kkjavuAvatar border
TS
kkjavu
Pesugihan Nyi BLORONG
Saya copy dari thread agan twitter

@bayuuubiruuu



 Bookmark  Save as PDF  My Authors

Jangan pernah berurusan dan main-main dengannya, jika tidak mau menyesal selamanya. Dengan keberadaan sang ratu yang sampai saat ini masih tetap ada dengan kekayaannya.

“Nyi Ratu Blorong” [Based On True Story]

-Horror Thread-

@bacahorror # bacahorror

mentions Kisah seorang pemuja "Nyi Ratu Blorong", legenda pesugihan dipantai selatan pulau Jawa. Silahkan di Like & RT sepuas-puasnya, mudah-mudahan besok bisa saya ceritakan… 

mentions Berkat persetujuan para narasumber, syukur akhirnya kisah ini bisa saya ceritakan. Meski dalam pengetikan masih banyak yang amburadul, typo dan ngebosenin…saya mohon maaf untuk para reader. Yang penting bisa diambil hikmahnya… 

Legenda pesugihan dari laut selatan pulau Jawa yang selama ini dianggap dongeng sebelum tidur oleh sebagian orang. Nyi ratu “Blorong“ Sosok siluman ratu ular sebagai simbol kekayaan, sejauh ini sang ratu hanya dianggap mitos yang sangat kental dengan dunia mistis. 

Faktanya ia ada dengan jati dirinya yang tak kasat mata dan tetap setia sampai detik ini dengan para sekutunya. Inilah kenyataan yang ada dan tak disadari sepenuhnya oleh manusia dikehidupan masyarakat milenial, 

sebenarnya para pengikut sang ratu sebagian kecil masih tetap ada disekeliling lingkungan kita tanpa ada yang tahu. Inilah salah satu kisahnya dari banyak cerita Nyi Ratu Blorong, kisah ini berasal dari teman saya sendiri yang pernah mengalaminya. 

Peristiwa ini terjadi diera akhir tahun1997 – 1999, saat krisis moneter melanda dinegeri ini. Nilai rupiah terpuruk, diperberat dengan kejatuhan ekonomi dinegeri kita tercinta. 

Keadaan ini memaksa sebagian pengusaha terpaksa menutup usahanya sebelum menanggung kerugian yang lebih dahsyat lagi. Akibat tutupnya sebagian besar industri dan pabrik menyebabkan PHK massal mulai meraja lela. 

Otomatis pengangguran meningkat dengan cepat begitu juga index kemiskinan serta kemlaratan ikut melesat tak terkendali. Hanya sebagian kecil pemegang dolar yang aman dan untung serta nyaman dikursi bisnisnya, tapi tidak untuk masyarakat pemegang rupiah. 

Lokasi kejadian kali ini berada di Provinsi Jawa Timur, tepatnya dari kabupaten ****. Disaat kebanyakan pabrik tutup, para buruh banyak dirumahkan alias PHK. 

Nasib pemutusan hubungan kerja sepihak itu juga dialami Udin dan Sarji, karena mereka berdua juga buruh pabrik yang terkena imbas dari krisis ekonomi moneter. 

Gelar pengangganguran baru yang tersemat dalam diri mereka ini juga memaksa mereka jatuh kedalam jurang kemiskinan akut dalam waktu singkat. Mereka harus memeras otak untuk bisa bertahan hidup dan menafkahi keluarganya. 

Ditempat asalnya, Udin hanya mempunyai sepetak tanah dengan rumah sederhana diatasnya, sedangkan semua anggota keluarga menggantungkan hidup kepadanya. Udin mempunyai satu istri dan tiga orang anak yang masih kecil-kecil, sedang mertua dan kedua orang tuanya sudah tiada lagi. 

Tiap hari Udin sibuk mencari pekerjaan, pekerjaan apa saja siap dia lakukan, tapi keadaan waktu itu sungguh tidak memungkinkan. Kesana-kemari tanpa hasil yang jelas, hingga akhirnya ia disibukkan untuk mencari pinjaman sebagai penutup kebutuhan sehari – hari. 

Mulai bank harian, mingguan dan bulanan pun lengkap ia koleksi. Dari lintah darat sampai lintah laut iapun selami untuk berhutang, nasib baik memang tak lagi berpihak kepada udin. Tapi ia masih mempunyai keyakinan untuk berusaha untuk bekerja secara wajar. 

