Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

yaman.wannabeAvatar border
TS
yaman.wannabe
Mengenal Desa Temboro Magetan, ‘Kampung Madinah’ di Indonesia


Tanah Air kita disebut miliki ‘Kampung Madinah’, yang terletak di Desa Temboro, Magetan, Jawa Timur. Entah sejak kapan nama itu disematkan kepada wilayah tersebut. Namun, yang pasti kehidupan sehari-hari warga di sana, serupa dengan apa yang berlangsung di Kota Madinah, Arab Saudi.

“Saya sendiri yang merupakan warga asli sini, tidak tahu siapa yang pertama kali mencetuskan sebutan Kampung Madinah,” tutur Pemerintahan Desa Temboro, Lukman Hakim, seperti dilansir [color=var(--hoverlink-color-body,#21409a)]Antara News.[/color]

“Tahunya sebutan Kampung Madinah itu sudah viral akhir-akhir ini, dan heboh di media sosial, seperti Facebook dan Twitter,” imbuhnya.

Tak Lepas dari Peran Pondok Pesantren Al Fatah

Desa Temboro terletak di Kecamatan Karas, Kabupaten Magetan. Berjalannya Syari’at Islam dalam kehidupan sehari-hari warga di sana, tak lepas dari peran Pondok Pesantren (Ponpes) Al Fatah.

Ponpes Al Fatah, disebut Lukman, punya pengaruh besar bagi warga desanya, baik dari segi ajaran keagamaan, perilaku sosial sehari-hari, maupun perekonomian.
Kehidupan sehari-hari di Ponpes dengan warga sekitarnya, sudah bersinergi dalam harmoni selama bertahun-tahun, bahkan sejak Ponpes itu berdiri.

Dibangun pada 1950-an, Ponpes yang saat ini telah memiliki puluhan ribu santri itu, awalnya merupakan masjid dan tempat belajar mengaji yang didirikan Kiai Haji Mahmud.

Baru seiring perkembangan waktu, Ponpes Al Fatah memiliki Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah, Madrasah Aliyah, Madrasah Tahfidzul Quran, dan Madrasah Diniyah.

Di bawah pimpinan K.H. Uzairon Hayfur Abdillah yang merupakan putra K.H. Mahmud, Ponpes Al Fatah mulai mengalami perkembangan pesat.

Saat ini, bangunan Ponpes telah menyebar di tiga lokasi yang mendominasi wilayah Desa Temboro, yakni Pondok Pusat, Pondok Utara, dan Trangkil Darussalaam, sebagian besar merupakan pondok putri.

Ada 50 persen lebih warga di ‘Kampung Madinah’ Indonesia itu, merupakan pendatang, sisanya warga asli Desa Temboro.
Mereka adalah santriwan dan santriwati yang berasal dari berbagai wilayah di Indonesia, serta 16 negara yang sedang menuntut ilmu di Ponpes Al Fatah.

Ada juga warga luar Temboro, yang membuka usaha dagang di wilayah tersebut.

“Sampai saat ini, jumlah santri yang belajar di Ponpes Al Fatah mencapai 22.000 jiwa lebih. Itu belum termasuk santri yang belajar kilat selama beberapa hari atau bulan saja,” kata Lukman.

“Tahun ajaran baru ini saja, Ponpes Al Fatah menerima 4.000 santri baru,” lanjutnya.

Mengapa Disebut Kampung Madinah?




Sebutan Kampung Madinah, menjadi lekat pada Desa Temboro, karena Ponpes setempat berusaha membawa kebiasaan warga Kota Madinah, Arab Saudi, ke dalam kehidupan sehari-hari para santrinya.

Kebiasaan itu, akhirnya menular ke perilaku sehari-hari warga sekitar Ponpes.

Di antaranya, kebiasaan masyarakat Desa Temboro yang selalu menghentikan kegiatan, tiap kali adzan berkumandang. Hampir seluruh warga, pergi ke masjid atau mushalla desa, untuk menjalankan sholat berjemaah.

“Memang tradisi di sini, setiap waktu sholat lima waktu, semua kegiatan diusahakan dihentikan. Semua pertokoan atau apa ditutup. Setelah sholat (baru) dibuka lagi,” jelas Lukman.
Sementara dari segi pakaian, hampir seluruh warga Desa Temboro berpakaian sesuai sunnah, seperti pada zaman sahabat Nabi Muhammad SAW dulu.

Cara Berpakaian Warga Kampung Madinah
Para Muslim mengenakan baju gamis, sedangkan Muslimah mengenakan baju sesuai Syari’at Islam, lengkap dengan cadar sebagai penutup wajah.

Selain itu, di lingkungan pondok setempat, juga terdapat lahan untuk pacuan kuda, tempat unta, dan lapangan memanah.

Kebiasaan warga Temboro yang menduplikasi Kota Madinah, Arab Saudi ini, mulai diterapkan setelah pondok dipimpin K.H. Uzairon Hayfur Abdillah pada 1990-an.
Sepulang menuntut pendidikan di Universitas Al-Azhar Kairo, Mesir, ia aktif berdakwah untuk mensyiarkan agama Islam dan ajaran sunnah.

Tidak hanya di sekitar desa, ia juga berkeliling Indonesia dan beberapa bagian negara. Kiai juga menerima santri dari berbagai wilayah nusantara dan luar negeri.

Setelah K.H. Uzairon wafat pada 2014, kepemimpinan Ponpes Al Fatah diteruskan oleh adik-adiknya, yakni K.H. Ubaidillah Ahror dan K.H. Umar Fatahillah.


Ramadhan di ‘Kampung Madinah’ Indonesia
Di bulan suci Ramadhan, warga desa memilih untuk menjual takjil untuk berbuka puasa para santri dan warga pendatang.

Jalanan di ‘Kampung Madinah’ Indonesia menjelang jam berbuka puasa, akan menjadi padat karena semua warga berbaur di sana.

Di waktu Idul Adha, para santri dan warga akan melaksanakan takbir keliling ‘Kampung Madinah’.

Pemotongan hewan kurban, dilakukan secara bersama di sejumlah masjid pondok dan kampung, dan untuk pembagian daging kurban, diarahkan kepada warga, terlebih mereka yang kurang mampu.

Ponpes Al Fatah juga biasa menggelar pengajian akbar saat memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia. Kegiatan itu, melibatkan warga sekitar pondok.

Dari jumlah santri yang menuntut ilmu di Ponpes Al Fatah, yakni lebih dari 22.000 orang, sekitar 980 santri berasal dari luar negeri, mayoritas dari negara-negara di Asia Tenggara, seperti Malaysia, Brunei, dan Thailand.

https://www.ngelmu.co/mengenal-desa-...-di-indonesia/

Spoiler for spoiler:


emoticon-Matabelo

T2Y
jiresh
jakompank
jakompank dan 7 lainnya memberi reputasi
8
5K
82
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.2KThread41.1KAnggota
Tampilkan semua post
matt.gaperAvatar border
matt.gaper
#11
Warga asli Dubai yg udah maju juga pakaiannya kaya gitu
accretia8
pilotwaras108
bukan.bomat
bukan.bomat dan 3 lainnya memberi reputasi
0
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.