Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

NegaraTerbaruAvatar border
TS
NegaraTerbaru
Selamatkan Jokowi dari Jokowers, Kunci Padamkan Roket Anies
Spoiler for Jokowi Anies:


Spoiler for Video:


Psikologi terbalik adalah teknik manipulasi agar seseorang melakukan sesuatu yang berlawanan dari apa yang diminta. Teknik manipulasi psikologi terbalik ini sering kali kita lihat saat mendidik anak. Misalnya ketika seseorang inginkan anaknya mendapatkan nilai yang tinggi di sekolah, maka kadang kala orang tua dapat menerapkan psikologi terbalik dengan mengatakan kepada anaknya bahwa ia tidak mungkin mendapatkan nilai yang bagus di sekolah.

Secara logika, ucapan yang seakan pesimis tersebut akan menjatuhkan mental si anak dan ia pun akan mendapatkan nilai yang buruk di sekolah. Akan tetapi, seandainya psikologi terbalik berhasil, maka anak tersebut justru akan tertantang dan akhirnya mendapatkan nilai terbaik di sekolahnya.

Ketika seorang anak tersebut ditanya apa yang memotivasi dia mendapatkan nilai yang tinggi, si anak bisa mengatakan bahwa ia tidak dipercaya oleh orang tuanya, sehingga menjadi tantangan bagi dia untuk membuktikan bahwa ia pun bisa mendapatkan nilai yang terbaik.

Akan tetapi, bagi orang lain yang mendengar jawaban dari anak tersebut, bisa menyebabkan mereka berpikir bahwa orang tua si anak tidak mendukung potensi akademik dari si anak tersebut. Mereka pun akan mencap bahwa orang tua ini adalah orang tua yang tidak menyayangi anaknya, zalim, hingga pesimis.

Anak yang ‘terzalimi’ ternyata mampu melakukan pencapaian. Kini kita bayangkan bagaimana jika anak yang terzalimi tersebut adalah salah satu tokoh di dunia politik. Misalnya Gubernur DKI Anies Baswedan. Tokoh yang digadang-gadang akan maju di Pilpres 2024.

Guna menjelaskannya, mari kita simak paparan berikut.

Rangkaian peristiwa yang terjadi sejak Silatnas Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), Reshuffle Kabinet (PAN masuk kabinet), Rakernas Nasdem, Rapimnas PKS, Pertemuan Nasdem - PKS, hingga Rakernas PDIP yang berbarengan dengan Pertemuan Nasdem - Demokrat dan Pertemuan Jusuf Kalla - SBY, telah menghasilkan pematangan 2 Poros Politik yakni Aliansi Batu Tulis (PDIP - Gerindra) dan Aliansi Biru Dongker (Nasdem - Demokrat - PKS), menyisakan 1 Poros Politik yakni KIB sebagai satu-satu poros yang paling tidak stabil dan tidak solid, sebagaimana nasib 2 Poros Drama Politik yang dimainkan PKB dari Koalisi Semut Merah (PKB - PKS) dan Kebangkitan Indonesia Raya (PKB - Gerindra).

Mengapa demikian? Karena dari berbagai poros politik yang bermunculan, hanya 2 Poros Politik (Batu Tulis dan Biru Dongker) yang sudah memulai proses politik untuk mempersiapkan Pemilu 2024, termasuk menjaring Kandidat Pilpres 2024, secara serius, sehingga kedua poros ini sudah memasuki fase pematangan. Bandingkan dengan posisi 3 Poros Drama Politik (KIB, Semut Merah, dan Indonesia Raya) yang lebih bersifat MoU atau komitmen semata, belum memasuki proses yang serius soal mempersiapkan pemilu, apalagi penjaringan capres.

PDIP sudah langsung mengunci ruang gerak Ganjar Pranowo, yang memperkuat arah PDIP mengusung Puan Maharani ke Pilpres 2024. Megawati secara langsung sudah turun tangan memuji keberhasilan Puan Maharani menjadi Ketua Sidang Inter-Parliamentary Union (IPU) ke-144 di Nusa Dua, Bali, Maret lalu.

