- Beranda
- Stories from the Heart
THE WORLD [MONSTER]
...
TS
the.collega
THE WORLD [MONSTER]
Dibalik kemegahan dan kilauannya dunia ini, ternyata ia menyimpan suatu rahasia tergelap.
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
![THE WORLD [MONSTER]](https://s.kaskus.id/images/2020/09/15/2385673_20200915024638.jpg)
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
ARC I "Black Beat Beaters"
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
PERHATIAN:
- Mengandung kekerasan
- Bahasa Kasar
- Sedikit Vulgar
Quote:
![THE WORLD [MONSTER]](https://s.kaskus.id/images/2020/09/15/2385673_20200915024638.jpg)
"The Beetle Monster" by Funky Boy on artstation.com
Cerita mulai di post 2
INDEX
Character Bio : Penggambaran karakter yang muncul di serial ini [BWK Super]
bio
The World Entertainment : berisi cerita-cerita jenaka dari dunia The World [Monster]
Spoiler for Cerita Jenaka:
ARC I "Black Beat Beaters"
Spoiler for ARC I:
- Chapter 1
- Chapter 2
- Chapter 3
- Chapter 4
- Chapter 5
- Chapter 6
- Chapter 7
- Chapter 8
- Chapter 9
- Chapter 10
- Chapter 11
- Chapter 12
- Chapter 13
- Chapter 14
- Chapter 15
- Chapter 16
- Chapter 17
- Chapter 18
- Chapter 19
- Chapter 20
ARC II "The Farm"
Spoiler for ARC II:
- Chapter 21
- Chapter 22
- Chapter 23
- Chapter 24
- Chapter 25
- Chapter 25
- Chapter 26
- Chapter 27
- Chapter 28
- Chapter 29
- Chapter 30
- Chapter 31
- Chapter 32
- Chapter 33
- Chapter 34
- Chapter 35
- Chapter 36
- Chapter 37
- Chapter 38
- Chapter 39
- Chapter 40
- Chapter 41
- Chapter 42
- Chapter 43
- Chapter 44
- Chapter 45
ARC III "Mecha-Nism"
Spoiler for ARC III:
- Chapter 46
- Chapter 47
- Chapter 48
- Chapter 49
- Chapter 50
- Chapter 51
- Chapter 52
- Chapter 53
- Chapter 54
- Chapter 55
- Chapter 56
- Chapter 57
- Chapter 58
- Chapter 59
- Chapter 60
ARC IV "Warriors"
Spoiler for ARC IV:
- Chapter 61
- Chapter 62
- Chapter 63
- Chapter 64
- Chapter 65
- Chapter 66
- Chapter 67
- Chapter 68
- Chapter 69
- Chapter 70
- Chapter 71
- Chapter 72
- Chapter 73
- Chapter 74
- Chapter 75
- Chapter 76
- Chapter 77
- Chapter 78
- Chapter 79
- Chapter 80
- Chapter 81
- Chapter 82
- Chapter 83
- Chapter 84
- Chapter 85
- Chapter 86
- Chapter 87
ARC V "Betrayal"
Spoiler for ARC V:
- Chapter 88
- Chapter 89
- Chapter 90
- Chapter 91
- Chapter 92
- Chapter 93
- Chapter 94
- Chapter 95
- Chapter 96
- Chapter 97
- Chapter 98
- Chapter 99
- Chapter 100
- Chapter 101
- Chapter 102
- Chapter 103
- Chapter 104
- Chapter 105
- Chapter 106
- Chapter 107
- Chapter 108
- Chapter 109
- Chapter 110
- Chapter 111
- Chapter 112
- Chapter 113
- Chapter 114
- Chapter 115
- Chapter 116
- Chapter 117
ARC VI "Origin"
Spoiler for ARC VI:
- Chapter 118
- Chapter 119
- Chapter 120
- Chapter 121
- Chapter 122
- Chapter 123
- Chapter 124
- Chapter 125
- Chapter 126
- Chapter 127
- Chapter 128
- Chapter 129
- Chapter 130
- Chapter 131
- Chapter 132
- Chapter 133
- Chapter 134
- Chapter 135
- Chapter 136
- Chapter 137
- Chapter 138
- Chapter 139
- Chapter 140
ARC VII "Sword Of Light"
Spoiler for ARC VII:
- Chapter 141
- Chapter 142
- Chapter 143
- Chapter 144
- Chapter 145
- Chapter 146