Udin ini kebetulan bertetangga dengan Sarji, tepatnya rumah udin saling membelakangi satu sama lain. Kebun berukuran lebar enam meter yang memanjang sebagai batas rumah mereka, dibelakang rumah ini mereka juga sering bertemu dan berkumpul. 

Mereka berdua dulunya memang berteman sejak kecil hingga sampai sekarang berkeluarga. Di belakang rumah, ada sebuah pohon keres yang lumayan besar dengan daun yang sangat rindang, dibawahnya terdapat tempat duduk dari kayu seadanya. 

Kursi kayu dibawah pohon ini mereka gunakan sebagai ajang kumpul-kumpul sesama mantan buruh pabrik. Mereka berkumpul untuk membahas pekerjaan dan peluang usaha yang mungkin masih bisa diraih, tapi tidak dengan Sarji. 

Kehidupan Sarji sebenarnya tak berbeda jauh dengan kondisi ekonomi dengan udin. Mentalitas sarji setelah terkena PHK besar-besaran malah turun drastis, mulai bermalas-malasan, suka foya-foya dan mengandalkan harta dari orang tua. 

Sarji seakan lupa dengan tanggung jawabnya sebagai seorang kepala keluarga. Dia terus melakukan kebiasan buruk itu tanpa memikirkan masa depannya. Tapi keadaan itu tidak berlangsung lama, seketika harta kedua orang tuanya mulai menipis semua berubah. 

Uang pensiunan kedua orang tuanya lama kelamaan juga tak mampu menyokong gaya hidup Sarji, sampai akhirnya hartanya habis juga. Kedua orang tua Sarji masih menyisakan sebidang tanah dan rumah yang ia tempati, sedangkan untuk uang sudah tak lagi. 

Sarji setiap harinya hanya berhutang dan hutang, semakin lama hutang sarji semakin menumpuk melebihi hutang Udin.

Setiap hari, kegiatan Sarji hanya main ke warung, makan, rokok, kopi dan mencatatkan hutang-hutang baru di buku Bon. 

Sedang istrinya dirumah belum dikaruniai buah hati juga berpangku tangan. Selain kewarung Sarji juga hobby berjudi togel, dari kebiasaan inilah pundi-pundi kemlaratan mulai bertambah parah kepada keluarga sarji. 

Kehidupan Sarji semakin hari semakin melarat, hidup tidak tenang karena terus dikejar hutang dan hutang. Dia sudah tidak bisa berfikir lagi, apa yang harus dilakukan untuk keluar dari kubangan hutang. Semakin hari, hutang semakin menumpuk karena bunga-bunganya. 

Desember 1997, disiang hari yang sangat terik, Udin dan sarji sedang duduk-duduk di warung langganannya sekedar mencari hiburan. Saat mereka sedang asyik ngobrol tak karuan, sebuah mobil kinclong datang dan parkir di depan warung. 

Udin terus memperhatikan mobil tersebut, tak lama kemudian keluar seorang pria yang wajahnya tidak asing dimata Udin dan Sarji. Pria itu berjalan menuju warung dan langsung menghampiri mereka, 

sekian detik ia mengamati wajah sosok yang baru datang ternyata adalah temannya satu pabrik dulu. Sebut saja namanya Ronald, kawan akrab di pabrik yang berasal dari kota sebelah. Saat itu, warung lagi sepi pengunjung dan hanya ada mereka bertiga. 

Maklum jam segitu waktunya orang kerja bukan malah bermalas-malasan. Udin mempersilahkan Ronald untuk duduk bergabung, berkumpulah tiga teman akrab yang sekian lama tidak ketemu. 

“Whoi...dari mana kamu Nald, tak kira siapa?” Tanya Udin penasaran.

“Dari hotel mau cari kopi disini din?” Jawab Ronald dengan senyuman tipis.

“Gaya kamu kayak orang paling tajir sekarang Nald?” Celetuk sarji 

“Loooh belum tahu? Biasa Ji, horang kaya” Jawab Ronald sambil menggoda Sarji

Obrolan santai dan akbrab terus berlanjut, semakin lama semakin seru. Satu persatu saling cerita tentang kehidupan masing-masing lengkap dengan masalah yang dihadapi. 

Bumbu hidup satu dengan yang lain memang beda, tapi permasalahn Udin dan Sarji hampir sama. Mereka berdua berkeluh kesah akan keadaanya sekarang kepada Ronald, tapi Ronald belum merespon keluh kesahnya karena masih asyik ngobrol tentang nostalgia mereka selama ini. 