Sumber : Tempo[Puji Puan Maharani. Megawati Sebut Perempuan Bisa Memimpin]

Megawati pun sudah menegaskan bahwa 'Perempuan Bisa Memimpin' saat berbicara soal isu kesetaraan gender dalam Rakernas PDIP 21 Juni 2022 lalu. Menariknya, dalam kesempatan yang sama, Megawati mewanti-wanti agar anaknya tidak mencari pasangan seperti tukang bakso. “Jadi ketika saya mau punya mantu, saya bilang pada anak saya, ‘awas loh kalau cari yang kaya tukang bakso’, sorry ya,” kata Megawati.

Namun Megawati menegaskan perkataannya ini tak bermaksud menyinggung siapapun. Dia justru mendorong agar masyarakat bisa melakukan perkawainan antar suku dan ras agar menciptakan wajah Indonesia.

Sumber : Indopolitika [Megawati Wanti-wanti Anaknya Jangan Cari Pasangan Seperti Tukang Bakso]

Pernyataan Megawati ini serupa dengan pernyataannya kepada Wamendagri John Wempi Wetipo yang berasal dari Papua. Megawati bergurau bahwa ia dan Wempi bagaikan kopi susu. Hitamnya Wempi menurut Megawati mengandung arti spirit sebagai orang Indonesia yang berasal dari Papua.

Sumber : Detik [Kelakar Megawati ke Wamendagri Wempi: Bagaikan Kopi Susu]

Langkah Megawati mengangkat tema soal mewanti-wanti Puan Maharani agar jangan mencari pasangan seperti tukang bakso sembari mencontohkan genetika antara Melanesia dan Melayu menghasilkan genetika kopi susu, sebetulnya merupakan gaya budaya Jawa dalam menyampaikan pesan tersirat.

Pesan dari Megawati itu berarti menekankan bahwa pentingnya Puan mencari pasangan dari luar PDIP untuk menghasilkan penggabungan kekuatan, yang tidak lain adalah penegasan soal PDIP menutup pintu bagi ajakan dari parpol maupun koalisi lain yang hendak mengusung Ganjar Pranowo untuk dipasangkan dengan Puan Maharani.

Politik Kopi Susu merupakan pengembangan dari Politik Nasi Goreng (Rekonsiliasi Pilpres 2019). Kopi susu adalah percampuran dua elemen yang menghasilkan elemen baru (Hitam ditambah putih menghasilkan cokelat). Berbeda dengan bakso yang merupakan percampuran sejumlah elemen namun tetap memperlihatkan karakter masing-masing elemen.

Dalam hal ini Megawati dan PDIP tengah menyongsong Aliansi Merah dan Putih untuk menghasilkan Aliansi Pink: Perpolitikan Nasionalis dan Perempuan.

Meski belum pernah ditegaskan, namun hampir pasti PDIP akan berkoalisi dengan Gerindra, karena akan menghasilkan keuntungan posisi politik yang sangat dini terhadap seluruh potensi penantang di 2024. Koalisi PDIP dan Gerindra atau Aliansi Batu Tulis, akan membuat poros ini menjadi satu-satunya poros politik yang paling stabil dan tidak tergoyahkan. Karena, selain sudah memegang tiket Kuota Presidential Threshold 20%, juga sudah memegang kepastian mengusung pasangan Prabowo Subianto dan Puan Maharani.

Karenanya, jika ini direalisasi sejak dini, maka segala tindak tanduk Aliansi PDIP dan Gerindra ke depan, hanya tinggal mencari nilai tambah dengan cara mencoba merangkul parpol baru dalam barisan Batu Tulis. Langkah Prabowo Subianto seolah ikut permainan Cak Imin membentuk poros Kebangkitan Indonesia Raya, tidak lain bagian dari upaya mencari added value tersebut.