- Chapter 147
- Chapter 148
- Chapter 149
- Chapter 150
- Chapter 151
- Chapter 152
- Chapter 153
- Chapter 154
- Chapter 155
- Chapter 156
- Chapter 157
ARC VIII "Beaters Assassination Special Squad"
Spoiler for ARC VIII:
- Chapter 158
- Chapter 159
- Chapter 160
- Chapter 161
- Chapter 162
- Chapter 163
- Chapter 164
- Chapter 165
- Chapter 166
- Chapter 167
- Chapter 168
- Chapter 169
- Chapter 170
- Chapter 171
- Chapter 172
- Chapter 173
- Chapter 174
- Chapter 175
- Chapter 176
- Chapter 177
- Chapter 178
- Chapter 179
- Chapter 180
- Chapter 181
- Chapter 182
- Chapter 183
- Chapter 184
- Chapter 185
- Chapter 186
- Chapter 187
- Chapter 188
- Chapter 189
- Chapter 190
- Chapter 191
- Chapter 192
- Chapter 193
- Chapter 194
- Chapter 195
- Chapter 196
- Chapter 197
ARC IX "RED SUN"
Spoiler for ARC IX:
- Chapter 198
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- Lanjutan Arc
- Chapter 199
- Chapter 200
- Chapter 201
- Chapter 202
- Chapter 203
- Chapter 204
- Lanjutan Arc
Diubah oleh the.collega 07-05-2025 14:12
eldini dan 34 lainnya memberi reputasi
25
27.7K
Kutip
702
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
the.collega
#235
Chapter 147
Quote:
Pertempuran yang terlihat memang tidak begitu seimbang, meskipun duo kembar itu selalu saja menutup serangan demi serangan, tetapi Kaizer terlalu kuat bagi mereka. Kekuatan penyembuhan diri sendiri atau yang disebut regen tidak juga bisa diandalkan jika keadaannya semakin mendesak. Sementara itu Kaizer masih tampak santai, pedang es berukuran raksasa bisa muncul kapan saja.
“Bagaimana ini?” ucap Globe yang mengambil alih tubuh.
“Entahlah, mungkin semuanya harus berakhir di sini,” Atlas nampaknya sudah sangat frustasi.
“Apa kau bilang?! Sudah benar kau diam di bawah situ!” Globe tersulut emosinya, ia merasa kesal karena Kaizer seperti memainkan mereka berdua. Apalagi ada bawahannya yang menonton. “tukang pamer!” Atlas tidak mampu berbuat banyak ketika Globe lebih mendominasi memaksakan kekuatannya. Dua tangan besar bercakar panjang siap menerjang tubuh Kaizer.
“Kenapa tuan Kaizer hanya diam mematung?” ucap Cronic yang melihat dari kejauhan.
“Haha! Kekuatanmu sudah habis rupanya!” cakarnya diluncurkan, namun tiba-tiba tubuh monster Globe membeku, hingga ujung kukunya hampir mengenai kepala Kaizer. “a…pa?!”
“Kau terlalu panas, padahal sudah kuciptakan suasana yang lebih dingin di sini,” ucap Kaizer santai. Ia mengangkat pedang esnya, mengarahkannya ke samping yang kemudian memanjang dan membesar, tetapi pegangannya masih ukuran yang dapat digenggam. “kalian terlalu merepotkanku, padahal sudah ku belah, ternyata kau pintar menyembunyikannya yah…,” matanya mengarah ke lutut, tempat yang diduga Beat berada.
“ARRRGGGHHHH!” Globe meronta ingin lepas dari kurungan es yang menyelimuti tubuhnya, karena Atlas menguasai tubuh bagian bawah, tidak banyak hal yang dapat dilakukannya.
“Sele---,” tiba-tiba pedang es yang sudah diayunkan pun pecah, Globe mengira yang dilakukan Kaizer adalah jurus pamungkas untuk memusnahkannya, ternyata tidak. Karena tubuh Kaizer mendadak ambruk dan keluar darah dari area mulutnya yang tertutup.
