Kaskus

Story

afryan015Avatar border
TS
afryan015
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)
Sekamar Kos Dengan "Dia" 2 ( Pengalaman Tempat Kerja)

emoticon-UltahHallooooo agan agan sekalian, masih ingat kan dengan ku Ryan si penakut hehe.......
ini adalah cerita ku selanjutnya masih dalam lanjutan cerita yang kemarin hanya saja tempatnya kini sedikit berbeda dari sebelumnya.

Mungkin bisa agan agan yang belun baca thread ane silahkan dibaca dulu thread ane sebelumnya



Bagi yang belum kenal dengan ku, kenalin Namaku Ryan dan untuk mengenal ku lebih detail silahkan baca trit ku yang sebelumnya, dan bagi yang sudah mengenalku silahkan saja langsung baca dan selamat menikmati emoticon-Shakehand2

Oh iya jangan lupa emoticon-Toast emoticon-Rate 5 Star

Quote:



------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Diubah oleh afryan015 06-12-2022 11:14
bebyzhaAvatar border
jiren11Avatar border
mangawal871948Avatar border
mangawal871948 dan 206 lainnya memberi reputasi
195
231.1K
2.5K
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the Heart
KASKUS Official
32.7KThread52KAnggota
Tampilkan semua post
afryan015Avatar border
TS
afryan015
#812
Part 11 - Kembali Kerumah (Menemui Mas Bono)

Dan saat itu dilakukan, kakak iparku merasakan tubuh mas Bono sudah memanas sepertinya demam yang sangat tinggi, dan bibir pucat kering, dan saat itu juga kakak iparku menelfon ibu langsung dan memberi kabar.

Mas Bono sesaat kemudian setelah kakak iparku menelfon ibu, dia langsung di berangkatkan ke rumah sakit yang berada didaerah Sleman, dan sedang berada di ruang ICU untuk penanganan.

“yan kamu susul masmu sana, temani mbak mu itu kasian, dan kalau mau minta rujukan untuk dibawa ke rumah sakit disini aja, ibu pingin nemenin mas mu, ibu gak mau jauh dari kalian berdua” ucap ibuku meminta untuk menyusul dan membawa kakaku untuk dirawat didaerah sini saja.

Aku belum bisa langsung mengiyakan karena teringat dengan Mbah Margono dan Bang Damar yang masih bergelut dialam sebelah.

“kamu mau kan yan, susul mas mu, dan bujuk dia untuk mau dirawat disini” ibuku bertanya lagi.

“iya mas, buruan ke sana, ibu biar sama aku aja disini, gak papa kok” ucap Via meminta dan memantabkan diriku untuk menyusul kakaku

“eee.. aduh gimana ya bu” jawabku kebingungan dan gelisah

“kalau kamu nggak mau, biar ibu saja yang kesana nggak papa kok, Vi tolong telfonin pak Muh untuk anter kita” tanya ibu sembari meminta Via untuk menghubungi supir langganan kita.

Shinta sepertinya paham akan situasi ini, dan membujuku untuk mematuhi apa kata ibuku, dan untuk sesegera mungkin kita berangkat, kita? Ya jelas kita, Shinta ini pasti akan ikut.

“sudah lah yan, patuhi saja ibumu, sementara mbah Margono dan Bang Damar , mereka pasti aman dan untuk pasukanku semua sudah dibawah kendali Aruna, jadi aman saja, apalagi Abimantra ada disana, dan anak brengsek bersisik itu, sangat bisa diandalkan” bujuk Shinta untuk mematuhi ibuku.

“tapi kamu yakin mereka tidak akan ada masalah apa apa?” tanyaku untuk memantabkan hatiku, bertanya dalam hati

“aman semuanya, pasukan kita bukanlah pasukan yang biasa biasa saja” ucap Shinta mantab

“baik lah bu, Ryan sekarang juga berangkat, dan kamu dek, tolong jaga ibu, kalau ada apa apa langsung kabari mas” ucapku langsung keluar kamar dengan segera untuk berkemas.

Ibu sepertinya terlihat lega karena aku mau menyusul kakaku ke Sleman, aku sebenarnya langsung mau tapi karena ada dua posisi yang sama sama penting jadinya bingung mana yang harus aku dahulukan.

