata mereka saling bertatapan, tapi tatapan Nessa sangat tak bersahabat.
“Kenapa?” tanya Leo sambil membenarkan posisi duduknya. “Kamu aneh deh seharian ini,” tambah Leo.
“Aneh gimana?” tanya Nessa sambil membuang muka.
“Sebentar lagi kita mau berangkat liburan lho. Kamu kenapa pasang muka cemberut gitu terus sih? Aku ada salah? Aku bikin kamu kesel? Atau gimana? Coba ngomong biar masalah selesai, aku gak mau ya kalau nanti kita berangkat ke Lombok, wajahmu masih kaya gini,” kata Leo menjelaskan.
Nessa menghela nafas. “Kamu masih gak sadar juga?” tanya Nessa.
Leo menggeleng. “Enggak, coba sadarkan aku,” katanya.
Nessa menyilang kedua tangannya di depan dada, wajah kesal terpasang di wajahnya. “Malam selasa kamu ke mana?” tanya Nessa.
“Malam selasa?” tanya Leo. Kemudian ia mulai berpikir dan mengingat-ingat. Sampai akhirnya ia sadar, malam selasa yang di maksud Nessa adalah malam saat ia membunuh Nadine. Sadar akan hal itu, Leo pun mulai gugup. Melihat itu Nessa semakin yakin.
“Tuh, kan. Kamu aja gugup begitu, emang dasar laki-laki ya. Gak bisa ditinggal sebentar aja,” kata Nessa yang mulai marah.
Akan tetapi Leo kembali menggelengkan kepala dan mencoba mengelak. “Aku gak ngerti maksudmu apa? Aku gak ngapa-ngapain kok malem selasa,” kata Leo mencari alasan.
“Jangan bohong!” bentak Nessa yang seketika membuat Leo kaget. Selama berpacaran, baru kali ini Nessa membentaknya sedemikian keras. Semakin memperjelas betapa marahnya wanita itu. Leo menatap Nessa dengan tatapan bingung.
“Aku tau dari Daren! Dia yang kasih tau aku,” kata Nessa. “Kamu ngapain malem itu sama Nadine? Hah? Kenapa kamu gak bilang-bilang mau ke klub? Bukannya kamu pernah bilang gak akan kembali ke sana karena cuma buang-buang waktu? Aku juga udah janji sama kamu buat gak dateng lagi ke klub supaya gak ada cowok lain yang godain aku, aku turutin kemauanmu. Tapi kenapa sekarang justru malah kamu yang ingkar?!” tutur Nessa dengan penuh emosi sambil menatap tajam ke arah Leo.
Laki-laki itu akhirnya paham masalahnya, ia lalu segera berdiri. Berjalan mendekati Nessa untuk menjelaskan apa yang terjadi. “Aku gak ketemu Nadine. Daren, dia itu tukang gosip, Nessa! Semua orang juga tau kalo mulutnya itu suka nyebar hoax, jadi jangan dipercaya ya. Kamu lebih percaya aku, kan?” ucap Leo sambil mengelus pipi Nessa.
Dengan kasar, Nessa tepis tangan laki-laki itu dari wajahnya. Matanya berkaca-kaca dan kecewa. “Kamu masih bisa bohong ya,” ucapnya. Nessa lalu mengambil handphone di sakunya. Ia tunjukkan sebuah foto di handphone-nya yang memperlihatkan Leo sedang berduaan dengan Nadine. “Foto ini aku dapet dari Daren,” kata Nessa.
“Daren, brengsek!” gumam Leo dengan kesal.
“Mau alasan apa lagi kamu?” tanya Nessa sambil mengusap air matanya di pipi.
Biar pun begitu, Leo bukanlah laki-laki yang senang mempermainkan wanita. Ia mendekati Nadine bukan karena ingin selingkuh, melainkan ada keperluan lain yang harus ia urus bersama wanita itu. Tapi jelas tidak mungkin kalau Leo menjelaskan pada Nessa bahwa ia hanya ingin membunuh Nadine malam itu.
“Nessa, kamu salah paham. Aku gak punya maksud apa-apa sama Nadine,” kata Leo yang terus meyakinkan pacarnya.