Es yang tadinya menahan monster Beaters itu pun perlahan mencair dan pecah, dari jarak yang sedekat ini serangan apapun yang dilancarkan akan berakibat fatal, apalagi kondisi Kaizer yang mendadak berlutut di hadapan sang monster. Globe tertawa keras, meledek Kaizer dengan umpatan yang kasar, lalu tidak ingin membuang waktu di kesempatan yang sangat langka ini, kedua tangan besarnya diayunkan.
“TUAN!” Cronic tidak tinggal diam, keluar tanduk kumbang kecil didahinya, lalu dalam sekejap muncul tangan besar berbahan salju yang keras.
“AH baik!” Globe harus merelakan kesempatannya karena tangan besar itu memiliki tonjolan yang tajam keluar dari telapak tangan, memang dibuat untuk menyerang sehingga membuatnya memilih untuk menghindar dan menjauh.
Cronic tiba di depan Kaizer yang kini lebih banyak lagi memuntahkan darah, bentuknya yang sempurna itu akhirnya terkikis dan menyisakan bentuk manusianya. Kedua tangannya menopang badan selagi darah yang terus merubah warna menjadi merah. Cronic tidak tahu apa yang terjadi, dan fokusnya saat ini adalah untuk menjaga atasannya itu.
Globe tidak menyerah, menurutnya dengan kombinasi kekuatan sekarang, jika hanya bawahannya saja dapat dibereskan. Tetapi nampaknya Atlas tidak setuju dengan nafsu Globe yang sudah sangat tinggi, karena ia pengendali tubuh bagian bawah yang dapat mengerakkan kakinya untuk pergi dari tempatnya berada. Adu mulut pun terjadi, tetapi Atlas memantapkan niatnya dan karena sudah mengetahui kelemahan musuh, langkah terbaik adalah untuk mundur sejenak dan merencanakan serangan berikutnya.
“KENAPA SIH?!” bentak Globe yang tidak bisa menggerakan tubuhnya karena Atlas lebih mendominasi sekarang.
“DINGINKAN KEPALAMU!” bentak Atlas, “kita terlalu banyak menggunakan energi ketika melawan kumbang ksatria itu dan musuh kita satu lagi bahkan hanya bernafas saja dari tadi. Jika kita paksakan, hanya orang itu yang kemungkinan hidup!” Globe tidak mau beragumen lagi, alasan Atlas sangat logis menurutnya.
Monster besar itu pergi dari medan pertempuran, sementara itu Cronic masih sangat panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya, terlebih ketika tuan Kaizer tidak sadarkan diri. Jika ia membawanya pulang, maka akan menimbulkan kecurigaan yang besar pada Gonzalo. Jika dibawa ke rumah sakit, nantinya jati diri mereka akan terungkap ketika dokter melakukan pemeriksaan. Tapi pilihan harus dibuat, Cronic sudah memutuskan.
“Apa yang terjadi padamu tuan?” ucap Cronic dalam keadaan panik. “tidak ada jalan lain lagi!” hal sudah diputuskan, yaitu membawa tuan Kaizer pulang, tuk alasan nantinya dipikirkan dalam perjalanan.
Gonzalo sedang membersihkan meja pelanggan yang kotor, ditemani dengan siaran televisi malam, hari ini pelanggan tidak terlalu banyak dan dirinya sedikit santai. Hingga sebuah gebrakan keras dari pintu mengagetkannya, apalagi ketika melihat Cronic membopong Kaizer yang bersimbah darah, tidak ada hal lain yang lebih penting kecuali membawa bosnya itu keruangannya. Cronic sempat membentak ketika Gonzalo menyarankan untuk menelepon ambulan. Kecurigaannya muncul, terkait pekerjaan dua atasannya itu, hal yang menyinggung kriminal mendominasi otaknya.
“Ada apa?” tanya Gonzalo ketika tubuh Kaizer sudah direbahkan di atas kasur. “kenapa tuan Kaizer bisa seperti ini?” dirinya pun mulai panik.
Cronic tidak bisa berpikir jernih, yang dilakukannya hanya diam mematung, dan menyesali tindakannya yang lebih banyak diam meskipun diperintah langsung.
“ARGH!” tinju besar dihantamkan ke tembok, membuat kerusakan yang cukup aneh bagi Gonzalo, bagaimana seorang manusia bisa membuat tembok kamar ini retak membuat bekas kepalan.
