- Mentalitas Monster Yang Dibangun Dengan Kekuatan Pikiran -

Liverpool mengalahkan Chelsea melalui adu penalti di final Piala FA. Adu penalti adalah permainan psikologis yang dimulai dengan bagaimana manajer berkomunikasi dengan para pemainnya setelah peluit akhir. Klopp & Tuchel menghabiskan 5 menit itu dengan sangat berbeda. Berikut kronologis kejadiannya:

Sekitar 60 detik setelah peluit akhir berbunyi, Klopp sudah membuat pilihannya dan mendekati setiap algojo penalti untuk memberi tahu/menanyakan tembakan apa yang harus diambil. Dia melakukan ini satu per satu dan sering memperkuat permintaannya dengan PELUKAN yang menjadi ciri khasnya. Proses bertanya itu begitu intim, aman, dan penuh kasih. (slide 2)



Pada menit 1.30, Klopp telah selesai dengan pendekatannya, tim berkumpul dalam kerumunan, dan dia memberikan pidato singkat namun penuh semangat. Pada menit 1.45, dia selesai dan tim membubarkan diri.

Pada menit 1.50, Tuchel masih merevisi catatannya, dan akhirnya masuk ke kekerumunan. (slide 3)



Tuchel nampaknya menghabiskan 1-2 menit pertama merevisi susunan pemainnya, dan (mungkin) dari sudut matanya melihat bahwa Liverpool telah menyelesaikan team talk mereka bahkan sebelum Chelsea memulainya. Dia kemudian bergerak ke tengah lingkaran SEBELUM menyelesaikan rencananya. (slide 4)



Memasuki lingkaran pemain sebelum Anda menyelesaikan pilihan Anda adalah apa yang terjadi pada Gareth Southgate di final Euro 2021 – Anda terlambat, tidak siap, menjadi reaktif, dan apa yang bisa menjadi pengingat akhir yang mulus untuk tim menjadi tidak menentu, terburu-buru, dan stres. (slide 5)



Di dalam lingkaran, Tuchel kemudian bertanya kepada para pemain tentang tembakan di depan seluruh tim. Ada banyak tekanan kelompok ketika dilakukan dengan cara ini, yang mengurangi kemungkinan respons jujur (Lihat gambar gimana respons Mount ketika diminta mengambil penalti dan tim mengetahui respons Mount) dari para pemain dan menambah tekanan pada adu penalti itu sendiri. (slide 6)



Sementara Tuchel masih dalam proses memilih dan menanyai para pemainnya, Klopp telah menyelesaikan semua tugas administrasinya dan menghabiskan waktunya untuk menyebarkan kehangatan, cinta, dan energi yang baik; bahkan menyempatkan diri untuk tertawa bersama van Dijk. (slide 7)



Karena Liverpool telah menyelesaikan team talk mereka lebih awal, mereka memasuki lingkaran tengah terlebih dahulu dan dapat memilih posisi mereka. Mereka memilih sisi yang paling dengan dengan bench mereka, yang memungkinkan staf untuk memberikan instruksi tambahan selama proses adu penalti dan membuat mereka tetap menjaga kedekatan dengan kehangatan manajer. (slide 8)



Mentalitas Monster Jurgen Klopp tidak dilahirkan, melainkan dibuat. Persiapan proaktif, ekseskusi yang tenang, dan komunikasi yang hangat/penuh kasih cenderung memberikan landasan terbaik untuk kinerja di bawah tekanan ekstrem. Liverpool sudah unggul 1-0 bahkan sebelum adu penalti dimulai. (slide 9)



Perusahaan NeuroScience yang membantu para pemain mempersiapkan tekanan dari situasi adu penalti sekali lagi berhasil dengan sangat baik. (slide 10)



Klopp kembali memuji kinerja mereka dalam membantu Liverpool meraih 2 trofi di 2 final terakhir:

"Kami bekerja sama dengan perusahaan, dua orang yang mendirikan sebuah perusahaan Jerman bernama neuro11, kami menghubungi mereka dua tahun lalu dan salah satunya adalah ahli saraf dan dia bisa melatih dalam menendang penalti (melalui pikiran).

"Jadi kami pikir itu terdengar menarik, mengundang mereka dan kami bertemu, bekerja bersama dan trofi ini untuk mereka, jelas, seperti Piala Carabao kemarin.

Credit: @GeirJordet untuk utasnya dan Neuro11 untuk latihan pikirannya.

#trainyourbrain 🧠🎯⚽️
#te

https://www.facebook.com/743193075745631/posts/5385963674801858/?sfnsn=wiwspmo