- Beranda
- Stories from the Heart
KIDUNG DI ATAS TANAH JAWI
...
TS
breaking182
KIDUNG DI ATAS TANAH JAWI
Quote:
Menuliskan cerita yang berbau sejarah tidak gampang. Tulisan ini berdasarkan riset kecil dengan metode wawancara dengan orang yang lebih mengerti dan sumber terpercaya sebatas pengetahuan narasumber. Di samping itu kecintaan saya akan film -film kolosal, sandiwara radio era tahun 90-an tentang kerajaan - kerajaan di tanah Jawa mendorong saya untuk menulis. Tentu saja dengan keterbatasan ilmu pengetahuan yang saya miliki. Kidung Di Atas Tanah Jawi bercerita tentang perjalanan seorang pemuda bernama Arya Gading. Berlatar belakang kerajaan Pajang di bawah pemerintahan Sultan Hadiwijoyo. Cerita ini fiktif belaka. Baca dan nikmati. Salam Olahraga.........
Quote:

Quote:
Konten Sensitif
Quote:
EPISODE 1
GEGER DI PUCANG KEMBAR
gatra 1
gatra 2
gatra 3
gatra 4
gatra 5
gatra 6
gatra 7
gatra 8
gatra 9
gatra 10
gatra 11
gatra 12
gatra 13
gatra 14
gatra 15
gatra 16
gatra 17
gatra 18
gatra 19
gatra 20
gatra 21
gatra 22
gatra 23
gatra 24
gatra 25
gatra 26
gatra 27
gatra 28
gatra 29
gatra 30
gatra 31
gatra 32
gatra 33
gatra 34
gatra 35
gatra 36
gatra 37
gatra 38
gatra 39
gatra 40
gatra 41
gatra 42
gatra 43
gatra 44
gatra 45
gatra 46
gatra 47
gatra 48
gatra 49
Quote:
EPISODE 2
BARA API DI KAKI MERAPI
gatra 1
gatra 2
gatra 3
gatra 4
gatra 5
gatra 6
gatra 7
gatra 8
gatra 9
gatra 10
gatra 11
gatra 12
gatra 13
gatra 14
gatra 15
gatra 16
gatra 17
gatra 18
gatra 19
gatra 20
gatra 21
gatra 22
gatra 23
gatra 24
gatra 25
gatra 26
gatra 27
gatra 28
gatra 29
gatra 30
gatra 31
gatra 32
gatra 33
gatra 34
gatra 35
gatra 36
gatra 37
gatra 38
gatra 39
gatra 40
gatra 41
gatra 42
gatra 43
gatra 44
gatra 45
gatra 46
gatra 47
gatra 48
gatra 49
gatra 50
gatra 51
Quote:
Diubah oleh breaking182 30-12-2022 23:12
jundi666 dan 70 lainnya memberi reputasi
71
81.7K
Kutip
622
Balasan
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
breaking182
#226
gatra 13
Quote:
KI BEKEL PUN segera memberi isyarat kepada Ki Jagabaya, agar para bebahu segera disiapkan. Mereka akan menebar dan mempimpin kelompok-kelompok laki-laki dan anak-anak muda dari padukuhan. Bahkan ada di antara mereka bekas prajurit yang sudah terbiasa bermain dengan senjata pula. Ki Jagabaya yang tanggap akan isyarat itu pun segera menghubungi para bebahu untuk segera mempersiapkan diri.
Di antara mereka yang mengepung kuburan itu adalah Arya Gading dan Doran. Ia telah pernah berada di antara anak-anak muda padukuhan yang telah dikenalnya dengan baik. Tetapi Arya Gading sama sekali tidak menunjukkan kelebihannya. Ia berusaha untuk berada pada tataran yang sejajar dengan anak-anak muda padukuhan itu. Bahkan, berkali –kali pemuda ini berpesan kepada Doran untuk tidak merasa lebih digdaya diantara orang –orang padukuhan.
Malam itu orang-orang padukuhan yang dipimpin langsung oleh Ki Bekel telah berhadapan dengan para perampok yang seorang di antaranya adalah Kebo Peteng itu sendiri.
Dalam pada itu maka Ki Jagabaya pun telah memerintahkan para bebahu untuk bergerak. Anak-anak muda yang berada disisi lain telah mulai memasuki kuburan yang gelap. Mereka berjalan di antara batu-batu nisan yang terbujur membeku. Beberapa ekor burung malam yang terkejut berterbangan menggoyang dedaunan.
