• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • Viral Video Bule Australia Marah-marah di Pantai Kuta Bali Gegara Pedagang Tisu

adarwishAvatar border
TS
adarwish
Viral Video Bule Australia Marah-marah di Pantai Kuta Bali Gegara Pedagang Tisu

ilustrasi bule dan pedagang asongan


Agan-agan dan siska-siska yang terhormat, terlebih kusus yang tidak memiliki mental inlander. Mental rendah di hadapan orang asing alias bule. Istilah inlander sendiri ejekan kolonial Belanda untuk pribumi.

Tidak sengaja saya menemukan video dari salah satu media, seorang bule marah-marah kepada pedagang yang ada di pantai Kuta, Bali. Ia merasa jengkel karena diganggu saat berjalan menyusuri pantai kuta bali. Saking kesalnya, ia bahkan berjanji tidak akan kembali lagi ke pantai Kuta atau Bali. Videonya ada di bawah.

Lantaran viral dan menjadi perbincangan berbagai media, akhirnya Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno, mendatangi pantai Kuta Bali untuk melakukan kroscek terkait kronologi dan penyebab masalah tersebut.

Setelah saya telisiki apa penyebabnya, menurut beberapa penuturan sumber, hal tersebut dikarenakan dipaksa membeli Tisu oleh salah satu pedagang. Sesuai yang saya dengar dari Sandiaga Uno, peristiwa itu dikarenakan anak di bawah umur tapi sudah disuruh berdagang.

Supaya tidak terjadi peristiwa yang sama, Sandiaga Uno bekerjasama dengan beberapa mentri dan KPAI untuk mengawasi anak di bawah umur supaya tidak berdagang, bahasanya Sandiaga Uno, sih, dieksploitasi.

Sebenarnya, keresahan anak kecil berdagang atau yang lebih sering saya lihat, anak kecil yang sudah diperintah untuk membeli sesuatu oleh orang tuanya, terkadang juga disuruh beli sendiri apa yang ingin dibelinya adalah kegelisahan saya selama ini.

Anak di bawah umur, bila dalam kacamata hukum istilahnya belum baligh, tidak sah jual belinya. Baik yang menjual maupun yang membeli. Artinya tidak boleh barang dagangan diperjualbelikan oleh anak di bawah umur atau anak yang belum baligh. Namanya saja tidak sah, ya, barangnya tidak boleh dimiliki, dan status uangnya tidak boleh diterima.

Saya seketika ingat istilah inlander saat melihat video si bule yang marah-marah maupun tanggapan Mentri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif itu, kenapa pasal?

Agan-agan dan siska-siska coba lihat videonya secara langsung, ya. Di video itu yang marah atau kecewa hanya satu bule saja. Semena-mena mengejek keadaan yang ada di Kuta, Bali. Saya kira kasusnya tidak separah yang diberitakan. Bule ibu lansia itu hanya kesal secara pribadi. Lantaran merasa terganggu.

Padahal bisa saja tuh, kalau orang Jawa, ya, ditolak secara halus pedagang yang menawarkan dagangannya. Ngapunten, mboten riyen, misalnya, atau dengan isyarat tangan menolak penawaran itu. Tapi namanya bule tetap bule, dan bangsa kita masih melihatnya sebagai superior.

Apresiasi tetap harus diberikan kepada mentri yang cepat tanggap itu, artinya ia peduli. Tapi catatan pentingnya, harusnya kedua belah pihak perlu didudukan, memberi saran kepada si bule, beri pengertian adat atau kebiasaan pedagang di Indonesia, dan juga kepada si pedagangnya juga, diberi pengertian watak si bule dan cara memperlakukannya. Jangan satu pihak saja.

Jadi, mental inlander ini jangan terus dipelihara. Sama-sama manusia, tidak ada yang mengungguli, kedudukannya setara.





sumber 1, sumber 2, sumber 3, sumber 4, sumber inlander
0
1.6K
13
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.3KAnggota
Tampilkan semua post
menemboesdjamanAvatar border
menemboesdjaman
#3
Dibilangin disana dibikin wisata syariah kok bandel. emoticon-Big Grin

Dengan wisata syariah, nggak bakal ada lagi bocah gembel maksa jualan tisu dan bule-bule ini bakal datang lagi meramaikan Pariwisata Indonesia sehingga devisa negara akan semakin meningkat.

Dengan meningkatnya devisa negara maka si Sri kagak perlu ngutang lagi kesana-kesini. Mari menuju Indonesia Maju dengan wisata syariah.
topskor
topskor memberi reputasi
-1
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.