Sumber : Sindonews [Sepakat Kerja Sama, Cak Imin ke Prabowo: Demi Kebangkitan Indonesia Raya]

Bahkan, dengan menunda deklarasi Aliansi Batu Tulis, Gerindra juga masih membuka peluang menyeret kembali Nasdem ke dalam barisan Batu Tulis, meski berpeluang kecil, karena ada relasi kuat JK dan Surya Paloh yang harus diruntuhkan, untuk membuat Nasdem urungkan niat mengusung Anies Baswedan. Namun Prabowo Subianto sudah memberi tiket cadangan, jika dirinya memutuskan tidak maju ke Pilpres 2024, kepada Andika Perkasa. Nama yang juga sudah lolos konvensi Nasdem.

Sumber : CNBC Indonesia [Blak-blakan Prabowo: Capres 2024 Tidak Harus Saya, Siapa Saja]
Sumber : Medcom [Sosok Andika Perkasa di Mata Prabowo Subianto]


Hasil Rakernas Nasdem pada 17 Juni 2022 di JCC, Jakarta Pusat, mengusug tiga nama, yakni : Anies Baswedan, Ganjar Pranowo, dan Andika Perkasa. Ini bukan berarti Nasdem punya 3 pilihan nama. Surya Paloh mengolah 3 Nama tersebut untuk dipilih berdasarkan 2 Pilihan, yakni : Populism Based (Anies Baswedan, Ganjar Pranowo) vs Homeland Security Based (Andika Perkasa). Logika yang dimainkan Ketum NasDem adalah menentukan terlebih dahulu pondasinya (Populisme atau Hankam). Seandainya urgensinya menurut NasDem adalah Pertahanan dan Keamanan negara, maka hanya ada 1 nama yakni Andika Perkasa, sedangkan jika urgensinya adalah populisme, maka ada 2 nama yakni Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo.

Sumber : Liputan 6 [Erick Thohir Tergusur, Ini Alasan NasDem Masukkan Andika Perkasa untuk 3 Nama Capres]

Bahkan, konstelasi politik terkini telah membuang jauh nama Ganjar Pranowo, imbas manuver Megawati mengunci ruang gerak Ganjar Pranowo. Kecentilan Ganjar Pranowo yang sibuk cipika cipiki dengan KIB dan Nasdem, langsung ditutup oleh langkah PDIP mendorong Ganjar Pranowo sebagai 2 Maskot PDIP, yakni :

1. Maskot Loyalitas kepada PDIP : Penandatangan Kesetiaan pada PDIP dan Ketum PDIP di Lenteng Agung.

2. Maskot Kepatuhan pada Birokrasi PDIP : Pengumuman Penentuan Capres PDIP adalah Hak Prerogatif Ketum PDIP.

Dua manuver PDIP ini menjadikan kans Ganjar Pranowo diusung KIB maupun Biru Dongker, sirna seketika. Kartu mati bagi suara Eks Jokowers yang terlihat terus mengupayakan 3 nama, mulai dari Ganjar Pranowo, Erick Thohir, hingga Ridwan Kamil, karena telah tertutup pintu bagi Erick Thohir dari Aliansi Biru Dongker, dan telah tertutup pintu bagi Ganjar Pranowo dari Aliansi Batu Tulis, KIB, dan Biru Dongker.

Nasdem pun sebetulnya setengah hati dalam upaya mengusung Ganjar Pranowo, karena tidak direstui Surya Paloh dan JK. Hal itu terlihat jelas dari penegasan Nasdem "Saya harus bilang juga ketika 2019 Nasdem membawa moto Nasdem Partaiku, Jokowi Presidenku, apakah itu membawa efek elektoral, saya jawab tidak," ucap Ketua Mahkamah Partai NasDem, Saur Hutabarat, 19 Juni 2022.

Sumber : Republika [Nasdem Mengaku tak Dapat Efek Elektoral dari Pencapresan Jokowi]

Fakta di atas menunjukkan bahwa loyalitas Nasdem dalam turut memfasilitasi relawan Jokowi sejak 2014, tidak membuat Jokowers mengangkat Nasdem. Eks Jokowers, malah sibuk mengusung nama-nama potensial Capres yang tidak sejalan dengan Nasdem, sehingga akhirnya membuat Nasdem memilih mencari nilai tambah dari basis suara Blok 212.