Kebo Peteng pun kemudian telah berteriak, “Jika orang-orang dungu itu habis kita bantai, bukan salah kita. Merekalah yang datang menyerahkan leher mereka. Karena itu, jangan ragu-ragu.”
Perintah itu tidak perlu diulangi. Mereka sudah merasa terlalu lama menunggu. Darah mereka telah mendidih di dalam jantung. Apalagi mereka mengetahui bahwa orang-orang yang mengepung kuburan itu sudah mulai bergerak masuk. Jumlah para perampok itu memang tidak terlalu banyak. Tetapi mereka adalah orang-orang yang garang yang sudah terlalu akrab dengan senjata, darah dan kematian.
Sambil berloncatan, para perampok itu telah berteriak-teriak dan mengumpat-umpat. Suaranya menggelepar menggetarkan batu-batu nisan. Jantung orang-orang padukuhan itu memang tergetar. Teriakan-teriakan itu membuat mereka menjadi ngeri. Untuk beberapa saat, beberapa orang anak muda justru bagaikan telah membeku.
Tetapi beberapa orang bekas prajurit yang ada di antara mereka sama sekali tidak menjadi gentar. Meskipun mereka telah mengundurkan diri karena umur mereka telah melampaui batas umur seorang prajurit, namun bagi mereka pengabdian tidak terhenti sampai batas yang ditentukan itu. Menghentikan kejahatan adalah satu di antara tugas yang diembannya tanpa mengenal batas waktu. Sejenak kemudian, maka pertempuran pun tidak dapat dihindarkan. Seperti yang telah dipesankan kepada anak-anak muda padukuhan, maka mereka tidak bertempur seorang-seorang. Mereka harus berada didalam kelompok-kelompok kecil untuk melawan orang-orang yang memiliki pengalaman yang jauh lebih luas dalam olah senjata dan bahkan seolah-olah sudah tidak berjantung lagi.
Ki Jagabaya dan Ki Bekel dengan sigap ia meloncat langsung menghadapi Kebo Peteng. Dengan sadar, dua orang ini ingin menguji kemampuan orang yang namanya sangat ditakuti orang itu. Namun Ki Jagabaya dan ki bekel itu dengan segera terdesak oleh lawannya. Tetapi seorang bebahu yang melihat kesulitan itu segera melibatkan dirinya membantu Ki Jagabaya, sehingga dengan demikian, Kebo Peteng itu harus bertempur melawan tiga orang.
Tetapi orang itu benar-benar orang yang tangguh tanggon. Meskipun beberapa kali terkena tendangan dan pukulan bahkan sabetan pedang. Namun, Kebo Peteng kembali bangkit lagi seperti tidak pernah terluka. Ki Jagabaya bertempur bersama Ki bekel dan seorang bebahu merasa keheranan, ternyata bahwa keduanya masih mengalami kesulitan. Keduanya pun telah terdesak pula karena tenaga yang mulai terkuras.
Untunglah bahwa seorang bebahu yang lain melihatnya. Dengan sigap ia pun menempatkan dirinya dalam lingkaran pertempuran itu. Dengan demikian, berempat Ki Jagabaya mulai dapat menunjukkan perlawanan yang berarti. Sementara itu, Pamingit pun telah bertempur dengan sengitnya. Pamingit yang dimasa mudanya banyak menempuh pengembaraan serta menimba ilmu itu, telah mengejutkan dua orang perampok yang mengeroyoknya. Dua orang kawanan rampok itu tidak mengira bahwa seorang dari padukuhan itu ternyata memiliki ilmu yang mapan dan sanggup mendesak mereka berdua.
Sementara itu, hampir di segala sudut kuburan telah terjadi pertempuran. Orang-orang padukuhan yang hampir tidak mempunyai pengalaman bertempur memang agak canggung ketika mereka harus benar-benar mengayunkan senjata mereka. Sementara itu para perampok menjadi sangat marah karena mereka telah terjebak. Namun lawan terlalu banyak. Orang-orang padukuhan itu bermunculan dari balik nisan.
Mereka mengacu-acukan senjata mereka. Seakan-akan di setiap langkah, para perampok itu menjumpai ujung senjata yang teracu kedadanya. Karena itu, meskipun mereka mempunyai pengalaman yang luas, namun menghadapi lawan yang berlipat ganda, rasa-rasanya mereka menjadi berdebar-debar pula.
