- Beranda
- Stories from the Heart
THE WORLD [MONSTER]
...
TS
the.collega
THE WORLD [MONSTER]
Dibalik kemegahan dan kilauannya dunia ini, ternyata ia menyimpan suatu rahasia tergelap.
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
![THE WORLD [MONSTER]](https://s.kaskus.id/images/2020/09/15/2385673_20200915024638.jpg)
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
ARC I "Black Beat Beaters"
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
Quote:
![THE WORLD [MONSTER]](https://s.kaskus.id/images/2020/09/15/2385673_20200915024638.jpg)
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
Spoiler for Cerita Jenaka:
ARC I "Black Beat Beaters"
Spoiler for ARC I:
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
Spoiler for ARC II:
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
Spoiler for ARC III:
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
Spoiler for ARC IV:
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
Spoiler for ARC V:
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
Spoiler for ARC VI:
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
Spoiler for ARC VII:
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
Spoiler for ARC VIII:
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
Spoiler for ARC IX:
- Chapter 198
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- Lanjutan Arc
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- Lanjutan Arc
Diubah oleh the.collega 07-05-2025 14:12
eldini dan 34 lainnya memberi reputasi
25
27.7K
Kutip
702
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
the.collega
#238
Chapter 149
Quote:
Mendengar kisah yang begitu menyedihkan yang dibawakan oleh Gonzalo membuat Solo yang ikut mendengar bersama yang lainnya pun sedih dan menitikan air matanya. Sedangkan Lio dan juga Djohan yang melihat seniornya itu menangis tidak tega dan segera memberikan tisu untuk menghapus air matanya.
“Aku jadi kepikiran, bagaimana perasaan tuan Stam saat mendengarnya pertama kali,” ucap Solo yang kembali menangis.
“Aku ingat tuan Stam marah besar kepada mendiang tuan Kaizer, aku sampai tidak berani menegurnya,” ucap Gonzalo.
“Hal yang wajar mengingat mendiang tuan Kaizer menutupinya begitu rapat, mungkin tuan Stam merasa seperti dikhianati karena tidak diberi tahu suatu hal yang begitu penting…” Lio berpendapat, jarang sekali anak remaja ini ikut berpartisipasi dalam obrolan orang dewasa, khususnya antara anggota Silver Clan sendiri.
Sementara itu Djohan tersenyum sambil membayangkan bagaimana reaksi adiknya ketika diberitahu hal yang sama. Ia tidak kuat tenaga untuk memberitahu bahwa kakak yang begitu disayangi oleh adiknya telah tiada, dan orang yang kerap kali mengabarinya dan sesekali berkunjung adalah sesosok monter yang mengambil alih tubuhnya.
“Ada apa Djohan?” tanya Solo yang cepat menyadari perubahan sikap Djohan.
“Ah tidak apa-apa,” sambil tersenyum. “lalu bagaimana kelanjutannya?” Djohan mengembalikan topik pembicaraan dan Gonzalo mulai melanjutkan lagi ceritanya.
Semenjak kemarahan besar Cronic, sosoknya yang menjadi sangat dingin jarang sekali terlihat di rumah, memunculkan batang hidungnya sedikit saja di area bar pun tidak. Tuan Kaizer sudah meminta Gonzalo untuk tidak mencarinya, butuh waktu untuk mencerna semua kejadian yang ada. Padahal tuan Kaizer sendiri sudah melacaknya, dan posisi Cronic tepat berada di ruangan tersembunyi di bawah tanah.
“Hm…, semakin lama aku di sini, maka pertumbuhan mereka akan semakin cepat. Sedangkan Cronic masih dalam kondisi yang tidak stabil,” Kaizer menghirup nafas panjang dan kemudian berbaring lagi di tempat tidurnya.