Selain itu, Ronald yang sekarang sudah berubah drastis, banyak pikiran yang harus dicurahkan untuk urusan bisnisnya. Sekian lama mereka bicara ngelantur kesana kemari dan berkhayal tidak jelas, akhirnya Ronald mulai iba kepada mereka berdua dan memulai pembicaraan serius… 

“Eh... kalian mau hutang kalian lunas dan bisa kaya kayak aku gak?” Tawar Ronald dengan tatapan matanya yang tajam kepada Sarji dan Udin.

“Jangan ngelindur nald, kau ini kaya kan karena harta dari orang tua kamu kan?” Bantah Sarji dengan sedikit mengejek. 

“Enggak bodoh, aku bisa seperti ini karena kerja keras dan banting tulang. Tapi.... ada juga yang bantu. Dukun andalanku!!!” Tegas Ronald

“Kok bisa Nald, lha dukunnya juga kaya ta…?” Ejek Udin yang tak mempercayai perkataan Ronald dengan senyumnya yang sinis. 

“Matamu din, beneran aku ini” Bentak Ronald tapi kemudian tersenyum.

“Ayok Nald, aku juga pengen kayak kamu. Gak usah dihiraukan orang satu itu” Sahut Sarji serius yang mulai tertarik dengan ajakan Ronald. 

“Ya udah, besok jam 10 pagi kita kumpul disini. Aku yang jemput, gimana?” ajak Ronald dengan nada serius.

“Kamu ikut gak Din?” Tawar sarji serta kepalanya menoleh dengan wajah serius kepada Udin. 

Seketika itu juga tatapan mata semua tertuju pada udin, karena dari awal ia ogah-ogahan dan meremehkan Ronald. Udin hanya terdiam dan terpaku mendengar Ronald dan Sarji. 

Sedang Ronald dengan rasa iba dan rasa solidaritas pertemanan ingin membuktikan serta membantu kepada kedua kawannya ini.

“Ikut sana Din, biar kamu bisa bayar hutang!” Sahut ibuk pemilik warung dari belakang meja 

“Ogah buk, aku nguli saja” Jawab Udin tenang sambil menikmati rokok.

“Meski aku mlarat banyak utang, mending kerja seadanya buk” Tegas udin yang menyeruput Kopinya

“Eh..orang sudah kere banyak gaya” Ejek Ronald serta tangannya meraih kaca mata hitam dibelahan bajunya. 

“Iya tuh mas, dimana otakmu Din. Diajak bisnis sama temennya yang sudah sukses malah ngejek” Timpal ibu pemilik warung dengan sedikit sewot.

“Sudahlah din, ayok kita rubah nasib kita. Kalau tidak kita yang rubah siapa lagi?” Paksa sarji serius 

“Ya mau saja Ji, tapi kalau ke dukun lebih baik aku gak ikut. Paling Ronald juga bohong Ji” Jawab udin tetap kekeuh pada pendiriannya.

“Ya wes, kalau begitu kamu temani aku saja Din. Nanti kalau aku berhasil, kamu tak kasih bagian”. Bujuk sarji kepada udin 

“Besok mampir kerumahku dulu din kalau gak percaya! Susah memang ngomong sama kamu” Jeda Ronald

“Ok..Ok..Ok…, Tapi aku ikut tapi hanya menemani Sarji saja. Maksa amat kalian.” Jawab udin yang sudah tak tahan karena paksaan dan tekanan diwarung. 

“Lha gitu donk din, kamu kan teman sejatiku…hehehehe.” Sahut Sarji mulai bahagia serta tangannya menepuk pundak udin beberapa kali.

Obrolan tiga teman lama masih terus berlanjut hingga sore hari. Mereka makan siang bersama di warung itu. 

Semua makanan, minuman, rokok, kopi, kue, gorengan dan apapun yang mereka nikmati di warung itu di bayar oleh Ronald. Udin dan Sarji dengan senang hati tidak menambahkan catatan hutang di buku bon mereka. 

Saat matahari mulai menyinsing, mereka beranjak pulang dan menyisihkan janji esok hari. Ronald langsung pulang kembali kehotel tempat ia menginap, sementara kedua temannya pulang kerumah masing-masing, sarji pulang dengan membawa harapan besar untuk esok hari. 