Terdengar suara rintihan yang berasal dari Kaizer, perlahan ia siuman. Baik Cronic dan Gonzalo menghampiri namun tidak mengeluarkan suara sebelum atasannya itu benar-benar sudah sadar.
“Gonzalo, tolong ambilkan aku air hangat dan juga handuk bersih,” hal pertama yang diucapkannya setelah sepenuhnya sadar, Gonzalo pun melakukan tugasnya dengan keluar dari ruangan. Hanya tersisa Cronic dikamarnya. “hei, dekatkan kepalamu sebentar,” Kaizer membisikan sesuatu, banyak pertanyaan yang tampaknya ingin diutarakan, tetapi Cronic lebih menghargai keinginan atasan sekaligus ketuanya itu.
Dengan membawa wadah berisi air hangat dan juga handuk bersih seperti yang dipinta atasannya, Gonzalo tiba di depan kamar yang pintunya sudah tertutup, berdiri di samping adalah Cronic dengan wajah yang memaling ke samping, tidak ingin terlihat lemah di hadapan bawahannya itu. Situasi seperti ini baru dialami oleh Gonzalo, keadaan yang cukup genting.
“Bagaimana dengan air---,” belum selesai bicara Cronic sudah memberi isyarat, dan Gonzalo membuka pintunya pelan-pelan. Di dalam Kaizer sudah duduk di atas kasur sambil mensenderkan badannya.
“Simpan saja di sini,” menunjuk ke meja kecil yang berada tepat di samping kasurnya. “oh iya, kau sudah lihat kan Cronic di luar? Kusarankan kau tidak mengusiknya, aku baik-baik saja kok, tenang saja,” masih dapat mengucapkan dengan santai padahal leher dan kerah bajunya dipenuhi oleh darah.
“Baiklah,” Gonzalo paham betul bahwa posisinya, ada tembok besar yang menghalangi. Padahal ia juga sangat khawatir dengan kondisi atasannya itu.
“Oh iya, satu lagi. Besok kemungkinan dokter pribadiku akan datang, jadi tolong jamu dengan baik,” ucap Kaizer sesaat sebelum Gonzalo keluar dari kamar.
Saat membuka pintu sosok Cronic sudah tidak ada di sana, kejadian yang serba mendadak ini menimbulkan pertanyaan besar bagi Gonzalo, terutama tentang pekerjaan yang dilakukan oleh atasannya tersebut. Malam sudah larut dan kondisi Cronic sangat tidak memungkinkan untuk diajak berbicara. Gonzalo melanjutkan membersihkan tempat kerjanya karena baru sedikit yang dibersihkan.
Angin malam berhembus masuk melalui sela-sela yang tidak rapat, Kaizer membersihkan darah yang menempel pada tubuhnya. Harusnya ia bisa mengukur diri dengan membasmi duo kembar itu sebelum kejadian hal seperti ini. Tetapi semuanya sudah terjadi, hal yang ditutupinya sangat rapat akan terbongkar ketika dokter pribadinya itu datang dan memberitahukan semuanya pada Cronic dan juga Gonzalo.
“Cronic pasti akan lebih gila lagi, dan…,” berhenti membasuh lehernya. “hmm, apa Gonzalo bisa menerima ini apa tidak?”
“Bagaimana ini?” ucap Globe yang mengambil alih tubuh.
“Entahlah, mungkin semuanya harus berakhir di sini,” Atlas nampaknya sudah sangat frustasi.
“Apa kau bilang?! Sudah benar kau diam di bawah situ!” Globe tersulut emosinya, ia merasa kesal karena Kaizer seperti memainkan mereka berdua. Apalagi ada bawahannya yang menonton. “tukang pamer!” Atlas tidak mampu berbuat banyak ketika Globe lebih mendominasi memaksakan kekuatannya. Dua tangan besar bercakar panjang siap menerjang tubuh Kaizer.
“Kenapa tuan Kaizer hanya diam mematung?” ucap Cronic yang melihat dari kejauhan.
“Haha! Kekuatanmu sudah habis rupanya!” cakarnya diluncurkan, namun tiba-tiba tubuh monster Globe membeku, hingga ujung kukunya hampir mengenai kepala Kaizer. “a…pa?!”