Sementara itu Cronic duduk di tengah-tengah lapangan yang seluasnya setara lapak sepak bola, bagaimana pekerja membangunnya masih menjadi sebuah misteri, bahkan tuan Kaizer pun tidak memberitahunya. Suasana di bawah sini dingin dan juga gelap karena semua lampu yang ada sengaja dimatikan oleh Cronic. Dalam kesendiriannya itu, ia merasa begitu bersalah karena dalam kondisi atasannya yang seperti itu, sebuah misi yang berat masih harus dilakukan.
“Jika saja aku orang yang kuat!” muncul kabut-kabut berhawa dingin yang mendadak mengisi seluruh ruangan. “ARGH!” tinjunya menghantam tanah yang membuat bangunan bergetar hebat sampai dirasakan di area bar.
“Eh? Ada gempa bumi?” tanya seorang pelanggan kepada teman didepannya.
“Entahlah,” wajahnya mulai kelihatan panik.
Botol-botol dalam lemari ikut bergoyang hebat, Gonzalo menjaganya agar tidak ada yang terjatuh ke lantai.
“Gempa kah?” sambil melirik ke arah pelanggan, namun guncangannya hanya berlangsung beberapa detik saja, dan kondisinya sekarang telah menjadi seperti biasa kembali.
“Hei, apa itu barusan?” sahut pelanggan kepada Gonzalo.
“Aku tidak tahu, coba aku cek dahulu keluar,” jawab Gonzalo yang kemudian berjalan keluar.
Di depan bar, tampak orang-orang yang terlihat biasa saja seperti tidak ada sesuatu yang terjadi, bahkan dari mereka tampak berjalan santai sambil membawa tas sambil berbincang-bincang. Gonzalo kembali masuk dan menjelaskan kepada pelanggan bahwa tidak ada gempa yang terjadi, orang-orang bersikap biasa, lalu ia berinisiatif untuk mengecek ke bagian dapur dan juga gudang di area bawah tanah.
“Semoga bukan sesuatu yang menakutkan seperti kebocoran gas,” langkahnya pelan menuju gudang bawah tanah, setelah lampu dinyalakan, tidak ada sesuatu yang terjadi, barang-barang yang tergeletak masih dalam posisinya. Hanya ada sebuah uap yang muncul dari sisi dinding. Gonzalo mendekati uap itu. “hm, uap apa?” setelah dipegang ternyata uap itu berhawa dingin. Lalu tangannya tidak sengaja memegang dinding yang mengeluarkan uap, dan ajaibnya sebuah pintu rahasia terbuka. “eh? Apa tuan Kaizer mengetahui hal ini?”
Rasa penasaran yang tinggi membuat Gonzalo membuka pintu rahasia itu. Uap berhawa dingin berasal dari tempat ini, namun semua tampak sangat gelap, tidak terlihat apa-apa didepannya. Tangannya merasa bagian samping dan menemukan saklar yang dinyalakannya. Saat lampu menyala, sebuah tangga panjang muncul.
“Tangga? Arahnya menuju ke bawah,” dengan hati-hati Gonzalo menuruni anak tangga, hawanya sangat dingin hingga mulutnya mengeluarkan asap saat bernafas.
Saat sampai di anak tangga terakhir, terlihat sebuah lorong panjang yang kanan-kirinya dipenuhi oleh pipa-pipa yang berukuran cukup besar. Di ujung lorong terdapat sebuah pintu yang mengeluarkan uap tebal. Ini kali pertama Gonzalo mengetahui jalur seperti ini di tempat tinggalnya sekaligus tempat bekerja.
“Pipa-pipa ini pasti sebagai jalur pembuangan, tapi apa yang ada dibalik pintu itu?” rasa penasarannya kembali memuncak, semakin mendekati pintu, hawa yang terasa semakin dingin.
Saat Gonzalo mencoba menarik gagang pintunya, dalam hitungan detik genggamannya dilepaskan. Gagang pintunya sangat dingin dan malah membuat perih pada telapak tangannya. Namun tidak kehilangan akal, Gonzalo melapisi tangannya dengan sapu tangan yang selalu disimpan di saku belakang celananya. Meskipun tidak setebal yang diharapkan, setidaknya sapu tangannya berfungsi tuk melindungi dari rasa dingin yang tajam ke kulit.
