Kaskus

Story

makmiah123Avatar border
TS
makmiah123
INGGIS (TAKUT)...
Salam kenal Gan n Sist.. Ane mau nyoba-nyoba nulis di forum SFTH nih.. Kalo ada saran atau kritik bebas aja yah, asal ga ngelanggar aturan/Kode etik SFTH aja.. Sebagian cerita ini real story berdasarkan pengalaman temen ane yang minta segala macam tentang dia dan tempatnya dirahasiakan dan sebagian lagi fiksi.. Sebagai orang yang baru belajar nulis, pasti banyak banget kekurangan nya yaa Gan n Sist.. Jadi harap maklum saja.. Hehe..



PROLOG..



Ada sesuatu yang membuat dusun indah nan asri tempat ku dilahirkan tak lagi nyaman.. 



INGGIS (TAKUT)...


https://www.kaskus.co.id/show_post/6...10/1/flashback
https://www.kaskus.co.id/show_post/6...akek-misterius
https://www.kaskus.co.id/show_post/6...anehan-mak-tua
Raungan Dinar dan Keanehan Teh Nining
Adu Mulut
Penuturan Rima
Pengakuan Ambu
Fadil Kecewa, Ambu..
Dua Penolong Misterius
Kabar Mengejutkan
Antara Nyata dan Tidak...
Tamu Yang Meresahkan
Curhat..
Bang Kosim Dukun Nyentrik (1)
Bang Kosim Dukun Nyentrik (2)
Bang Kosim Kapok
Ada Apa Lagi Ini, Yaa Tuhan...
Bangle, Daun Kelor dan Tebu Hitam
Kerasukan..
KOMA..
Selamat Jalan, Bunda.. Ayah, Ikhlas...
Apa Yang Ambu Lakukan Membuat Malu..
Jangan Bawa Putri Ku..
Mimpi Buruk...
Mata Batin Chyntia
Bantuan Chyntia..
Keluarkan Perempuan Itu Dari Rumahku...
Permintaan Tolong Ratih..
Apakah Salah Lihat?
Penyakit Aneh..
Penuturan Pak Daus..
Meninggalnya Mbak Nur
Pengobatan(Turuti Ikhlas atau Dendam)
Sepenggal Kisah Abah
Godaan Shalat
Aki Maung Hideung..
Hampir Tertabrak..
Chyntia, Kasihan Gadis Itu..
Perempuan Berkebaya Merah (Bukan Yang Lagi Viral, Yak)
Nyaris Tersesat..
Dukun-Dukun Keparat!!
Sebuah Bisikan..
Diubah oleh makmiah123 20-12-2022 08:06
habibhievAvatar border
arieaduhAvatar border
somattAvatar border
somatt dan 37 lainnya memberi reputasi
38
32.7K
268
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52.1KAnggota
Tampilkan semua post
makmiah123Avatar border
TS
makmiah123
#11
Adu Mulut...
Saat suara adzan Subuh berkumandang, aku dibangunkan Ratih yang meminta diriku membangunkan Rima dan Ambu serta menjemput Dinar dikamar Ambu.. Dengan masih sesekali menguap, aku mulai berjalan menuju kamar Ambu.. Aku yang melihat pintu kamar Ambu sedikit terbuka, perlahan mendorongnya agar lebih leluasa masuk..

Diatas ranjang, aku melihat Ambu masih tertidur pulas dengan tangan kanan dijadikan sandaran kepala Dinar.. Mendengar suara pintu berdecit barusan, putri ku Dinar rupanya ikut terjaga.. Dengan wajah polosnya, ia bangun dari samping Ambu dan mengulurkan tangan meminta untuk digendong..

Aku yang melihat Ambu masih sangat pulas, tak tega untuk membangunkan.. Nanti saja selepas aku mengantarkan Dinar ke Bundanya, aku baru membangunkan Ambu untuk menunaikan Shalat Subuh..

“Ambu dan Rima sudah dibangunkan, Yah?” Tanya Ratih setelah menerima Dinar dari gendonganku..

“Belum, Bun.. Ambu kayanya nyenyak banget.. Aku bangunin Rima dulu deh, baru nanti Ambu”

Ratih menganggukkan kepala dan langsung menciumi Dinar.. Lalu aku kembali berjalan keluar kamar menuju kamar Rima.. Tiga kali ketukan dipintu kamar nya sambil memanggil manggil nama Cebol membuat Rima langsung menyahut..