Konstelasi politik terkini jelas sedang memperkuat posisi tawar 2 Poros Politik saja yang akan bertarung di 2024, yakni Prabowo Subianto - Puan Maharani melawan Anies Baswedan - Aggus Harimurti Yudhoyono. Meski keduanya masih akan terus menarik ulur deklarasi koalisi, untuk tujuan :

1. Gerindra akan ikuti permainan serupa manuver-manuver Cak Imin, untuk tujuan menambah kuat barisan Batu Tulis, termasuk membuka peluang menarik kembali Nasdem ke barisan Batu Tulis, dengan mengusung pasangan Puan Maharani - Andika Perkasa.

2. Nasdem akan melakukan hal serupa bersama Demokrat dan PKS, untuk berupaya menarik PKB, PPP, PAN, hingga Golkar dalam barisan Biru Dogker, termasuk membuka peluang hengkang dari Biru Dongker, jika Prabowo Subianto setuju mengusung Andika Perkasa dari Gerindra.

Apalagi, langkah terbaru PDIP dan Nasdem usai mematangkan 2 Poros Politik, yakni Batu Tulis dan Biru Dongker, langsung diikuti manuver berupa 'PDIP Buka Peluang Kerjasama dengan Gerindra dan KIB', bersamaan manuver Surya Paloh melayangkan 'Parpol-Parpol KIB sudah komunikasi kerjasama Koalisi'. Sinyal kuat bahwa pematangan 2 Poros Politik (Batu Tulis dan Biru Dongker) diikuti dengan 'Perebutan bajak Parpol KIB'. Singkat kata, Batu Tulis dan Biru Dongker sedang berlomba-lomba mengajak Golkar, PAN, dan PPP untuk melakukan 'Hijrah Koalisi'.

Garuda Batu Tulis dan Elang Biru Dongker sedang berupaya membunuh Koalisi Oportunis (K.O).

Sumber : Liputan 6 [PDIP soal Peluang Kerja Sama dengan Koalisi KIB dan Gerindra-PKB]

Sinyalemen kuat Pilpres 2024 akan mempertarungkan 2 Poros Politik saja, meski tetap berpeluang KIB bertahan dari upaya pembunuhan yang sedang dilancarkan Garuda dan Elang. Hal paling menarik dari Pilpres 2024 yang perlu kita cermati adalah terjadinya Tukar Guling Pasangan Babak Dua.

Pilpres 2019 menjadi saksi terjadinya Tukar Guling Pasangan Babak Satu, dimana langkah Prabowo Subianto membawa Gerindra ke dalam Koalisi Jokowi, telah meninggalkan posisi Blok 212 yang banyak bermain politik identitas sebagai Samurai Tak Bertuan, Ronin. Situasi ini rupanya mendorong Blok Jokowers yang berada di atas angin, terjebak dalam sikap Jumawa, sehingga periode 3 tahun terakhir (2019 s/d 2022), justru menempatkan Blok Jokowers sebagai pemain politik identitas teratas.

Ironinya, Blok Jokowers yang mengupayakan Ganjar Pranowo, Erick Thohir, hingga Ridwan Kamil untuk maju di 2024, justru berada di posisi paling lemah, karena kehilangan pegangan politik. PDIP menutup pintu dari Ganjar Pranowo, dan menegaskan tidak mengutamakan aspek Popularitas, yang berarti penguatan Kader, ketimbang menyerap aspirasi Floating dari suara Eks Jokowers. Nasdem pun tutup pintu karena dikecewakan Eks Jokowers, sehingga Nasdem memilih memberikan Tuan bagi Ronin 212.

Kedua faktor ini akan mendorong Eks Jokowers sebagai Samurai Tak Bertuan / Ronin, bersamaan mendorong Blok 212 memperoleh kekuatan baru dari kehadiran Nasdem di poros Biru Dongker. Situasi ini akan memicu pertarunga ITE yang tidak main-main.