Tanpa menunggu atau menyiapkan barang bawaan yang cukup banyak akupun segera berangkat hanya dengan membawa tas kecil berisi jas hujan dan dompet saja, lagian aku disana sudah tidak memiliki tempat kos jadi tidak perlu membawa barang yang banyak.

Setelah aku merasa cukup untuk berangkat, langsung kutemui ibuku yang masih berada dikamar, kudekati ibuku dan segera berpamitan dengannya sambil mencium tangannya, selepas itu aku mengeluarkan motor dari garasi untuk segera berangkat ke Sleman.

Via mengatakan padaku sebelum pergi untuk berhati hati dijalan, tidak usah terburu buru, dan akupun menjawab seandainya ada sesuatu tolong hubungi aku secepatnya.

Dan akhirnya akupun berangkat hanya berdua dengan Shinta seperti dulu saat aku sedang kuliah disana, hal ini mengingatkanku dimana sepanjang perjalanan saat pulang selalu diganggu oleh para makhluk yang berada di pinggir jalan, dan sepertinya Shinta pun mengingat ingat akan hal itu, terlihat karena Shinta dalam posisi membonceng dibelakang dengan tangan yang terus memeluk dibagian perutku dan terasa semakin kencang pelukannya, kurasa dia teringat dimana kita dulu begitu dekat.

“kenapa Ta, kok pegangannya semakin kenceng ini” tanyaku sambil terus kupacu motorku.

“nggak papa yan, Cuma keingat dulu aja sering lewat sini saat kamu pulang dan berangkat ke kos” jawabnya lirih.

“haha sama berarti, aku juga jadi keingat saat saat itu, terus kenapa emang Ta?” tanyaku kemabli padanya

“seneng ya yan dulu, kamu sering digangguin sama mereka, kadang digangguin sampe jatuh dari motor” ucap Shinta mengingat ingat kejadian yang dulu

“seneng gimana, aku sering di gangguin kok malah kamu seneng, apalagi sampe jatuh darimotor, wah gak beres kamu Ta” protesku padanya

“aku seneng kok, soalnya aku pasti ada buat nolongin kamu dan hajar para makhluk yang gangguin kamu itu, apalagi dulu kita kaya dekeeett banget” jawab Shinta dengan nada yang semakin rendah

“loh sampai sekarangpun kita masih deket kan ta, nih buktinya kamu masih aja nempel sama aku” jawabku mencoba membuat dia senang lagi

“iya tapi aku tidak berani lebih dekat lagi, aku takut kita dipisahkan lagi, dan aku tidak mau itu” jawab Shinta lirih

“sudah sudah, nggak ada lagi pisah pisah, kamu bakal terus nemenin aku kok, eh tapi kan kamu udah deket juga sama Abimantra kan” tanyaku pada Shinta

“ah apaan sih kamu yan, eh itu lihat makhluk makhluk yang dulu ganguin kamu sekarang ngumpet waktu kita lewat” ucap Shinta mengalihkan pembicaraan.



Iya memang, makhluk yang kutemui disepanjang jalan dimana dulu aku lewati, kini tidak begitu berani menampakan wajahnya, entah kenapa, tapi menurutku dia tidak berani ya karena dulu pernah dihajar oleh Shinta, makhluk mana lagi coba yang berani sama sosok satu ini, Cuma pasukan Bajra aja yang belum pernah ngrasain amukan dari Shinta kalau sudah full emosi.

Aku lewat disana bukannya bangga karena makhluk disana sudah takut pada ku dan Shinta, tapi malah semakin ngeri, kita tidak akan tahun apakah mereka benar benar sudah takut atau masih menyimpan dendam pada ku dan Shinta akibat perbuatan kita dulu, dan akan menjadi masalah di masa yang akan datang seperti yang terjadi pada kita saat ini, dimana Bajra adalah salah satu masa lalu dari bapak dan mbah Margono.

Disepanjang perjalanan Shinta terus mengoceh tentang masalalu itu, terlihat Shinta sangat senang dengan memori itu dan sepertinya dia memiliki keinginan seandainya bisa masa masa seperti itu terulang kembali, tanpa sadar memang sudah banyak sekali kejadian yang sering dan sudah aku lewati bersama dengan Shinta, dan selama itu juga, Shinta juga lah yang selalu mewarnai hari hariku sebelum aku berkenalan dengan Via, pantas lah dia kangen dengan masa masa seperti itu.

