Novena.LiziAvatar border
TS
Novena.Lizi
IDI Respons Menkes soal Fenomena Warga Berobat ke Luar Negeri
IDI Respons Menkes soal Fenomena Warga Berobat ke Luar Negeri
CNN Indonesia

Senin, 25 Apr 2022 17:17 WIB


Ketua Umum PB IDI, Dr. M. Adib Khumaidi, SpOT. (Foto: CNN Indonesia/Meutia Rahmawati)

Jakarta, CNN Indonesia -- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menyoroti pengakuan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin soal layanan fasilitas kesehatan (faskes) di Indonesia yang kurang memadai sehingga warga beralih ke luar negeri.
Ketua Umum PB IDI, Muhammad Adib Khumaidi menilai ada beberapa faktor yang menyebabkan warga beralih ke pengobatan di luar negeri.

"Yang pertama [yaitu] pembiayaan kesehatan. Pada saat kita bicara pembiayaan kesehatan, faktor utamanya adalah kita bicara tentang fase kesehatan, sarana prasarana, dan juga harga," kata Adib kepada CNN Indonesia, Minggu (24/4).

Adib menjelaskan, biaya berobat di Indonesia masih terbilang tinggi dibandingkan di luar negeri seperti Singapura dan Malaysia.

Biaya pengobatan di Indonesia menurut Adib masih mahal akibat pemerintah mengenakan pajak yang relatif besar kepada obat dan alat kesehatan. Oleh karena itu, masyarakat lebih tertarik untuk berobat ke luar negeri ketimbang di negeri sendiri.

"Nah ini yang harus dibuat oleh pemerintah adalah tentang pajak kepada obat dan alat kesehatan yang harus diturunkan. Karena itu akan mempengaruhi juga pada pembiayaan kesehatan," kata Adib.

Faktor kedua yaitu kompetensi. Masyarakat Indonesia masih kerap memandang bahwa dokter-dokter di luar negeri lebih kompeten dibandingkan di Indonesia.

Padahal, menurut Adib, dokter di Indonesia memiliki kompetensi yang sama dengan dokter di luar negeri. Bahkan, sudah ada upaya penyetaraan kompetensi agar bisa setara dengan dokter-dokter di ASEAN.

"Sehingga tidak dikatakan bahwa di sana kompetensinya lebih baik, sama sebenarnya kompetensinya," ungkapnya.

Faktor ketiga yaitu persoalan pelayanan. Adib menuturkan, bila pelayanan kesehatan di Indonesia menjunjung 'service of excellent', maka masyarakat tak akan terpikirkan untuk berobat di luar negeri.

"Kita harus merubah mindset pelayanan kesehatan di Indonesia untuk benar-benar memberikan satu service excellent sehingga kemudian tidak menjadi kecenderungan untuk masyarakat kita untuk berobat ke luar negeri," ujarnya.

Sebelumnya, Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengakui layanan faskes di Indonesia kurang maksimal sehingga layanan rujukan pasien kerap penuh antrean. Menurutnya, kondisi itu menjadi salah satu penyebab warga Indonesia banyak yang memilih berobat di luar negeri.

Budi menyebut pelayanan kesehatan terutama untuk penyakit degeneratif masih belum merata dan maksimal di Indonesia. Padahal, penyakit tak menular (PTM) membutuhkan waktu penanganan yang relatif cepat.

"Kasus PTM di Indonesia setiap tahunnya bertambah. Karena layanan rujukannya sedikit, antreannya jadi makin panjang. PTM itu kan butuh perawatan yang cepat, kalau waktu tunggunya lama, pantas saja orang pergi ke luar. Makanya kita akan segera bereskan," kata Budi dikutip dari situs resmi Kemenkes, Senin (18/4).

(blq/wis)

https://app.cnnindonesia.com/https:/...ke-luar-negeri
muhamad.hanif.2
muhamad.hanif.2 memberi reputasi
-1
1.2K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
670.2KThread40.4KAnggota
Tampilkan semua post
NefanasaAvatar border
Nefanasa
#1
pada berobat ke singapore bukan karena lebih murah.. karena dokter disana bener2 meriksa pasien, satu kali periksa bisa 15-30 menit.
gak kayak dokter sini, gak ada 5mnt periksanya, malah saya pernah 1 menit.. hedeh..

udah itu peralatan operasi juga belum modern, padahal biaya operasi bisa puluhan jutaan, tapi alat operasi macam lampu dan kamera yang harganya jutaan aja nga punya..
Diubah oleh Nefanasa 25-04-2022 13:53
ciu.brangkal
muhamad.hanif.2
peternakkadrun
peternakkadrun dan 2 lainnya memberi reputasi
3
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.