Di antara mereka yang mengepung kuburan itu adalah Arya Gading dan Doran. Ia telah pernah berada di antara anak-anak muda padukuhan yang telah dikenalnya dengan baik. Tetapi Arya Gading sama sekali tidak menunjukkan kelebihannya. Ia berusaha untuk berada pada tataran yang sejajar dengan anak-anak muda padukuhan itu. Bahkan, berkali –kali pemuda ini berpesan kepada Doran untuk tidak merasa lebih digdaya diantara orang –orang padukuhan.
Malam itu orang-orang padukuhan yang dipimpin langsung oleh Ki Bekel telah berhadapan dengan para perampok yang seorang di antaranya adalah Kebo Peteng itu sendiri.
Dalam pada itu maka Ki Jagabaya pun telah memerintahkan para bebahu untuk bergerak. Anak-anak muda yang berada disisi lain telah mulai memasuki kuburan yang gelap. Mereka berjalan di antara batu-batu nisan yang terbujur membeku. Beberapa ekor burung malam yang terkejut berterbangan menggoyang dedaunan.
Kebo Peteng pun kemudian telah berteriak, “Jika orang-orang dungu itu habis kita bantai, bukan salah kita. Merekalah yang datang menyerahkan leher mereka. Karena itu, jangan ragu-ragu.”
Perintah itu tidak perlu diulangi. Mereka sudah merasa terlalu lama menunggu. Darah mereka telah mendidih di dalam jantung. Apalagi mereka mengetahui bahwa orang-orang yang mengepung kuburan itu sudah mulai bergerak masuk. Jumlah para perampok itu memang tidak terlalu banyak. Tetapi mereka adalah orang-orang yang garang yang sudah terlalu akrab dengan senjata, darah dan kematian.
Sambil berloncatan, para perampok itu telah berteriak-teriak dan mengumpat-umpat. Suaranya menggelepar menggetarkan batu-batu nisan. Jantung orang-orang padukuhan itu memang tergetar. Teriakan-teriakan itu membuat mereka menjadi ngeri. Untuk beberapa saat, beberapa orang anak muda justru bagaikan telah membeku.
Tetapi beberapa orang bekas prajurit yang ada di antara mereka sama sekali tidak menjadi gentar. Meskipun mereka telah mengundurkan diri karena umur mereka telah melampaui batas umur seorang prajurit, namun bagi mereka pengabdian tidak terhenti sampai batas yang ditentukan itu. Menghentikan kejahatan adalah satu di antara tugas yang diembannya tanpa mengenal batas waktu. Sejenak kemudian, maka pertempuran pun tidak dapat dihindarkan. Seperti yang telah dipesankan kepada anak-anak muda padukuhan, maka mereka tidak bertempur seorang-seorang. Mereka harus berada didalam kelompok-kelompok kecil untuk melawan orang-orang yang memiliki pengalaman yang jauh lebih luas dalam olah senjata dan bahkan seolah-olah sudah tidak berjantung lagi.
Ki Jagabaya dan Ki Bekel dengan sigap ia meloncat langsung menghadapi Kebo Peteng. Dengan sadar, dua orang ini ingin menguji kemampuan orang yang namanya sangat ditakuti orang itu. Namun Ki Jagabaya dan ki bekel itu dengan segera terdesak oleh lawannya. Tetapi seorang bebahu yang melihat kesulitan itu segera melibatkan dirinya membantu Ki Jagabaya, sehingga dengan demikian, Kebo Peteng itu harus bertempur melawan tiga orang.
Tetapi orang itu benar-benar orang yang tangguh tanggon. Meskipun beberapa kali terkena tendangan dan pukulan bahkan sabetan pedang. Namun, Kebo Peteng kembali bangkit lagi seperti tidak pernah terluka. Ki Jagabaya bertempur bersama Ki bekel dan seorang bebahu merasa keheranan, ternyata bahwa keduanya masih mengalami kesulitan. Keduanya pun telah terdesak pula karena tenaga yang mulai terkuras.
Untunglah bahwa seorang bebahu yang lain melihatnya. Dengan sigap ia pun menempatkan dirinya dalam lingkaran pertempuran itu. Dengan demikian, berempat Ki Jagabaya mulai dapat menunjukkan perlawanan yang berarti. Sementara itu, Pamingit pun telah bertempur dengan sengitnya. Pamingit yang dimasa mudanya banyak menempuh pengembaraan serta menimba ilmu itu, telah mengejutkan dua orang perampok yang mengeroyoknya. Dua orang kawanan rampok itu tidak mengira bahwa seorang dari padukuhan itu ternyata memiliki ilmu yang mapan dan sanggup mendesak mereka berdua.