Hal yang sudah lama tidak aku rasakan adalah, mendengar cerewetnya Shinta saat sedang berbicara, nadanya yang seperti anak kecil, tingkahnya yang sama persis seperti seorang anak kecil sedang beceloteh akan hal yang dia sukai pada ayahnya, tanpa disadari, ternyata aku juga kangen dengan masa masa seperti itu, dinama aku sedang fokus menyetir, dibelakangku pasti ada Shinta yang sedang asik bercerita tentang apapun itu, ya ku akui akupun kangen.

“Ta….” Ucapku memotong ocehannya dari tadi

“ee.. iya yan” mendengar aku memanggilnya dia kemudian berhenti mengoceh dan meresponku.

“aku kangen” ucapku lirih

“ha… maksudnya?” tanya Shinta kebingungan.

“iya Ta, aku juga kangen akan masa masa seperti dulu, aku juga kangen kamu yang dulu, aku kangen semua tentang kita yang dulu” haha bodohnya, aku seperti sedang berbicara pada mantan kekasih.

“…….” Shinta hanya terdiam

“tapi aku takut dimarahi neneku, tapi sepertinya kalau sekarang sudah tidak masalah, karena yang diinginkan nenek hanya yang penting aku menikah terlebih dahulu, dan setelah itu bisa deket sama kamu dengan batasan seperti dulu, dan sepertinya nenek juga sudah jarang mengunjungiku, bahkan setelah bapak meninggal pun dia sudah tidak pernah datang kan” ucapku mengeluarkan isi hati.

Dari belakang kemudian Shinta memeluk ku begitu erat.

“iya memang sudah tidak pernah datang karena, dulu sudah pernah mengatakan padaku, beliau hanya ingin melihatmu menikah dan menjagamu, karena keinginannya sudah tercapai sekarang beliau sudah benar benar pergi dan tenang disana” terang Shinta padaku.

“walaupun begitu kita tetap harus menjaga batas ya Ta” ucapku mengingatkan, dan kemudian pelukan erat dari Shinta terasa mengendur.

“eits, tapi aku ingin Shinta yang dulu, aku ingin Shinta yang centil, yang cerewet, yang selalu marah sama aku kalau aku ceroboh dan salah, yang selalu ada didekatku, pokoknya aku pingin kamu kaya dulu lagi, tolong biarkan aku merasakan Shinta yang aku kenal, terus temani aku, dan kelak jika aku sudah tiada, tolong temani anak anaku” ucapku pada Shinta

“iya pasti akupun dulu pernah berjanji padamu untuk menjaga seluruh keluargamu kan, itu berarti termasuk anak anakmu kelak, dan aku akan terus menemanimu dan juga anak anakmu” balas Shinta padaku

“terimakasih Ta” ucapku kembali

Disepanjang perjalanan, aku dan Shinta terus mengingat ingat memory jaman dulu dimana aku masih sering diganggu oleh makhluk makhluk disekitar sini, hingga sampailah aku dimana dulu pernah beristirahat dipinggir jalan yang teradapat tukang mie ayam bakso dan aku makan disana namun setelah berjalan beberapa meter, aku ditegur oleh salah satu pengendara yang melihatku berhenti di tempat kosong begitu lama, dan ternyata tukang mie ayam bakso itu bukan lah penjual asli karena pengendara yang menegurku tidak melihat adanya siapapun disana kecuali aku yang sedang duduk termenung diatas batu besar.

Dan kali ini saat aku melewati tempat yang sama dimana dulu aku merasa makan mie ayam bakso disana, ternyata ada sesosok makhluk yang sepertinya memang iseng, dia memiliki wujud seperti orang dengan postur tubuh tinggi kurus, dengan kepala yang hanya ditumbuhi beberapa rambut, dengan wajah yang menurutku seperti wajah goblin.

“oh jadi dulu kamu yang mengerjaiku hingga aku makan disana” disaat Shinta sedang mengoceh aku berkata lirih

“eh kenapa yan” tanya Shinta sambil menghentikan ocehannya.

