kutarominami69Avatar border
TS
kutarominami69
Tekanan Sosial Paling Berdampak Terhadap Merosotnya Generasi Penganut Kepercayaan


Salah satu jawaban responden tentang regenerasi di kalangan kelompok Kepercayaan

SEMARANG, elsaonline.com – Yayasan Pemberdayaan Komunitas (YPK) ELSA Semarang melakukan survei sederhana tentang regenerasi di kalangan kelompok-kelompok organisasi Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa di Jawa Tengah. Mirisnya hingga sekarang tekanan sosial menjadi faktor utama yang membuat tidak berjalannya regenerasi atau berkurangnya anggota kelompok Kepercayaan.

Pada survei ini, YPK ELSA menghimpun keterangan dari 32 responden yang berasal dari Kabupaten Klaten, Tegal, Kabupaten Semarang, Surakarta, Brebes, Banyumas, Cilacap, Kota Semarang, Sukoharjo, Banjarnegara, Sragen, Kendal, Batang, Pati, dan Jepara.

Semua responden tergabung dalam organisasi Perempuan Penghayat Kepercayaan (Puanhayati) Jawa Tengah). Survei dilakukan pada 3-4 Agustus 2022 berbarengan dengan kegiatan training motivasi parenting dan ketahanan sosial Puanhayati Jawa Tengah di Ungaran Jawa Tengah.

Salah satu pertanyaan dalam survei itu yakni anatara, perkimpoian, pendidikan formal, teknana sosial, dan faktor keluarga, manakah yang paling berpengaruh terhadap merosotnya generasi penganut Kepercayaan? Hasilnya, 27 responden menjawab tekanan sosial.

Selebihnya faktor perkimpoian, faktor keluarga, dan faktor pendidikan secara berurutan juga turut berpengaruh dalam proses regenerasi penganut Kepercayaan.

Penganut Kepercayaan yang menjadi responden survei dari Penganut Persatuan Warga Sapta Darma (Persada), Kejawen Manages, Perguruan Trijaya, Paguyuban Resik Kubur Jerotengah (PKRJ), Kapribaden, Paguyuban Pangarso Budi Utomo Roso Manunggal Jati, Paguyuban Budaya Bangsa, Paguyuban Nurmanto (PKPN), Kepercayaan Wayah Kaki, Himpunan Kebatinan Rukun Warga, Paguyuban Medal Urip, dan Kepercayaan Prana Jati. Semua organisasi Kepercayaan ini ada di Jawa Tengah.

Para responden dalam survei itu masing-masing diminta menjelaskan salah satu pilihannya dari tekanan sosial, pendidikan, perkimpoian, dan keluarga. Penjelasan-penjelasannya menggambarkan bahwa hingga kini, kelompok Penganut Kepercayaan masih mendapatkan tekanan sosial, stigma negatif, intoleransi-diskriminasi hingga akhirnya menganut Kepercayaan meninggalkan ajaran leluhurnya.

“Mangro” atau Berkeyakinan Ganda

“Lingkungan sosial membuat tekanan kuat kepada kami sebagai kelompok minoritas sehingga mau tidak mau mengikuti keadaan (keyakinan mayoritas) lingkunggan. Lingkungan yang sangat fanatik menimbulkan banyak sekali diskriminasi sehingga banyak warga penghayat yang “mencari aman” dengan “mangro” atau berkeyakinan ganda,” demikian salah satu jawabannya responden.

Cerita lainnya yang dialami penganut Kepercayaan adalah tekanan sosial membuat mental rapuh sehingga warga kepercayaan memilih keyakinan yang jumlahnya lebih banyak (mayoritas). Ada pula yang bercerita tentang anaknya yang di sekolah dasar mengikuti pelajaran kepercayaan, di sekolah di kucilkan dan warga sekitar yang tahu turut mencibir atau menggunjingnya.

“Masih banyak penghayat yang tidak membuka diri atau tidak meneruskan Kepercayaan karena faktor diskriminasi dan intoleransi dari lingkungan sekitar, untuk kaum perempuan belum mau membuka diri karena faktor tekanan sosial, warga lingkungan kurang toleran, karena adanya tekanan sosial dan stigma miring atau bullying dari masyarakat sekitar, serta lingkungan yang intoleran dan dipengaruhi oleh tokoh agama,” jawab sebagian responden tentang tekanan sosial yang mereka alami selama ini.

Penjelasan responden karena faktor perkimpoian kebanyakan akibat menikah dengan yang berbeda agama membuat penganut Kepercayaan mengikuti keyakinan pasangannya. Ketika menikah dengan yang berbeda, keyakinnnya terbawa oleh suami atau istrinya bukan pasangannya mengikuti ajaran Kepercayaan.

“Kalau karena faktor keluarga, itu karena kurangnya sosialisasi mengenai penghayatan dan Kepercayaan di lingkungan keluarga, kurangnya sosialisasi dan penghayatan dari lingkungan sekitar, karena keluaga tidak mendidik secara penghayat kepercayaan dan akhirnya mengikuti keyakinan mayoritas di lingkungan yang ada,” jawab responden.

Hasil survei menunjukan bahwa semua responden merasa penting dan sangat penting dalam sebuah organisasi Kepercayaan melakukan regenerasi. Saat ini, kelompok-kelompok Kepercayaan masih berjibaku mempertahankan anggota kelompoknya sehingga terus berkembang.

Dari survei tergambar ada 18 responden menjawab bahwa organisasi Kepercayaannya bertambah, ada lima responden yang mengalami pengurangan, dan ada lima yang mengalami naik turun jumlah anggotanya.(Ceprudin)

https://elsaonline.com/tekanan-sosia...t-kepercayaan/

Miris sekali

nurade247
scorpiolama
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 dan 2 lainnya memberi reputasi
1
840
21
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.7KThread40.7KAnggota
Tampilkan semua post
skvalAvatar border
skval
#3
urusan agama dan kepercayaan hak masing-masing jangan dipaksakan
scorpiolama
gigbuupz
gigbuupz dan scorpiolama memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.