Sementara itu, hampir di segala sudut kuburan telah terjadi pertempuran. Orang-orang padukuhan yang hampir tidak mempunyai pengalaman bertempur memang agak canggung ketika mereka harus benar-benar mengayunkan senjata mereka. Sementara itu para perampok menjadi sangat marah karena mereka telah terjebak. Namun lawan terlalu banyak. Orang-orang padukuhan itu bermunculan dari balik nisan.
Mereka mengacu-acukan senjata mereka. Seakan-akan di setiap langkah, para perampok itu menjumpai ujung senjata yang teracu kedadanya. Karena itu, meskipun mereka mempunyai pengalaman yang luas, namun menghadapi lawan yang berlipat ganda, rasa-rasanya mereka menjadi berdebar-debar pula.
Quote:
DALAM PADA ITU, Kebo Peteng masih tetap berada di atas angin. Ki Jagabaya dan ketiga orang yang membantu menghadapi Kebo Peteng memang menjadi heran. Bahwa Kebo Peteng setiap kali terjatuh terkena pukulan tiba –tiba bangkit lagi. Dan gerakannya menjadi lebih cepat dan gesit. Karena itu, maka Kebo Peteng itu pun telah menghentakkan ilmunya untuk memaksa lawannya dengan cepat dapat dikalahkannya. Kebo Peteng yang menyadari lawan demikian banyaknya, berusaha untuk tidak terikat dengan seorang lawan saja. Ia Ingin menghancurkan kalau tidak dalam arti kewadagan, keberanian orang-orang padukuhan itu.
Dengan demikian, maka mereka akan menjadi ketakutan. Dalam pada itu, Arya Gading dan Doran dengan sengaja tidak bertempur dalam kelompok-kelompok kecil bersama anak-anak muda itu. Sejak semula Arya Gading dan Doran memang tidak bergabung kedalam kelompok yang mana pun. Meskipun ia berada di lingkungan anak-anak yang pada waktu itu sedang mempersiapkan diri untuk melawan para perampok, namun karena Arya Gading dan Doran bukan anak muda dari padukuhan itu, nampaknya Arya Gading dan Doran mendapat keleluasaan untuk memilih, apakah ia akan bertempur bersama anak-anak muda itu atau tidak.
Namun, sebenarnyalah Arya Gading tidak berdiam diri. Meskipun ia berdiri di tempat yang terpisah, di sela-sela beberapa batang pohon kamboja, ia telah bertempur melawan para parampok itu. Seorang perampok yang bertubuh pendek, tetapi tubuhnya nampak kekar dan kuat, harus dilawannya tanpa bantuan orang lain. Sementara Doran seperti anak kecil yang diperbolehkan untuk bermain sesuka hatinya. Bersenjatakan sebuah dahan kayu yang dipungutnya di depan pekuburan. Anak muda bertubuh tinggi dan kurus itu mengamuk bagaikan banteng ketaton. Beberapa perampok menyeringai manakala batang kayu di tangan Doran menghentak dada ataupun memukul kepala.
Salam waktu yang tidak terlalu lama, Arya Gading dan Doran telah melumpuhkan lawan - lawannya. Ketika kakinya yang terayun deras sekali, tepat mengenai ulu hati lawannya, maka lawannya itu pun segera jatuh tersungkur sambil mengerang kesakitan. Arya Gading sudah siap untuk membunuh orang itu. Tetapi ia menjadi ragu-ragu. Ketika terdengar orang itu merintih, Arya Gading justru telah meninggalkannya.
Namun dalam pada itu, Arya Gading melihat Ki Jagabaya dan tida orang yang membantunya melawan Kebo Peteng terdesak hebat. Bahkan, seorang bebahu terpental keluar dari arena dengan bahu mengucurkan darah. Tidak berapa lama giliran Ki bekel yang terpental dan terduduk sembari memegangi dada yang digedor oleh kaki Kebo Peteng. Di susul oleh Ki Jagabaya dan seorang bebahu lagi yang terpaksa keluar dari arena pertempuran untuk membantu kawannya yang terluka.