Hijrah Nasdem ke barisan penantang, sedangkan Menkominfo Nasdem adalah orang yang mempertahankan Pasal Karet UU ITE, untuk melindungi Ujaran Kebencian, SARA, dan Hoax para Eks Jokowers dari ranah hukum, sekaligus untuk mematikan ruang gerak Ujaran Kebencian, SARA, dan Hoax dari pihak Blok 212, akan berbalik. Nasdem akan memanfaatkan masih terbukanya Celah Pasal Karet ITE untuk mengkritisi pemerintah dan polisi soal tidak adanya tindakan serius terhadap Ujaran Kebencian, SARA, dan Hoax para Eks Jokowers.

Apalagi fakta berbicara. Anies Baswedan yang menjadi satu-satunya Maskot Politik Blok 212, terlebih sepeninggal Gerindra usai Perdamaian Pilpres 2019, menjadikan Anies Baswedan juga berada dalam posisi Samurai Tak Bertuan, Ronin, pada periode 2019 s/d 2022. Realitanya, roket Anies Baswedan terus melesat, bahkan tanpa kekuatan politik pendukung apa pun, terlebih setelah FPI dibubarkan, dan tokoh-tokohnya dipenjara. Utak-atik surveyor menggunakan metode survey pun, tak menjatuhkan Anies Baswedan dari posisi 3 Besar Teratas Pilpres 2024.

Apa sih modal kuat Anies Baswedan? Kurang keras apalagi Ujaran Kebencian, SARA, hingga Hoax yang dilancarkan Eks Jokowers bersama PSI dan NU dalam terus cornering Anies Baswedan? Kebal hukum pula.

Realitanya, Anies Baswedan dan Blok 212 sebagai Ronin Politik selama 3 tahun terakhir, malah terus merajai survey. Bandingkan dengan posisi Eks Jokowers yang kian mendapat kartu mati di peta politik 2024. Bandingkan dengan posisi politik NU yang malah terpecah belah akibat ulah Cak Imin. Bandingkan dengan posisi politik PSI yang mulanya menarget Kursi Presiden, kini malah mengarah menjadi partai lokal, karena hanya menarget kursi Gubernur DKI.

Penulis pikir, ketika banyak orang bilang Ganjar Pranowo adalah penerus Jokowi, itu adalah pandangan yang keliru. Anies Baswedan adalah penerus jalan yang dibangun Jokowi. Bagaimana tidak? Bukankah Ujaran Kebencian, SARA, hingga Hoax yang dilancarkan terhadap Jokowi sejak 2014 adalah salah satu faktor kunci yang membuat roket Jokowi tak terkalahkan?

Bukankah roket yang sama kini sedang membuat roket Anies tak terkalahkan, hingga akhirnya Startup Ronin Politik itu mulai menjadi Unicorn yang diincar para raksasa politik?

Kesimpulan penulis, hanya ada satu cara menghentikan roket Anies Baswedan, yakni polisi mulai bergerak tangkapi Eks Jokowers (termasuk NU dan PSI) yang kerap memainkan Ujaran Kebencian berunsur SARA dan Hoax. Karena jika ini terus dibiarkan, Anies Baswedan akan terus memperoleh panggung politiknya dari bingkai 'Dizolimi Eks Jokowers'.

Lagipula, jika Polisi terus membiarkan Eks Jokowers (termasuk NU dan PSI) kebal hukum dalam menzolimi Anies Baswedan, maka itu berarti Polisi dan Eks Jokowers (termasuk NU dan PSI), sedang menjadi Tim Sukses Anies Baswedan.

Mau Anies Baswedan jadi Presiden RI ke-8?
Diubah oleh NegaraTerbaru 29-06-2022 01:08
estimianti
estimianti memberi reputasi
11
2.9K
27
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
923.1KThread83.5KAnggota
Tampilkan semua post
fitrigraciaAvatar border
fitrigracia
#2
klo gue sih NO ya saya ganjar. Liat aja sekarang gimana? kasus wadas ga kelar sampe sekarang!
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.