Tapi udin sebagai sahabat setia hanya perasaan dongkol terbawa sampai ke rumah, karena ia harus ikut berangkat menemani kawan sejatinya. 

Esok hari yang sangat ditunggu Sarji telah tiba. Jam sepuluh tepat, setelah mendapatkan izin dari keluarga masing-masing tadi malam mereka berangkat dengan membawa bekal seadanya. Langkah sarji dengan semangat pergi kewarung sesuai janji Ronald kemarin, 

sedang udin langkahnya gontai saat menemani sarji disisinya. Beberapa saat Sarji dan udin sudah menunggu di warung, tapi ronald belum kelihatan. Hari beranjak siang, panas mulai teresa. Kegelisahan terpancar jelas di wajah mereka berdua. 

Sarji terus melihat ke arah jalan di luar warung, hingga hauspun tak terbendung.

“Buk es teh dua” Pesan Sarji

“Hutang lagi mas” Sahut ibuk pemilik warung

“Tenang...! Kali ini saya bayar bu, Kan teman saya bos bu…hehehe” Jawab Sarji 

“Halah…mas yang bos itu temen mas, bukan mas Sarji” Jawabnya sinis.

“Iya bu, bentar lagi sarji jadi bos di daerah sini” Terang sarji berusaha membanggakan diri. 

Sejenak mereka minikmati es teh manis dalam gelas kaca besar, sambil menunggu Ronald tiba. Segar dan nikmat rasanya, panas terik di suguhi dengan es tesh manis. Udin yang dari awal kurang setuju masih terus menggerutu, meragukan perkataan Ronald kemarin. 

Tapi tidak dengan Sarji yang sudah 100 persen percaya dengan janji Ronald. “Sudahlah din kamu ikut saja, jangan menggerutu terus”. Dua gelas besar kosong mereka taruh di atas meja, minuman sudah habis. 

Nampak di kejauhan mobil MPV hitam dari arah jalan besar masuk keparkiran warung sederhana. Sarji nampak senang karena ia tahu mobil itu kepunyaan Ronald. Putaran roda ban mobil Ronald berhenti tepat disamping warung, ronald dengan semangat turun dari kendaraannya. 

“Ayo ji, kita langsung berangkat saja sekarang” Kata Ronald yang tetap berdiri disamping mobilnya.

“Ayo nald.” Sahut Sarji dengan langkah kakinya mendekati Ronald, disertai telapak tangannya memegang erat pergelangan tangan udin dan menyeretnya untuk masuk kedalam mobil. 

Beggg…Beggg...beggg (suara pintu mulai tertutup dan ditarik dari dalam)

Mereka bertiga masuk kemobil, dan Ronaldpun langsung bergegas menjalankan mobilnya kejalan raya kembali. Sarji duduk disamping Ronald didepan sedang Udin duduk dikursi tengah sendirian. 

Saat mulai perjalanan Ronald membuka perbincangan didalam mobilnya...

“Ji, kita jadi mampir kerumahku dulu ya” Pinta Ronald

“Terus kapan kita kedukunnya Nald” Jawab Sarji 

“Nanti habis dari rumah, kita ke mbah dukun. Aku mau jenguk istri dulu Ji, soalnya sudah lama aku gak pulang. Sekalian udin sama kamu biar tahu kalau aku dirumah sudah kaya..hahahaha” Jelas Ronald

“Ya sudah terserah kamu saja Nald” Sahut Udin yang duduk dibelakang Sarji 

“Iya Nald gak papa” Jawab Sarji
Mobil tetap dikemudikan sarji menuju rumahnya ke arah barat provinsi. Perjalanan ditempuh sekitar 5 jam dari warung tadi. Merekapun harus sesekali berhenti untuk sekedar ngopi. 

Setelah beberapa lama penantian di perjalanan, tibalah rombongan bertiga dirumah Ronald yang besar dan mewah.

“Ayo turun dulu, kita mandi dan makan dulu” Ajak ronald.

“Ok nald.” Jawab Sarji 

Udin masih duduk terdiam berdecak kagum melihat rumah ronald yang besar dan mewah dari dalam mobil. Sarji yang mengetahui hal ini langsung mengajaknya keluar.

“Ayok Din, jangan melamun saja” Kata Sarji 

“Iyyyaaa,,,yaa Ji.” Jawab singkat terbata-batanya Udin
Setelah semua berdiri diteras, sejenak mereka bertiga memandangi rumah mewah itu sambil menggerakkan kepala serta bagian tubuh yang kaku.