Dengan wajah masih mengantuk namun nampak sebal pula, Rima perlahan berjalan menuju kamar mandi.. Aku sempat tersenyum melihat tingkah adik ku satu-satunya itu, kemudian memutuskan untuk membangunkan Ambu..

Persis di depan kamar Ambu yang kali ini pintunya sudah tertutup rapat, aku sempat berdiri tertegun.. Seingatku, sewaktu aku mengambil Dinar dari dalam kamar Ambu, pintunya masih terbuka.. Aku yang penasaran, hendak membuka kembali pintu kamar Ambu..Namun..

“Dil, kamu udah Shalat?”

Suara Ambu dari belakang, sontak membuatku terkejut.. Aku langsung membalikkan badan dan kembali tertegun melihat sosok Ambu sudah berdiri sambil membuka mukena..

“Kenapa liatin Ambu kaya gitu, Dil?” Tanya Ambu dengan tatapan heran..

“Ambu bukannya masih tidur dikamar?”

“Sejak kapan Ambu bangunnya lebih siang dari kamu dan Rima? Dari Abahmu masih ada, Ambu selalu bangun sebelum Subuh”

“Tapi, Ambu.. Fadil barusan lihat Ambu masih tidur pulas pas jemput Dinar dikamar Ambu”

Untuk beberapa saat, Ambu nampak sedikit terkejut.. Namun dengan cepat ia mengalihkan wajahnya dan berpura-pura sibuk merapihkan mukena.. Aku yang tak habis fikir bagaimana mungkin dimasa kurang dari 5 menit, Ambu yang tadi kulihat masih tertidur pulas dikamarnya, kini sudah selesai melaksanakan kewajiban Agama..

Dan dari wajah Ambu pun aku tak melihat raut kantuk sama sekali.. Wajahnya nampak segar pertanda ia sudah lama terjaga.. Benak ku lantas mengaitkan keanehan yang kualami barusan dengan ucapan Ambu semalam, tentang Dinar ada yang menjaga dikamarnya..

“Sudah, Fadil.. Daripada kamu bengong-bengong begitu, lebih baik langsung Shalat dan temani Ambu makan singkong rebus hasil ladang kita di teras”

Aku menganggukkan kepala, meski dalam benak keanehan barusan belum terpecahkan.. Aku langsung ke kamar mandi, ambil wudhu dan melaksanakan Shalat Subuh berjamaah dengan Ratih didalam kamar.. Aku sempat merasakan sangat gerah sekali berada didalam kamar setelah Shalat bersama Ratih.. Istriku pun sama, bahkan ia sampai membuka jendela kamar agar dinginnya angin pagi bisa masuk menyejukkan kami.. Baru setelah aku membuka sarung beserta baju koko dan Ratih melepas mukenanya, rasa gerah tersebut lenyap..

Diteras, sambil memandangi halaman rumah kami yang ditumbuhi beberapa pohon besar, aku duduk bersila di sebelah Ambu yang sudah menyediakan sepiring singkong rebus hangat dan teh panas.. Aku sempat mengajak Ratih dan Rima untuk ikut bergabung bersama, namun Ratih terlebih dahulu ingin memandikan Dinar dengan air hangat.. Dan Rima, gadis itu lebih memilih melanjutkan tidur dikamarnya..

Kesempatan aku hanya berdua saja dengan Ambu, membuatku memutuskan untuk membicarakan tentang rencana ku dan Ratih yang ingin kembali ke rumah kami di Jakarta..

“Ambu yang kukus sendiri singkongnya?” Tanya ku memulai obrolan..

“Nining.. Ambu meminta bantuannya tadi pagi” Jawab Ambu setelah menggelengkan kepala..

Mendengar Ambu menyebut nama Teh Nining, Ingatanku kembali terlintas ke kejadian aneh semalam yang berlaku pada diri wanita itu dan juga Dinar..

“Sebenarnya, apa yang terjadi semalam, Ambu?” Tanyaku lagi dengan tatapan serius memandang wajah Ambu..

Ambu sendiri sempat membalas tatapan ku dengan sorot mata seolah tidak suka akan pertanyaan ku barusan.. Namun dengan perlahan beliau menghela nafas panjang dan mengalihkan pandangan ke halaman depan..