“Aku gak percaya sama kamu, ternyata kamu begitu ya setiap kali aku gak di sini.” Nessa lalu duduk di sofa, meninggalkan Leo yang masih berdiri di sana.
“Kamu memang punya segalanya, uang, harta, semuanya. Bahkan kamu bisa beli satu kota ini, Leo! Tapi bukan berarti kamu bisa permainkan perempuan!” kata Nessa dengan tegas.
“Nessa, bukan begitu!” Leo terus berusaha menjelaskan.
“Wajar aja istrimu sebelumnya ninggalin kamu, bahkan anakmu aja sampe meninggal. Itu udah cukup jadi gambaran betapa bobroknya dirimu, Leo,” ucap Nessa.
Mendengar itu, Leo langsung terdiam. Nessa mengingatkannya akan masa lalu yang menyakitkan. Kata-katanya begitu menusuk hingga Leo sakit hati. Tak disangka sang pacar tega berkata sedemikian kejam. Mengungkit masa lalu yang penuh luka. Dan di saat emosi Leo memuncak, sang iblis masuk memanfaatkan keadaan.
“Kamu boleh marah, tapi kalau kamu ungkit masa lalu aku. Itu udah keterlaluan, Nessa.” Leo lalu berjalan ke kamar meninggalkan Nessa. Sedangkan Nessa yang kecewa meringkuk sendirian di atas sofa sambil terus menangis. Ia lalu mengambil bantal dan membenamkan wajahnya ke bantal. Terus melanjutkan tangisannya.
Sementara di kamar, Leo pun tak kalah sedihnya. Kata-kata Nessa begitu sensitif baginya, hingga ia merasa begitu rapuh mendengar ucapan sang pacar. Ia duduk di atas kasur sambil memegangi kepalanya. Ingatan menyakitkan itu kembali hadir di kepalanya. Tapi ia berusaha untuk tetap mengendalikan emosinya.
Keterlaluan sekali dia, Leo! Wanita kurang ajar!
Tiba-tiba terdengar suara bisikan di telinga Leo. Di saat-saat seperti ini, sang iblis datang memanfaatkan keadaan. Menghasutnya dan memancing emosi Leo.
Bunuh saja dia, tak apa-apa. Ucapannya sangat kejam, dia layak mati!
Sadar akan bisikan iblis, Leo lalu menunduk dan terus memegangi kepalanya. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras, menolak setiap suara yang masuk ke telinganya. ‘Tidak, tidak, diam!” kata Leo yang mulai gila.
Bunuh dia, Leo! Persembahkan darahnya untukku, maka aku akan memberimu lebih banyak lagi!
“Tidak!” teriak Leo yang mulai kehilangan kendali.
Ia lalu berdiri dan meraih tasnya yang ada di samping lemari. Tangannya masuk ke dalam tas dan mengambil golok keramat miliknya. Matanya kembali menatap golok itu, nafasnya mulai tak karuan dan jantungnya berdebar-debar. Seakan ada sebuah dorongan misterius dalam dirinya. Ia genggam golok itu dengan kuat. Wajahnya perlahan berubah marah, bak seekor banteng yang siap menyeruduk.
Leo lalu berjalan ke luar kamar. Matanya melotot ke arah Nessa, kakinya melangkah cepat. Nessa yang masih membenamkan wajahnya di bantal tidak sadar dengan kedatangan Leo. Tiba-tiba saja rambut perempuan itu dijambak dan ditarik oleh Leo.
“Aaaaa!!!” jerit Nessa saat rambutnya ditarik oleh Leo. Ia mencoba melawan dan melepaskan diri. “Kamu mau ngapain?! Leo!” teriak Nessa ketakutan.
“Diam! Diam kamu!” bentak Leo sambil mengangkat tinggi-tinggi goloknya.
“Jangan, Leo!” teriak Nessa ketakutan.