Arya Gading tidak lagi menghiraukan sekitarnya. Pemuda itu lantas menghamburkan diri untuk melawan Kebo Peteng. Arya Gading masih teringat pesan Mahesa Branjangan untuk mengalahkan Kebo Peteng harus memperhatikan dimana kelemahan lawannya itu. Sejenak kemudian, keduanya telah terlibat dalam perkelahian yang sengit.
Tetapi Kebo Peteng tertawa. Katanya, “ Kau ingin mengalahkan aku anak muda? Apakah dengan kanuragan mentah yang kau kuasai itu mampu melumpuhkan ku? Tidak ingatkan kau kemarin? Layaknya tikus yang dikejar kucing. Kau dan teman mu yang kurus itu lari pontang –panting “
“Tidak. Aku masih ingin menjajal ilmu kisanak. Kisanak memiliki ilmu yang aneh dan langka. Aku jadi penasaran sebenarnya dimana kelemahan ilmu itu “
“Persetan kau anak muda!”
Kebo Peteng menjadi sangat marah. Tiba-tiba saja ilmunya telah meningkat dengan cepat, sehingga beberapa langkah Arya Gading harus bergerak mundur. Namun Arya Gading pun kemudian telah menemukan kemampuannya sepenuhnya kembali, sehingga pertempuran itu pun menjadi semakin sengit.
Tetapi beberapa kali Arya Gading dikejutkan, Kebo Peteng yang sekarang beda dengan Kebo Peteng yang dihadapinya dua hari yang lalu. Ia sadari bahwa sekali-sekali ia mengalami tekanan yang sangat berat, justru karena lawannya kini menguasai jurus -jurus yang lebih cepat dan bertenaga. Bahkan Arya Gading mengalami kesulitan karena lawannya itu selalu berhasil memotong serangan-serangannya, seakan-akan orang itu tahu, apa yang harus dilakukan.
Tetapi serangan-serangan lawannya itu mulai mampu menembus pertahanannya. Ketika tangan lawannya terayun deras mengarah ke keningnya, Arya Gading sempat mengelak. Meskipun demikian, sisi telapak tangan orang itu masih menyentuh bahunya, sehingga Arya Gading harus meloncat mengambil jarak. Perasaan nyeri yang tajam telah menggigit bahunya yang tersentuh serangan lawannya itu.
Arya Gading meloncat beberapa langkah surut. Ia sempat mengusap bahunya yang sakit. Namun lawannya tidak memberinya kesempatan terlalu lama. Dengan garangnya lawannya itu telah menyerangnya pula. Kedua tangannya terayun dengan derasnya. Sisi telapak tangannya mengarah keleher anak muda itu. Tetapi dengan tangkas Arya Gading merendah, ia justru menyerang paha kanan lawannya dengan tendangan keras.
Kebo Peteng terkejut. Ia tidak sempat mengelak, sehingga paha kanan yang ditendang oleh kaki Arya Gading terdorong selangkah lalu jatuh hampir membentur nisan. Kebo Peteng menyeringai kesakitan. Ada yang aneh kali ini. Pimpinan rampok itu nampaknya sangat kesakitan sekali. Butuh waktu beberapa saat manakala ia berdiri dengan sedikit tertatih.
Arya Gading mengerutkan keningnya.
Otaknya yang cerdas merasa ada yang aneh dengan Kebo Peteng kali ini. Ia tertarik untuk menyerang ke tempat yang sama. Paha sebelah kanan. Namun diluar sadarnya, ternyata Arya Gading telah terpancing semakin jauh dari arena pertempuran di kuburan itu. Meskipun hal itu kemudian disadari oleh Arya Gading, tetapi Arya Gading sama sekali tidak menjadi gentar.Arya Gading tertegun ketika ia melihat lawannya meloncat beberapa langkah surut untuk mengambil jarak sembari sedikit terpincang – pincang.
Arya Gading memang tidak dengan tergesa-gesa memburunya. Ia harus lebih berhati-hati menghadapi lawan yang memiliki pengalaman dan memiliki ilmu yang lebih mantap. Arya Gading memandang orang itu dengan tajamnya. Namun dalam kegelapan ia sekilas melihat bahwa Kebo Peteng telah menjadi cidera. Ilmu aneh pimpinan rampok itu telah mampu ditembus oleh Arya Gading. Dengan serta-merta Arya Gading telah meloncat menyerang dengan garangnya.