“Sepulangnya kau mengantarkan Mak Tua, jalan mana yang kau pilih, Fadil?”

Pertanyaan Ambu barusan membuatku bingung.. Mengapa beliau malah balik bertanya? Bukan menjelaskan penyebab segala hal aneh yang terjadi semalam..

“Kau lewati jalan awal kau menjemput Mak Tua, atau lewat jalan lain yang berlawanan?”

“Maksud Ambu apa?”

“Jawab saja pertanyaan Ambu, Dil”

Aku terdiam sejenak memikirkan dasar pertanyaan Ambu barusan.. Apakah Ambu tahu apa yang aku alami dirumah Mak Tua? Apakah beliau tau Mak Tua menitipkan ku benda misterius untuk Ratih?

“Fadil lewat jalan berlawanan, Ambu.. Itu karena Mak Tua yang menyuruh Fadil untuk jangan lewati jalan ditepi jurang”

Ambu yang sedari tadi memandangiku dari samping, kambali mengedarkan tatapan ke depan..

“Saat kau lewati hutan dan area pemakaman dusun, apakah kau mengucap permisi atau memberi salam?”

“Tidak, Ambu.. Fadil memang melewati beberapa orang yang berkendara dan berjalan kaki, tapi Fadil tidak ingat menyapa siapapun”

“Bukan menyapa orang kasar, Fadil.. Cucu Ambu semalam diganggu lelembut yang mengikuti mu karena mereka tidak suka kamu lewati tempatnya tanpa mengucap permisi.. Belum lagi Nining yang harus susah payah mengusir mereka satu persatu”

Aku tertegun mendengar kalimat demi kalimat yang terlisan dari mulut Ambu yang malah menyalahkanku akan hal semalam.. Otak ku yang masih waras menolak tuduhan Ambu.. Namun aku putuskan untuk menelan rasa kesal dalam hati.. Tak elok rasanya jika aku sampai adu mulut dengan Ambu diawal hari..

“Semakin lama kamu tinggal di Jakarta, semakin membuatmu lupa akan adat istiadat kita, Dil.. Seharusnya kau tetap ingat, jika tiap tempat pasti ada penunggunya.. Apalagi hutan dan kuburan.. Apa susahnya kau mengucap permisi ke mereka yang memang tidak bisa kau lihat tapi mampu melihatmu, bahkan mampu mengganggu anakmu, cucu Ambu”

“Sudahlah, Ambu.. Fadil ga mau obrolan ini diteruskan.. Fadil mulai muak dengan segala hal berbau mistis yang terjadi disini.. Ambu tau, Ratih, menantu Ambu sudah tak kerasan untuk terus tinggal disini.. Terserah Ambu mengizikan atau tidak, Fadil dan Ratih siang ini akan kembali ke Jakarta” Balasku yang tak kuasa lagi menahan emosi..

Ambu nampak terdiam dengan wajah seolah tidak percaya karena aku berani menentangnya.. Aku bukan menentang, namun aku lelah dengan hal-hal diluar nalar yang kerap kali aku temui semenjak kedatangan ku kembali ke dusun ini..

Dengan hati masih sedikit kesal, aku meninggalkan Ambu duduk sendiri di teras dan berjalan menuju kamar.. Namun saat aku hendak mencari Ratih dan Dinar yang tak ada didalam kamar, Rima nampak berjalan kearahku..

“Teteh lagi nemenin Dinar main di halaman samping, A” Ucap Rima yang sepertinya tahu aku sedang mencari istri dan anakku..

Aku menganggukkan kepala dan berjalan hendak menuju ke tempat mereka berada, akan tetapi Rima mendadak menangkap lengan kananku dan membuat diri ini menghentikan langkah..

“Aa bisa temenin Rima jalan pagi?” Pinta Rima yang membuatku sedikit heran mendengar ajakannya..

Untuk sekejap, aku menatap Rima yang sedang mengedarkan pandangannya ke pintu depan.. Persisnya kearah teras.. Seakan-akan ia tak mau Ambu sampai mendengar ucapannya..

Tanpa menunggu jawaban, Rima dengan cepat menarik tanganku dan terus menariknya hingga tiba dipintu belakang..

“Apa-apaan si Rim?”

“Ikut aja, A.. Rima mau ngobrol penting”

“Soal apa?”

“Soal Ambu”

rinandya
uken276
sirluciuzenze
sirluciuzenze dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.