“Kau terlalu panas, padahal sudah kuciptakan suasana yang lebih dingin di sini,” ucap Kaizer santai. Ia mengangkat pedang esnya, mengarahkannya ke samping yang kemudian memanjang dan membesar, tetapi pegangannya masih ukuran yang dapat digenggam. “kalian terlalu merepotkanku, padahal sudah ku belah, ternyata kau pintar menyembunyikannya yah…,” matanya mengarah ke lutut, tempat yang diduga Beat berada.
“ARRRGGGHHHH!” Globe meronta ingin lepas dari kurungan es yang menyelimuti tubuhnya, karena Atlas menguasai tubuh bagian bawah, tidak banyak hal yang dapat dilakukannya.
“Sele---,” tiba-tiba pedang es yang sudah diayunkan pun pecah, Globe mengira yang dilakukan Kaizer adalah jurus pamungkas untuk memusnahkannya, ternyata tidak. Karena tubuh Kaizer mendadak ambruk dan keluar darah dari area mulutnya yang tertutup.
Es yang tadinya menahan monster Beaters itu pun perlahan mencair dan pecah, dari jarak yang sedekat ini serangan apapun yang dilancarkan akan berakibat fatal, apalagi kondisi Kaizer yang mendadak berlutut di hadapan sang monster. Globe tertawa keras, meledek Kaizer dengan umpatan yang kasar, lalu tidak ingin membuang waktu di kesempatan yang sangat langka ini, kedua tangan besarnya diayunkan.
“TUAN!” Cronic tidak tinggal diam, keluar tanduk kumbang kecil didahinya, lalu dalam sekejap muncul tangan besar berbahan salju yang keras.
“AH baik!” Globe harus merelakan kesempatannya karena tangan besar itu memiliki tonjolan yang tajam keluar dari telapak tangan, memang dibuat untuk menyerang sehingga membuatnya memilih untuk menghindar dan menjauh.
Cronic tiba di depan Kaizer yang kini lebih banyak lagi memuntahkan darah, bentuknya yang sempurna itu akhirnya terkikis dan menyisakan bentuk manusianya. Kedua tangannya menopang badan selagi darah yang terus merubah warna menjadi merah. Cronic tidak tahu apa yang terjadi, dan fokusnya saat ini adalah untuk menjaga atasannya itu.
Globe tidak menyerah, menurutnya dengan kombinasi kekuatan sekarang, jika hanya bawahannya saja dapat dibereskan. Tetapi nampaknya Atlas tidak setuju dengan nafsu Globe yang sudah sangat tinggi, karena ia pengendali tubuh bagian bawah yang dapat mengerakkan kakinya untuk pergi dari tempatnya berada. Adu mulut pun terjadi, tetapi Atlas memantapkan niatnya dan karena sudah mengetahui kelemahan musuh, langkah terbaik adalah untuk mundur sejenak dan merencanakan serangan berikutnya.
“KENAPA SIH?!” bentak Globe yang tidak bisa menggerakan tubuhnya karena Atlas lebih mendominasi sekarang.
“DINGINKAN KEPALAMU!” bentak Atlas, “kita terlalu banyak menggunakan energi ketika melawan kumbang ksatria itu dan musuh kita satu lagi bahkan hanya bernafas saja dari tadi. Jika kita paksakan, hanya orang itu yang kemungkinan hidup!” Globe tidak mau beragumen lagi, alasan Atlas sangat logis menurutnya.
Monster besar itu pergi dari medan pertempuran, sementara itu Cronic masih sangat panik dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya, terlebih ketika tuan Kaizer tidak sadarkan diri. Jika ia membawanya pulang, maka akan menimbulkan kecurigaan yang besar pada Gonzalo. Jika dibawa ke rumah sakit, nantinya jati diri mereka akan terungkap ketika dokter melakukan pemeriksaan. Tapi pilihan harus dibuat, Cronic sudah memutuskan.
“Apa yang terjadi padamu tuan?” ucap Cronic dalam keadaan panik. “tidak ada jalan lain lagi!” hal sudah diputuskan, yaitu membawa tuan Kaizer pulang, tuk alasan nantinya dipikirkan dalam perjalanan.