“Mungkin aku akan dipecat karena ini,” Gonzalo menarik gagang pintunya lalu pintu terbuka, angin berhawa sangat dingin langsung menusuk kulit. Belum lagi pemandangan aneh yang dilihatnya, sebuah ruangan besar yang sangat luas. Dipenuhi oleh salju yang entah datang dari mana. Keanehan tidak berhenti di situ, saat sesosok mahkluk misterius ada didepannya dengan tanduk besar seperti serangga kumbang dan memiliki sayap yang jumlahnya ada enam. Berwarna perak mengkilat, bentuknya seperti memakai baju tempur.
Sesosok makhluk itu melihat Gonzalo sekilas lalu dari telapak tangannya keluar badai salju yang lebat, membuat pandangan Gonzalo menjadi serba putih. Gonzalo mencoba menghalangi salju menggunakan tangannya, sambil terus mengintip. Setelah badai yang sama sekali tidak melukai dirinya itu pergi, sosok makhluk tadi pun menghilang.
“Bagaimana caranya mereka membuat ruangan sebesar ini? bukankah luas bangunan bar tidak cukup? Ah itu tidak terlalu penting, jadi makhluk apa barusan?” matanya sibuk melihat seisi ruangan, hingga menemuka pintu lain terbuka yang letaknya jauh dari tempatnya berdiri. Gonzalo berlari dengan niat mengejar makhluk misteriusnya.
Langkahnya terhenti ketika menelusuri pintu yang dibaliknya terdapat lorong yang sama seperti jalannya masuk lalu ada sebuah tangga yang dinaiki, menembus ke sisi jalan yang cukup jauh dari Wilson Bar. Sebuah kotak telepon yang usang tidak terpakai dijadikan pintu lain dari ruangan besar itu. Kepalanya mendadak sakit ketika harus mencerna semuanya, mulai dari ruangan rahasia, makhluk misterius yang bisa mengeluarkan salju, dan juga misteri tentang tuan Kaizer dan Cronic yang sosoknya menghilang.
“Semoga tidak ada pelanggan baru yang datang,” keluh Gonzalo ketika kembali datang dan membuka pintu, Cronic yang sedang menjaga meja bar. “Cronic? Dari mana saja?” tanyanya.
“Bukan urusanmu,” jawabnya dingin. “apa kau sudah memberikan tuan Kaizer obat dan vitamin?” Gonzalo menggelengkan kepalanya, lalu mulai mengerjakan yang diperintahkan.
“Eh?” Gonzalo terhenti sebentar saat menaiki tangga, lalu kembali naik ke atas untuk membantu bosnya itu meminum obat dan vitaminnya.
“Aku jadi kepikiran, bagaimana perasaan tuan Stam saat mendengarnya pertama kali,” ucap Solo yang kembali menangis.
“Aku ingat tuan Stam marah besar kepada mendiang tuan Kaizer, aku sampai tidak berani menegurnya,” ucap Gonzalo.
“Hal yang wajar mengingat mendiang tuan Kaizer menutupinya begitu rapat, mungkin tuan Stam merasa seperti dikhianati karena tidak diberi tahu suatu hal yang begitu penting…” Lio berpendapat, jarang sekali anak remaja ini ikut berpartisipasi dalam obrolan orang dewasa, khususnya antara anggota Silver Clan sendiri.
Sementara itu Djohan tersenyum sambil membayangkan bagaimana reaksi adiknya ketika diberitahu hal yang sama. Ia tidak kuat tenaga untuk memberitahu bahwa kakak yang begitu disayangi oleh adiknya telah tiada, dan orang yang kerap kali mengabarinya dan sesekali berkunjung adalah sesosok monter yang mengambil alih tubuhnya.
“Ada apa Djohan?” tanya Solo yang cepat menyadari perubahan sikap Djohan.