“Bajingan kamu, Nessa!” bentak Leo. Kemudian tanpa pikir panjang lagi, Leo menebas batang leher pacarnya sendiri dengan menggunakan golok keramatnya. Nessa berteriak kesakitan dan mencoba memberontak. Tapi Leo terus menikamnya berkali-kali, hingga luka di leher Nessa semakin menganga dan semakin dalam. Darah segar muncrat ke mana-mana. Membasahi sofa dan lantai.
Mata Nessa melotot, perlahan tubuhnya lemas kehabisan darah. Nafasnya pun mulai melemah, mulutnya mengeluarkan suara seperti sapi yang disembelih. Pupil matanya bergerak ke atas dan lidahnya sedikit menjulur. Melihat pacarnya sudah sekarat dan bersimbah darah, Leo lalu melepas tubuhnya. Membiarkan mayat Nessa terjatuh ke lantai yang sudah penuh dengan genangan darah.
“Hah ... Hah ....” Leo mengatur nafas sambil menatap pacarnya yang sudah tak bernyawa. “Mampus kamu!” gumamnya.
Keputusan yang tepat, Leo! Hahahahahaha ....
Suara tawa itu kembali terdengar menggema di seisi rumah. Suara tawa sang iblis yang telah puas memerintah anak adam dengan mudahnya. Akhirnya, golok itu kembali memakan tumbal. Kali ini pacarnya sendiri.
Mampir juga ke cerita ane lainnya yang gak kalah serem berjudul Kuntilanak Pemakan Bayi di link berikut
Kuntilanak Pemakan Bayi [Cerbung Horor]

Tapi Nessa sebaliknya. Bukannya senang, ia justru tampak kesal sepanjang hari. Selama seharian Nessa memasang wajah cemberut yang membuat Leo sedikit cemas. Seharian penuh Leo terus berpikir dan mengoreksi dirinya. Apakah ia berbuat atau mengatakan sesuatu yang membuat Nessa marah? Tapi tidak, tidak ada sama sekali. Semuanya baik-baik saja. Tapi sikap Nessa tiba-tiba saja berubah.
Sambil duduk menonton televisi, Leo masih tidak tenang dan terus memikirkan soal tingkah Nessa yang terasa janggal. “Nessa!” panggil Leo dari depan televisi. Ia yang tak tahan dengan sikap aneh pacarnya pun memutuskan untuk bertanya langsung ke Nessa. Di samping itu Leo juga khawatir ada masalah yang disembunyikan Nessa darinya. Sehingga membuatnya terbebani sendiri.
Tak berselang lama, Nessa datang dengan wajah cemberutnya. Ia berdiri tak jauh dari Leo yang bersandar di sofa. Dengan setelah celana pendek dan kas berwarna kuning kusam. Mata mereka saling bertatapan, tapi tatapan Nessa sangat tak bersahabat.
“Kenapa?” tanya Leo sambil membenarkan posisi duduknya. “Kamu aneh deh seharian ini,” tambah Leo.
“Aneh gimana?” tanya Nessa sambil membuang muka.
“Sebentar lagi kita mau berangkat liburan lho. Kamu kenapa pasang muka cemberut gitu terus sih? Aku ada salah? Aku bikin kamu kesel? Atau gimana? Coba ngomong biar masalah selesai, aku gak mau ya kalau nanti kita berangkat ke Lombok, wajahmu masih kaya gini,” kata Leo menjelaskan.
Nessa menghela nafas. “Kamu masih gak sadar juga?” tanya Nessa.
Leo menggeleng. “Enggak, coba sadarkan aku,” katanya.
Nessa menyilang kedua tangannya di depan dada, wajah kesal terpasang di wajahnya. “Malam selasa kamu ke mana?” tanya Nessa.
“Malam selasa?” tanya Leo. Kemudian ia mulai berpikir dan mengingat-ingat. Sampai akhirnya ia sadar, malam selasa yang di maksud Nessa adalah malam saat ia membunuh Nadine. Sadar akan hal itu, Leo pun mulai gugup. Melihat itu Nessa semakin yakin.
“Tuh, kan. Kamu aja gugup begitu, emang dasar laki-laki ya. Gak bisa ditinggal sebentar aja,” kata Nessa yang mulai marah.