Gonzalo sedang membersihkan meja pelanggan yang kotor, ditemani dengan siaran televisi malam, hari ini pelanggan tidak terlalu banyak dan dirinya sedikit santai. Hingga sebuah gebrakan keras dari pintu mengagetkannya, apalagi ketika melihat Cronic membopong Kaizer yang bersimbah darah, tidak ada hal lain yang lebih penting kecuali membawa bosnya itu keruangannya. Cronic sempat membentak ketika Gonzalo menyarankan untuk menelepon ambulan. Kecurigaannya muncul, terkait pekerjaan dua atasannya itu, hal yang menyinggung kriminal mendominasi otaknya.
“Ada apa?” tanya Gonzalo ketika tubuh Kaizer sudah direbahkan di atas kasur. “kenapa tuan Kaizer bisa seperti ini?” dirinya pun mulai panik.
Cronic tidak bisa berpikir jernih, yang dilakukannya hanya diam mematung, dan menyesali tindakannya yang lebih banyak diam meskipun diperintah langsung.
“ARGH!” tinju besar dihantamkan ke tembok, membuat kerusakan yang cukup aneh bagi Gonzalo, bagaimana seorang manusia bisa membuat tembok kamar ini retak membuat bekas kepalan.
Terdengar suara rintihan yang berasal dari Kaizer, perlahan ia siuman. Baik Cronic dan Gonzalo menghampiri namun tidak mengeluarkan suara sebelum atasannya itu benar-benar sudah sadar.
“Gonzalo, tolong ambilkan aku air hangat dan juga handuk bersih,” hal pertama yang diucapkannya setelah sepenuhnya sadar, Gonzalo pun melakukan tugasnya dengan keluar dari ruangan. Hanya tersisa Cronic dikamarnya. “hei, dekatkan kepalamu sebentar,” Kaizer membisikan sesuatu, banyak pertanyaan yang tampaknya ingin diutarakan, tetapi Cronic lebih menghargai keinginan atasan sekaligus ketuanya itu.
Dengan membawa wadah berisi air hangat dan juga handuk bersih seperti yang dipinta atasannya, Gonzalo tiba di depan kamar yang pintunya sudah tertutup, berdiri di samping adalah Cronic dengan wajah yang memaling ke samping, tidak ingin terlihat lemah di hadapan bawahannya itu. Situasi seperti ini baru dialami oleh Gonzalo, keadaan yang cukup genting.
“Bagaimana dengan air---,” belum selesai bicara Cronic sudah memberi isyarat, dan Gonzalo membuka pintunya pelan-pelan. Di dalam Kaizer sudah duduk di atas kasur sambil mensenderkan badannya.
“Simpan saja di sini,” menunjuk ke meja kecil yang berada tepat di samping kasurnya. “oh iya, kau sudah lihat kan Cronic di luar? Kusarankan kau tidak mengusiknya, aku baik-baik saja kok, tenang saja,” masih dapat mengucapkan dengan santai padahal leher dan kerah bajunya dipenuhi oleh darah.
“Baiklah,” Gonzalo paham betul bahwa posisinya, ada tembok besar yang menghalangi. Padahal ia juga sangat khawatir dengan kondisi atasannya itu.
“Oh iya, satu lagi. Besok kemungkinan dokter pribadiku akan datang, jadi tolong jamu dengan baik,” ucap Kaizer sesaat sebelum Gonzalo keluar dari kamar.
Saat membuka pintu sosok Cronic sudah tidak ada di sana, kejadian yang serba mendadak ini menimbulkan pertanyaan besar bagi Gonzalo, terutama tentang pekerjaan yang dilakukan oleh atasannya tersebut. Malam sudah larut dan kondisi Cronic sangat tidak memungkinkan untuk diajak berbicara. Gonzalo melanjutkan membersihkan tempat kerjanya karena baru sedikit yang dibersihkan.
Angin malam berhembus masuk melalui sela-sela yang tidak rapat, Kaizer membersihkan darah yang menempel pada tubuhnya. Harusnya ia bisa mengukur diri dengan membasmi duo kembar itu sebelum kejadian hal seperti ini. Tetapi semuanya sudah terjadi, hal yang ditutupinya sangat rapat akan terbongkar ketika dokter pribadinya itu datang dan memberitahukan semuanya pada Cronic dan juga Gonzalo.
“Cronic pasti akan lebih gila lagi, dan…,” berhenti membasuh lehernya. “hmm, apa Gonzalo bisa menerima ini apa tidak?”
69banditos memberi reputasi
1
Kutip
Balas