“Ah tidak apa-apa,” sambil tersenyum. “lalu bagaimana kelanjutannya?” Djohan mengembalikan topik pembicaraan dan Gonzalo mulai melanjutkan lagi ceritanya.
Semenjak kemarahan besar Cronic, sosoknya yang menjadi sangat dingin jarang sekali terlihat di rumah, memunculkan batang hidungnya sedikit saja di area bar pun tidak. Tuan Kaizer sudah meminta Gonzalo untuk tidak mencarinya, butuh waktu untuk mencerna semua kejadian yang ada. Padahal tuan Kaizer sendiri sudah melacaknya, dan posisi Cronic tepat berada di ruangan tersembunyi di bawah tanah.
“Hm…, semakin lama aku di sini, maka pertumbuhan mereka akan semakin cepat. Sedangkan Cronic masih dalam kondisi yang tidak stabil,” Kaizer menghirup nafas panjang dan kemudian berbaring lagi di tempat tidurnya.
Sementara itu Cronic duduk di tengah-tengah lapangan yang seluasnya setara lapak sepak bola, bagaimana pekerja membangunnya masih menjadi sebuah misteri, bahkan tuan Kaizer pun tidak memberitahunya. Suasana di bawah sini dingin dan juga gelap karena semua lampu yang ada sengaja dimatikan oleh Cronic. Dalam kesendiriannya itu, ia merasa begitu bersalah karena dalam kondisi atasannya yang seperti itu, sebuah misi yang berat masih harus dilakukan.
“Jika saja aku orang yang kuat!” muncul kabut-kabut berhawa dingin yang mendadak mengisi seluruh ruangan. “ARGH!” tinjunya menghantam tanah yang membuat bangunan bergetar hebat sampai dirasakan di area bar.
“Eh? Ada gempa bumi?” tanya seorang pelanggan kepada teman didepannya.
“Entahlah,” wajahnya mulai kelihatan panik.
Botol-botol dalam lemari ikut bergoyang hebat, Gonzalo menjaganya agar tidak ada yang terjatuh ke lantai.
“Gempa kah?” sambil melirik ke arah pelanggan, namun guncangannya hanya berlangsung beberapa detik saja, dan kondisinya sekarang telah menjadi seperti biasa kembali.
“Hei, apa itu barusan?” sahut pelanggan kepada Gonzalo.
“Aku tidak tahu, coba aku cek dahulu keluar,” jawab Gonzalo yang kemudian berjalan keluar.
Di depan bar, tampak orang-orang yang terlihat biasa saja seperti tidak ada sesuatu yang terjadi, bahkan dari mereka tampak berjalan santai sambil membawa tas sambil berbincang-bincang. Gonzalo kembali masuk dan menjelaskan kepada pelanggan bahwa tidak ada gempa yang terjadi, orang-orang bersikap biasa, lalu ia berinisiatif untuk mengecek ke bagian dapur dan juga gudang di area bawah tanah.
“Semoga bukan sesuatu yang menakutkan seperti kebocoran gas,” langkahnya pelan menuju gudang bawah tanah, setelah lampu dinyalakan, tidak ada sesuatu yang terjadi, barang-barang yang tergeletak masih dalam posisinya. Hanya ada sebuah uap yang muncul dari sisi dinding. Gonzalo mendekati uap itu. “hm, uap apa?” setelah dipegang ternyata uap itu berhawa dingin. Lalu tangannya tidak sengaja memegang dinding yang mengeluarkan uap, dan ajaibnya sebuah pintu rahasia terbuka. “eh? Apa tuan Kaizer mengetahui hal ini?”
Rasa penasaran yang tinggi membuat Gonzalo membuka pintu rahasia itu. Uap berhawa dingin berasal dari tempat ini, namun semua tampak sangat gelap, tidak terlihat apa-apa didepannya. Tangannya merasa bagian samping dan menemukan saklar yang dinyalakannya. Saat lampu menyala, sebuah tangga panjang muncul.