Pertempuran telah menyala kembali. Arya Gading telah mengerahkan segala kemampuan yang ada pada dirinya. Satu bagian tubuh yang menjadi sasarannya. Paha kanan. Tampaknya Kebo Peteng sudah merasa bahwa lawannya itu menyerang titik yang menjadi kelemahan ilmunya. Ternyata serangan Arya Gading yang membadai itu telah membuat Kebo Peteng mengalami kesulitan. Apalagi ketika Arya Gading bertempur dengan memelihara jarak, karena nampaknya lawannya sering terhambat oleh jarak.
Ia mampu bergerak semakin cepat dan kekuatannya menjadi semakin meningkat. Dengan demikian, maka lawannya pun mulai terdesak. Sekali-sekali serangan Arya Gading telah mengenai sasarannya sehingga beberapa kali keseimbangan lawannya telah terguncang. Kebo Peteng semakin terdesak. Ilmu kebalnya telah mengalami pengapesan.
Tanpa seorangpun yang menyadari di atas pohon yang rimbun. Ada sesosok tubuh yang duduk disebuah dahan besar dan mengawasi jalannya pertempuran.
“ Benar kata Bapa Pandan Arum. Arya Gading memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dalam ilmu kanuragan. Jika dididik dengan benar. Aku sependapat dengan bapa. Anak itu akan menjadi pendekar yang hebat suatu saat nanti “
Pada saat itu lah dalam keadaan yang paling sulit, maka lawan Arya Gading itu justru telah melenting menjauhinya. Kemudian dengan tangkasnya bertumpu pada kedua tangannya yang menapak, orang itu berputar dengan beberapa kali. Ketika Arya Gading menyadari dan meloncat memburunya, maka orang itu sudah melenting berdiri dan berlari menembus kegelapan, justru meloncat masuk kembali kedalam kuburan. Arya Gading tertegun sejenak. Orang itu bagaikan hilang di antara gerumbul-gerumbul perdu disela-sela batang pohon kamboja.
Arya Gading sudah bersiap –siap mebiru Kebo Peteng yang tealh melarikan diri. Pada saat itulah telinganta mendengar sesuatu.
“ Gading, sudahlah jangan kau kejar orang itu. Biarlah aku yang akan mengurusnya. Bantu orang –orang padukuhan melumpuhkan para perampok itu. Dan ingat besok kau dan Doran sudah harus pulang ke padepokan “
Untuk beberapa saat Arya Gading berdiri termangu-mangu.
“ Kakang Mahesa Branjangan…”
Ternyata ia telah kehilangan lawannya. Namun Arya Gading tidak dapat terlalu lama merenung. Sejenak kemudian ia pun menyadari, bahwa di kuburan itu masih terjadi pertempuran antara para pengikut Kebo Peteng melawan orang-orang padukuhan. Jika semula perhatian Arya Gading sepenuhnya tertuju kepada lawannya sehingga ia seakan-akan tidak mendengar hiruk pikuk pertempuran, maka demikian ia kehilangan lawannya itu, maka ia pun segera bergerak mendekati arena.
Dengan demikian, maka mereka akan menjadi ketakutan. Dalam pada itu, Arya Gading dan Doran dengan sengaja tidak bertempur dalam kelompok-kelompok kecil bersama anak-anak muda itu. Sejak semula Arya Gading dan Doran memang tidak bergabung kedalam kelompok yang mana pun. Meskipun ia berada di lingkungan anak-anak yang pada waktu itu sedang mempersiapkan diri untuk melawan para perampok, namun karena Arya Gading dan Doran bukan anak muda dari padukuhan itu, nampaknya Arya Gading dan Doran mendapat keleluasaan untuk memilih, apakah ia akan bertempur bersama anak-anak muda itu atau tidak.
Namun, sebenarnyalah Arya Gading tidak berdiam diri. Meskipun ia berdiri di tempat yang terpisah, di sela-sela beberapa batang pohon kamboja, ia telah bertempur melawan para parampok itu. Seorang perampok yang bertubuh pendek, tetapi tubuhnya nampak kekar dan kuat, harus dilawannya tanpa bantuan orang lain. Sementara Doran seperti anak kecil yang diperbolehkan untuk bermain sesuka hatinya. Bersenjatakan sebuah dahan kayu yang dipungutnya di depan pekuburan. Anak muda bertubuh tinggi dan kurus itu mengamuk bagaikan banteng ketaton. Beberapa perampok menyeringai manakala batang kayu di tangan Doran menghentak dada ataupun memukul kepala.