“Gimana din, sudah percaya?” Kata Ronald. 

“Iya Nald” Jawab Udin kesal dan malu karena meragukan perkataan Ronald dari kemarin.

Mereka mulai berjalan memasuki Rumah bergaya modern bercat putih dua lantai dengan garasi mobil yang cukup besar disebelah kanan. 

Pandangan udin dan sarji tak henti-hentinya melihat dengan seksama tiap sudut rumah mewah ronald dan sekelilingnya. Mereka sangat takjub dengan pencapaian temannya dalam waktu singkat, hingga mereka hanya bisa berdiri dan terdiam menikmati kemewahan rumah Ronald. 

Ronald tetap masuk kedalam rumahnya dan meninggalkan kedua temannya yang tetap berdiri. Beberapa saat kemudian Ronald kembali tapi ia mendapati kedua temannya masih diluar. Dengan perasan agak gusar ia mendekati Sarji dan udin. 

“Ayo masuk dulu Ji, Din. Kayak orang kampung saja kamu ini, baru lihat rumah mewah wajah pada kelihatan begonya.” Kata Ronald dan langsung menarik kedua tangan temannya masuk kerumahnya. 

Sarji dan Udin dipersilahkan duduk langsung diruang tamu ronald yang mewah, beberapa saat kemudian pembantu Ronald datang menghampiri. Pembantu Ronald membawakan minuman dingin serta makanan ringan. 

Sarji terlihat sangat semangat untuk mengikuti jejak Ronald setelah melihat keberhasilan Ronald, tapi Udin hanya rasa malu akan keluh kesahnya tadi pagi. Saat mulai memakan hidangan..

“Gimana din, percaya gak sama aku?” Tanya ronald 

“Iya nald, aku percaya.” Jawabnya udin yang datar
“Hebat kamu Nald sudah bisa sekaya ini, ngomong-ngomong istri kamu kemana” tanya Sarji

“Lagi keluar, biasa Ji. Sosialita jaman sekarang…hehehe” Jawab bahagia Ronald 

“Sekarang kalian mandi dulu, habis itu kita langsung pergi” Pinta Ronald

“Iya nald” Jawab sarji dan udin bergantian

Setelah mendapat perintah dari Ronald, Sarji lebih dahulu pergi kekamar mandi, melihat udin yang masih santai ronald menatap kepada udin. 

“Din mandi sekalian sana, rumah besar ini ada tiga kamar mandi ditengah.” Perintah Ronald

“Oooohhh, kirain cuma satu Nald” Jawab udin yang lugu.

“Ehhh rumah orang kaya ini din, cepetan mandi sana” Kata Ronald lagi. 

“Nald rumahmu didalam kok bau amis banget, habis masak apaan?” tanya Udin

“Halah gak usah dicium din, cepetan mandi dulu. Bawel amat kamu din jadi orang” Kata Ronald

Udin akhirnya menuruti perintah Ronald, dengan cepat berjalan menuju ruang tengah untuk mandi. 

Ronald menunggu sambil menikmati minuman di ruang tamu. Beberapa saat kemudian, mereka berdua nampak sudah selesai mandi dan kembali lagi keruang tamu Ronald.

“Gimana sudah siap semua” tanya Ronald

“Sudah nald, ayo cepetan” Jawab Sarji 

Ronald berjalan menuju garasi mobilnya yang besar, kedua temanya ikut masuk ke garasi. Ada lima mobil mewah yang berada dalam garasi ronald, kedua teman ini hanya mengamati dan diam tertegun. 

Beberapa kali Ronald mondar – mandir mengelilingi mobil-mobilnya sampai akhirnya ia memilih mobil SUV mewahnya, ia tahu karena medan yang akan ia lalui cukup berat. Dia harus menyesuaikan mobil yang akan dipakai dengan medan yang akan di lalui. 
Diubah oleh kkjavu 05-06-2022 09:56
Araka
oktavianidin509
bachtiar.78
bachtiar.78 dan 15 lainnya memberi reputasi
16
5.6K
35
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.5KThread41.7KAnggota
Tampilkan semua post
GigabyteszAvatar border
Gigabytesz
#4
Nyi Blorong dan Nyi Roro Kidul itu beda ya gan?
kkjavu
ariemail
ariemail dan kkjavu memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.