Akan tetapi Leo kembali menggelengkan kepala dan mencoba mengelak. “Aku gak ngerti maksudmu apa? Aku gak ngapa-ngapain kok malem selasa,” kata Leo mencari alasan.
“Jangan bohong!” bentak Nessa yang seketika membuat Leo kaget. Selama berpacaran, baru kali ini Nessa membentaknya sedemikian keras. Semakin memperjelas betapa marahnya wanita itu. Leo menatap Nessa dengan tatapan bingung.
“Aku tau dari Daren! Dia yang kasih tau aku,” kata Nessa. “Kamu ngapain malem itu sama Nadine? Hah? Kenapa kamu gak bilang-bilang mau ke klub? Bukannya kamu pernah bilang gak akan kembali ke sana karena cuma buang-buang waktu? Aku juga udah janji sama kamu buat gak dateng lagi ke klub supaya gak ada cowok lain yang godain aku, aku turutin kemauanmu. Tapi kenapa sekarang justru malah kamu yang ingkar?!” tutur Nessa dengan penuh emosi sambil menatap tajam ke arah Leo.
Laki-laki itu akhirnya paham masalahnya, ia lalu segera berdiri. Berjalan mendekati Nessa untuk menjelaskan apa yang terjadi. “Aku gak ketemu Nadine. Daren, dia itu tukang gosip, Nessa! Semua orang juga tau kalo mulutnya itu suka nyebar hoax, jadi jangan dipercaya ya. Kamu lebih percaya aku, kan?” ucap Leo sambil mengelus pipi Nessa.
Dengan kasar, Nessa tepis tangan laki-laki itu dari wajahnya. Matanya berkaca-kaca dan kecewa. “Kamu masih bisa bohong ya,” ucapnya. Nessa lalu mengambil handphone di sakunya. Ia tunjukkan sebuah foto di handphone-nya yang memperlihatkan Leo sedang berduaan dengan Nadine. “Foto ini aku dapet dari Daren,” kata Nessa.
“Daren, brengsek!” gumam Leo dengan kesal.
“Mau alasan apa lagi kamu?” tanya Nessa sambil mengusap air matanya di pipi.
Biar pun begitu, Leo bukanlah laki-laki yang senang mempermainkan wanita. Ia mendekati Nadine bukan karena ingin selingkuh, melainkan ada keperluan lain yang harus ia urus bersama wanita itu. Tapi jelas tidak mungkin kalau Leo menjelaskan pada Nessa bahwa ia hanya ingin membunuh Nadine malam itu.
“Nessa, kamu salah paham. Aku gak punya maksud apa-apa sama Nadine,” kata Leo yang terus meyakinkan pacarnya.
“Aku gak percaya sama kamu, ternyata kamu begitu ya setiap kali aku gak di sini.” Nessa lalu duduk di sofa, meninggalkan Leo yang masih berdiri di sana.
“Kamu memang punya segalanya, uang, harta, semuanya. Bahkan kamu bisa beli satu kota ini, Leo! Tapi bukan berarti kamu bisa permainkan perempuan!” kata Nessa dengan tegas.
“Nessa, bukan begitu!” Leo terus berusaha menjelaskan.
“Wajar aja istrimu sebelumnya ninggalin kamu, bahkan anakmu aja sampe meninggal. Itu udah cukup jadi gambaran betapa bobroknya dirimu, Leo,” ucap Nessa.
Mendengar itu, Leo langsung terdiam. Nessa mengingatkannya akan masa lalu yang menyakitkan. Kata-katanya begitu menusuk hingga Leo sakit hati. Tak disangka sang pacar tega berkata sedemikian kejam. Mengungkit masa lalu yang penuh luka. Dan di saat emosi Leo memuncak, sang iblis masuk memanfaatkan keadaan.
“Kamu boleh marah, tapi kalau kamu ungkit masa lalu aku. Itu udah keterlaluan, Nessa.” Leo lalu berjalan ke kamar meninggalkan Nessa. Sedangkan Nessa yang kecewa meringkuk sendirian di atas sofa sambil terus menangis. Ia lalu mengambil bantal dan membenamkan wajahnya ke bantal. Terus melanjutkan tangisannya.