Salam waktu yang tidak terlalu lama, Arya Gading dan Doran telah melumpuhkan lawan - lawannya. Ketika kakinya yang terayun deras sekali, tepat mengenai ulu hati lawannya, maka lawannya itu pun segera jatuh tersungkur sambil mengerang kesakitan. Arya Gading sudah siap untuk membunuh orang itu. Tetapi ia menjadi ragu-ragu. Ketika terdengar orang itu merintih, Arya Gading justru telah meninggalkannya.
Namun dalam pada itu, Arya Gading melihat Ki Jagabaya dan tida orang yang membantunya melawan Kebo Peteng terdesak hebat. Bahkan, seorang bebahu terpental keluar dari arena dengan bahu mengucurkan darah. Tidak berapa lama giliran Ki bekel yang terpental dan terduduk sembari memegangi dada yang digedor oleh kaki Kebo Peteng. Di susul oleh Ki Jagabaya dan seorang bebahu lagi yang terpaksa keluar dari arena pertempuran untuk membantu kawannya yang terluka.
Arya Gading tidak lagi menghiraukan sekitarnya. Pemuda itu lantas menghamburkan diri untuk melawan Kebo Peteng. Arya Gading masih teringat pesan Mahesa Branjangan untuk mengalahkan Kebo Peteng harus memperhatikan dimana kelemahan lawannya itu. Sejenak kemudian, keduanya telah terlibat dalam perkelahian yang sengit.
Tetapi Kebo Peteng tertawa. Katanya, “ Kau ingin mengalahkan aku anak muda? Apakah dengan kanuragan mentah yang kau kuasai itu mampu melumpuhkan ku? Tidak ingatkan kau kemarin? Layaknya tikus yang dikejar kucing. Kau dan teman mu yang kurus itu lari pontang –panting “
“Tidak. Aku masih ingin menjajal ilmu kisanak. Kisanak memiliki ilmu yang aneh dan langka. Aku jadi penasaran sebenarnya dimana kelemahan ilmu itu “
“Persetan kau anak muda!”
Kebo Peteng menjadi sangat marah. Tiba-tiba saja ilmunya telah meningkat dengan cepat, sehingga beberapa langkah Arya Gading harus bergerak mundur. Namun Arya Gading pun kemudian telah menemukan kemampuannya sepenuhnya kembali, sehingga pertempuran itu pun menjadi semakin sengit.
Tetapi beberapa kali Arya Gading dikejutkan, Kebo Peteng yang sekarang beda dengan Kebo Peteng yang dihadapinya dua hari yang lalu. Ia sadari bahwa sekali-sekali ia mengalami tekanan yang sangat berat, justru karena lawannya kini menguasai jurus -jurus yang lebih cepat dan bertenaga. Bahkan Arya Gading mengalami kesulitan karena lawannya itu selalu berhasil memotong serangan-serangannya, seakan-akan orang itu tahu, apa yang harus dilakukan.
Tetapi serangan-serangan lawannya itu mulai mampu menembus pertahanannya. Ketika tangan lawannya terayun deras mengarah ke keningnya, Arya Gading sempat mengelak. Meskipun demikian, sisi telapak tangan orang itu masih menyentuh bahunya, sehingga Arya Gading harus meloncat mengambil jarak. Perasaan nyeri yang tajam telah menggigit bahunya yang tersentuh serangan lawannya itu.
Arya Gading meloncat beberapa langkah surut. Ia sempat mengusap bahunya yang sakit. Namun lawannya tidak memberinya kesempatan terlalu lama. Dengan garangnya lawannya itu telah menyerangnya pula. Kedua tangannya terayun dengan derasnya. Sisi telapak tangannya mengarah keleher anak muda itu. Tetapi dengan tangkas Arya Gading merendah, ia justru menyerang paha kanan lawannya dengan tendangan keras.
Kebo Peteng terkejut. Ia tidak sempat mengelak, sehingga paha kanan yang ditendang oleh kaki Arya Gading terdorong selangkah lalu jatuh hampir membentur nisan. Kebo Peteng menyeringai kesakitan. Ada yang aneh kali ini. Pimpinan rampok itu nampaknya sangat kesakitan sekali. Butuh waktu beberapa saat manakala ia berdiri dengan sedikit tertatih.
Arya Gading mengerutkan keningnya.