“itu Ta, dulu pernah sekali aku berangkat ke kos, dan aku berhenti disitu (menunjuk tempat penjual mie ayam bakso gaib) yang kupikir tukang bakso beneran eh ternyata sosok itu tuh iseng jualan sama aku, mana aku nggak tau lagi apa yang aku makan waktu itu” aku bercerita pengalamanku saat itu.

“yang mana yan, oh yang itu, berarti kamu sudah makan, makanan dari dia, wah gak bisa didiemin nih” ucap Shinta yang kemudian terbang kearah makhluk itu, saat aku sudah melewatinya.

“eh Ta mau kemana sih” tanyaku padanya yang sudah terbang terlebih dahulu.



Aku terus memantau apa yang akan dilakukan Shinta pada makhluk itu, semoga sih tidak dihajar atau malah dimusnahkan, lagian aku juga sudah tidak begitu memperdulikan apa yang aku makan saat itu, aku hanya berdoa semoga makhluk itu selamat dari hadapan Shinta.

aku perhatikan Shinta sudah berada didepan makhluk itu, terlihat makhluk itu terkejut dengan kedatangan Shinta, dari arah spion semakin lama semakin terlihat kecil karena aku semakin jauh dari mereka, tapi samar aku melihat Shinta mengangkat satu tangan nya, masih fokus dengan sepion sehingga aku tidak memperhatikan adanya lubang dijalan, membuatku kehilangan keseimbangan dan pandanganku terlepas dari sepion, tapi untungnya aku masih bisa menstabilkan motorku, dan setelah itu aku berhenti dipinggir jalan untuk melihat kondisi ban depanku, takutnya velg kempot atau ban bocor karena lubang tadi cukup dalam, tapi untung lah tidak ada masalah, dan selagi berhenti aku mencoba melihat kearah Shinta, eh tapi kok sudah tidak ada, dan makhluk itu juga sudah tidak kelihatan.

Ah sudahlah pikirku, dan saat aku akan menaiki motorku ternyata saat aku menghadap kearah depan, Shinta sudah berada tepat didepanku sambil cengegesan.

“ah kamu ini bikin kaget aja, sambil cengegesan pula” protesku karena dikagetkan olehnya

“hehe, yuk lanjut yuk” dengan nada girang Shinta menyuruhku untuk lanjut perjalanan

Akupun kemudian melanjutkan perjalananku.

“eh Ta, tadi kamu apakan makhluk itu, lagian buat apasih didatengin, orang kejadiannya udah lama banget kok” tanyaku pada Shinta

“hehe gak aku apa apain kok, Cuma ku pukul satu kali, eh mental dia gak tau sampe mana, ya udah aku balik lagi kesini hehe” dengan nada masih cengengesan dia menjawab

“gila aja kamu Ta, ancur dah tu pasti dia, kekuatanmu sekarang lebih besar dari dulu, orang dulu aja, udah bikin makhluk yang kamu rendahan aja k.o eh sekarang malah digitui, parah kamu Ta” Ucapku sambil sedikit tertawa

“udah biarin aja kenapa sih, biar semua tahu dan nggak ada yang berani gangguin lagi” jawab Shinta sambil memelukku erat

Setelah perjalanan itu, akhirnya aku sampailah di sekitaran terminal Jombor, dan sebentar lagi aku akan sampai dirumah sakit tempat mas Bono dirawat, semoga saja bukan karena serangan dari para makhluk sialan itu, yang terbang lewat diatasku saat berada dialam sebelah.

Aku sampai di rumah sakit dimana mas Bono dirawat, aku langsung menelfon kakak iparku dan menanyai apakah mas Bono masih di ICU atau sudah dibawa ke kamar rawat, dan ternyata sudah ditempatkan dikamar rawat, aku pun segera bergegas menuju kesana dibarengi Shinta yang terus berada disampingku, para penghuni di Rumah Sakit itu langsung menyingki r ketika Shinta lewat.

Ketemulah kamar mas Bono, aku langsung melihat kondisi mas Bono dan ternyata dia......
sampeuk
bebyzha
itkgid
itkgid dan 32 lainnya memberi reputasi
33
Ikuti KASKUS di
© 2025 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.