Sementara di kamar, Leo pun tak kalah sedihnya. Kata-kata Nessa begitu sensitif baginya, hingga ia merasa begitu rapuh mendengar ucapan sang pacar. Ia duduk di atas kasur sambil memegangi kepalanya. Ingatan menyakitkan itu kembali hadir di kepalanya. Tapi ia berusaha untuk tetap mengendalikan emosinya.
Keterlaluan sekali dia, Leo! Wanita kurang ajar!
Tiba-tiba terdengar suara bisikan di telinga Leo. Di saat-saat seperti ini, sang iblis datang memanfaatkan keadaan. Menghasutnya dan memancing emosi Leo.
Bunuh saja dia, tak apa-apa. Ucapannya sangat kejam, dia layak mati!
Sadar akan bisikan iblis, Leo lalu menunduk dan terus memegangi kepalanya. Ia menggelengkan kepalanya dengan keras, menolak setiap suara yang masuk ke telinganya. ‘Tidak, tidak, diam!” kata Leo yang mulai gila.
Bunuh dia, Leo! Persembahkan darahnya untukku, maka aku akan memberimu lebih banyak lagi!
“Tidak!” teriak Leo yang mulai kehilangan kendali.
Ia lalu berdiri dan meraih tasnya yang ada di samping lemari. Tangannya masuk ke dalam tas dan mengambil golok keramat miliknya. Matanya kembali menatap golok itu, nafasnya mulai tak karuan dan jantungnya berdebar-debar. Seakan ada sebuah dorongan misterius dalam dirinya. Ia genggam golok itu dengan kuat. Wajahnya perlahan berubah marah, bak seekor banteng yang siap menyeruduk.
Leo lalu berjalan ke luar kamar. Matanya melotot ke arah Nessa, kakinya melangkah cepat. Nessa yang masih membenamkan wajahnya di bantal tidak sadar dengan kedatangan Leo. Tiba-tiba saja rambut perempuan itu dijambak dan ditarik oleh Leo.
“Aaaaa!!!” jerit Nessa saat rambutnya ditarik oleh Leo. Ia mencoba melawan dan melepaskan diri. “Kamu mau ngapain?! Leo!” teriak Nessa ketakutan.
“Diam! Diam kamu!” bentak Leo sambil mengangkat tinggi-tinggi goloknya.
“Jangan, Leo!” teriak Nessa ketakutan.
“Bajingan kamu, Nessa!” bentak Leo. Kemudian tanpa pikir panjang lagi, Leo menebas batang leher pacarnya sendiri dengan menggunakan golok keramatnya. Nessa berteriak kesakitan dan mencoba memberontak. Tapi Leo terus menikamnya berkali-kali, hingga luka di leher Nessa semakin menganga dan semakin dalam. Darah segar muncrat ke mana-mana. Membasahi sofa dan lantai.
Mata Nessa melotot, perlahan tubuhnya lemas kehabisan darah. Nafasnya pun mulai melemah, mulutnya mengeluarkan suara seperti sapi yang disembelih. Pupil matanya bergerak ke atas dan lidahnya sedikit menjulur. Melihat pacarnya sudah sekarat dan bersimbah darah, Leo lalu melepas tubuhnya. Membiarkan mayat Nessa terjatuh ke lantai yang sudah penuh dengan genangan darah.
“Hah ... Hah ....” Leo mengatur nafas sambil menatap pacarnya yang sudah tak bernyawa. “Mampus kamu!” gumamnya.
Keputusan yang tepat, Leo! Hahahahahaha ....
Suara tawa itu kembali terdengar menggema di seisi rumah. Suara tawa sang iblis yang telah puas memerintah anak adam dengan mudahnya. Akhirnya, golok itu kembali memakan tumbal. Kali ini pacarnya sendiri.
Mampir juga ke cerita ane lainnya yang gak kalah serem berjudul Kuntilanak Pemakan Bayi di link berikut
Kuntilanak Pemakan Bayi [Cerbung Horor]

Diubah oleh harrywjyy 07-08-2022 17:35
suryaassyauqie dan 12 lainnya memberi reputasi
13
Tutup