Otaknya yang cerdas merasa ada yang aneh dengan Kebo Peteng kali ini. Ia tertarik untuk menyerang ke tempat yang sama. Paha sebelah kanan. Namun diluar sadarnya, ternyata Arya Gading telah terpancing semakin jauh dari arena pertempuran di kuburan itu. Meskipun hal itu kemudian disadari oleh Arya Gading, tetapi Arya Gading sama sekali tidak menjadi gentar.Arya Gading tertegun ketika ia melihat lawannya meloncat beberapa langkah surut untuk mengambil jarak sembari sedikit terpincang – pincang.
Arya Gading memang tidak dengan tergesa-gesa memburunya. Ia harus lebih berhati-hati menghadapi lawan yang memiliki pengalaman dan memiliki ilmu yang lebih mantap. Arya Gading memandang orang itu dengan tajamnya. Namun dalam kegelapan ia sekilas melihat bahwa Kebo Peteng telah menjadi cidera. Ilmu aneh pimpinan rampok itu telah mampu ditembus oleh Arya Gading. Dengan serta-merta Arya Gading telah meloncat menyerang dengan garangnya.
Pertempuran telah menyala kembali. Arya Gading telah mengerahkan segala kemampuan yang ada pada dirinya. Satu bagian tubuh yang menjadi sasarannya. Paha kanan. Tampaknya Kebo Peteng sudah merasa bahwa lawannya itu menyerang titik yang menjadi kelemahan ilmunya. Ternyata serangan Arya Gading yang membadai itu telah membuat Kebo Peteng mengalami kesulitan. Apalagi ketika Arya Gading bertempur dengan memelihara jarak, karena nampaknya lawannya sering terhambat oleh jarak.
Ia mampu bergerak semakin cepat dan kekuatannya menjadi semakin meningkat. Dengan demikian, maka lawannya pun mulai terdesak. Sekali-sekali serangan Arya Gading telah mengenai sasarannya sehingga beberapa kali keseimbangan lawannya telah terguncang. Kebo Peteng semakin terdesak. Ilmu kebalnya telah mengalami pengapesan.
Tanpa seorangpun yang menyadari di atas pohon yang rimbun. Ada sesosok tubuh yang duduk disebuah dahan besar dan mengawasi jalannya pertempuran.
“ Benar kata Bapa Pandan Arum. Arya Gading memiliki tingkat kecerdasan yang tinggi dalam ilmu kanuragan. Jika dididik dengan benar. Aku sependapat dengan bapa. Anak itu akan menjadi pendekar yang hebat suatu saat nanti “
Pada saat itu lah dalam keadaan yang paling sulit, maka lawan Arya Gading itu justru telah melenting menjauhinya. Kemudian dengan tangkasnya bertumpu pada kedua tangannya yang menapak, orang itu berputar dengan beberapa kali. Ketika Arya Gading menyadari dan meloncat memburunya, maka orang itu sudah melenting berdiri dan berlari menembus kegelapan, justru meloncat masuk kembali kedalam kuburan. Arya Gading tertegun sejenak. Orang itu bagaikan hilang di antara gerumbul-gerumbul perdu disela-sela batang pohon kamboja.
Arya Gading sudah bersiap –siap mebiru Kebo Peteng yang tealh melarikan diri. Pada saat itulah telinganta mendengar sesuatu.
“ Gading, sudahlah jangan kau kejar orang itu. Biarlah aku yang akan mengurusnya. Bantu orang –orang padukuhan melumpuhkan para perampok itu. Dan ingat besok kau dan Doran sudah harus pulang ke padepokan “
Untuk beberapa saat Arya Gading berdiri termangu-mangu.
“ Kakang Mahesa Branjangan…”
Ternyata ia telah kehilangan lawannya. Namun Arya Gading tidak dapat terlalu lama merenung. Sejenak kemudian ia pun menyadari, bahwa di kuburan itu masih terjadi pertempuran antara para pengikut Kebo Peteng melawan orang-orang padukuhan. Jika semula perhatian Arya Gading sepenuhnya tertuju kepada lawannya sehingga ia seakan-akan tidak mendengar hiruk pikuk pertempuran, maka demikian ia kehilangan lawannya itu, maka ia pun segera bergerak mendekati arena.
Diubah oleh breaking182 27-04-2022 21:51
Araka dan 15 lainnya memberi reputasi
16
Kutip
Balas