“Tangga? Arahnya menuju ke bawah,” dengan hati-hati Gonzalo menuruni anak tangga, hawanya sangat dingin hingga mulutnya mengeluarkan asap saat bernafas.
Saat sampai di anak tangga terakhir, terlihat sebuah lorong panjang yang kanan-kirinya dipenuhi oleh pipa-pipa yang berukuran cukup besar. Di ujung lorong terdapat sebuah pintu yang mengeluarkan uap tebal. Ini kali pertama Gonzalo mengetahui jalur seperti ini di tempat tinggalnya sekaligus tempat bekerja.
“Pipa-pipa ini pasti sebagai jalur pembuangan, tapi apa yang ada dibalik pintu itu?” rasa penasarannya kembali memuncak, semakin mendekati pintu, hawa yang terasa semakin dingin.
Saat Gonzalo mencoba menarik gagang pintunya, dalam hitungan detik genggamannya dilepaskan. Gagang pintunya sangat dingin dan malah membuat perih pada telapak tangannya. Namun tidak kehilangan akal, Gonzalo melapisi tangannya dengan sapu tangan yang selalu disimpan di saku belakang celananya. Meskipun tidak setebal yang diharapkan, setidaknya sapu tangannya berfungsi tuk melindungi dari rasa dingin yang tajam ke kulit.
“Mungkin aku akan dipecat karena ini,” Gonzalo menarik gagang pintunya lalu pintu terbuka, angin berhawa sangat dingin langsung menusuk kulit. Belum lagi pemandangan aneh yang dilihatnya, sebuah ruangan besar yang sangat luas. Dipenuhi oleh salju yang entah datang dari mana. Keanehan tidak berhenti di situ, saat sesosok mahkluk misterius ada didepannya dengan tanduk besar seperti serangga kumbang dan memiliki sayap yang jumlahnya ada enam. Berwarna perak mengkilat, bentuknya seperti memakai baju tempur.
Sesosok makhluk itu melihat Gonzalo sekilas lalu dari telapak tangannya keluar badai salju yang lebat, membuat pandangan Gonzalo menjadi serba putih. Gonzalo mencoba menghalangi salju menggunakan tangannya, sambil terus mengintip. Setelah badai yang sama sekali tidak melukai dirinya itu pergi, sosok makhluk tadi pun menghilang.
“Bagaimana caranya mereka membuat ruangan sebesar ini? bukankah luas bangunan bar tidak cukup? Ah itu tidak terlalu penting, jadi makhluk apa barusan?” matanya sibuk melihat seisi ruangan, hingga menemuka pintu lain terbuka yang letaknya jauh dari tempatnya berdiri. Gonzalo berlari dengan niat mengejar makhluk misteriusnya.
Langkahnya terhenti ketika menelusuri pintu yang dibaliknya terdapat lorong yang sama seperti jalannya masuk lalu ada sebuah tangga yang dinaiki, menembus ke sisi jalan yang cukup jauh dari Wilson Bar. Sebuah kotak telepon yang usang tidak terpakai dijadikan pintu lain dari ruangan besar itu. Kepalanya mendadak sakit ketika harus mencerna semuanya, mulai dari ruangan rahasia, makhluk misterius yang bisa mengeluarkan salju, dan juga misteri tentang tuan Kaizer dan Cronic yang sosoknya menghilang.
“Semoga tidak ada pelanggan baru yang datang,” keluh Gonzalo ketika kembali datang dan membuka pintu, Cronic yang sedang menjaga meja bar. “Cronic? Dari mana saja?” tanyanya.
“Bukan urusanmu,” jawabnya dingin. “apa kau sudah memberikan tuan Kaizer obat dan vitamin?” Gonzalo menggelengkan kepalanya, lalu mulai mengerjakan yang diperintahkan.
“Eh?” Gonzalo terhenti sebentar saat menaiki tangga, lalu kembali naik ke atas untuk membantu bosnya itu meminum obat dan vitaminnya.
69banditos memberi reputasi
1
Kutip
Balas