Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

aliazzz80Avatar border
TS
aliazzz80
INI KISAH KAMI DEMI NKRI (True Story)
KUMPULAN KISAH KAMI
KOMPI PEMBURU RAJAWALI
DAN
KUMPULAN OPERASI TNI





Prolog :

Ini bukan kisah tentang dedemit, mba Kunti, Om Pocong, Mbah Genderowo dan sebangsanya, ini bukan kisah soal pengalaman 18+, kisah disini merupakan kumpulan kisah mereka yang sejak awal mendarma baktikan masa mudanya hingga ke tua, bahkan hingga akhir hayat, memenuhi panggilan tugas untuk bumi pertiwi.

Medio 1997 pasukan ini di resmikan dengan mengambil personel dari tiga satuan utama, Kopasus, Kostrad dan Marinir. Pasukan ini dibubarkan tahun 2004 seiring dengan diresmikannya satuan Raider di TNI AD.

Beberapa tahun lalu, sempat ada thread-threadnya di Kaskus, namun sudah tidak terupdate lagi dan terkubur dengan "kesunyian" Kaskus masa kini.

Terinspirasi dari kisah-kisah true story mereka di medan tugas. Inilah kisahnya :

"KOMPI PEMBURU RAJAWALI"




Semua apapun yg saya tulis di sini sebaiknya tetap berada di thread KASKUS Sub Forum SFTH dan FORSEX, TIDAK DI IJINKAN dishare dalam bentuk/media apapun!
Kisah lebih lengkapnya dan banyak lagi kisah-kisah heroik bisa di dapatkan dalam bentuk PDF dan Ebook berbayar. Untuk berlangganan PM aja gan.
Diubah oleh aliazzz80 08-08-2022 04:19
rotten7070
echoeprazety046
lovve
lovve dan 115 lainnya memberi reputasi
112
104.9K
937
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
Stories from the HeartKASKUS Official
31.6KThread42.4KAnggota
Tampilkan semua post
aliazzz80Avatar border
TS
aliazzz80
#160
97. Mau Di Sekolahkan? (20)
LambaianTangan



SATU-dua kali masuk kolam, tak ada ikan yang berhasil dijaring. Tak ada kontak tembak dengan GAM. Beberapa serdadu mulai percaya kalau setiap wartawan ikut pasti tak ada hasil. Saya tak ambil pusing. Saya selalu mengikuti ke mana saja truk pergi. Seorang serdadu Kopassus geleng-geleng kepala melihat saya seperti gila naik truk.

"Siapa tahu ada tembakan," kata saya menjawab keheranannya.

"Tuh kan, doanya saja sudah jelek," Dalam hati saya malu. Bagaimana kalau benar terjadi penghadangan dan ada serdadu yang kena?

Roda truk tentara yang mendukung operasi pasukan di Aceh Barat tiap hari berputar. Kadang, dalam sehari, truk singgah di empat sampai lima pos yang jaraknya sekitar tiga jam perjalanan. Truk selalu dalam pengawalan, minimal lima sampai enam serdadu berjaga di bak. Bepergian dengan truk tentara membutuhkan fisik yang prima dan semangat besar. Kalau badan loyo, rawan masuk angin. Kalau terlalu sering berdiri di truk, orang bisa turun bero. Paling tidak, mata Anda akan memerah dan rambut akan kusam disiram debu dan angin jalan.



Anda akan sering melihat lambaian tangan penduduk di sepanjang jalan. Paling tidak mereka akan melempar senyum. Anak-anak sekolah yang lagi bermain di halaman akan menghentikan permainannya dan berdesak-desakan di pagar sekolahnya hanya untuk melambaikan tangan kepada orang-orang yang, sebenarnya, tak mereka kenal. Ibu-ibu yang menggendong anak kadang setengah berlari keluar rumah agar tak kehilangan kesempatan.

Orang-orang yang di atas truk menikmati pemandangan itu. Mereka selalu membalas dengan tangan kanan. Orang Aceh akan tersinggung berat jika diberi lambaian tangan kiri. Pamali. Tapi biasanya tentara kita yang hiperaktif melambai-lambaikan tangan kalau ada anak dara yang tersenyum di teras rumah. Tapi ada juga yang acuh melihat anak-anak sekolah. Malah ada yang sinis.

"Anak-anak Aceh," kata seorang serdadu, "Hari ini melambaikan tangan tapi kalau besar membidikkan laras ke kita."

Dan kalau truk sudah jalan, rasanya tak ada lagi kendaraan di jalan. Setiap kendaraan yang bergerak dari arah berlawanan akan menepi di bahu jalan. Tidak peduli apa jenisnya: truk Fuso, L-300, kereta (istilah orang Aceh untuk sepeda motor), motor (kendaraan roda empat), becak motor, dan lain-lain. Semua menepi. Mempersilakan truk bergerak dulu.

Truk tentara kita biasanya melaju kencang. Di tikungan, kendaraan yang bergerak dari arah berlawanan, kadang panik lalu buru-buru menepi hingga hampir nyungsep. Seringkali saya geli melihat adegan-adegan itu.

"Jangan ditulis mereka takut sama kita," kata seorang sopir berpangkat prajurit kepala memperingatkan,

"Mereka itu melihat kepentingan kita lebih besar sehingga pantas didahulukan."



Di atas truk, ada banyak hal yang harus diwaspadai. Yang ringan-ringan: percikan air atau debu jalan. Kalau aspal basah habis diguyur hujan misalnya, putaran roda truk akan mengangkat air ke atas bak. Mereka yang berdiri hingga 1,5 meter dari pintu truk akan terkena percikannya. Kalau sekadar air masih untung. Tapi kalau kebetulan ban menggilas tahi sapi .....

Kedua, tentu saja peluru. Perhatian tentara lebih tertuju pada barang satu ini. Ada kepercayaan di kalangan serdadu Indonesia kalau peluru di Aceh punya Nomor Registrasi Pokok (NRP). Ini jelas merepotkan. Setiap tentara punya NRP tersendiri, terdiri dari sederet angka yang antara lain bisa diketahui kapan seorang serdadu mulai ikut dinas militer berikut tanggal kelahirannya.

Jika sudah di atas truk lalu ada informasi kalau truk akan dihadang, bukan main tegangnya. Nyaris tak ada pembicaraan sepanjang perjalanan. Kadang ada yang mencoba mengendorkan ketegangan dengan bersenandung sambil iseng melambai-lambaikan tangan ke bukit-bukit rawan tak berpenghuni di sepanjang jalan.

"Daaaaa, dadah sayaaaaaang. Slaaaaa, slamattt jaaaaalan."

Sebenarnya, tentara kita punya bekal yang cukup untuk tak terlampau mengkhawatirkan peluru yang punya NRP itu. Toh mereka sudah dibekali rompi dan mobil lapis baja.

Ada yang mencari tameng tambahan yang diyakini lebih sakti: jimat, dari yang berbentuk barang sampai yang berupa doa tertentu yang harus dirapal secara rutin. Yang percaya memakainya atau paling tidak menuliskan doa-doa itu di rompi baja yang digunakannya, diselipkan di dalam dompet, atau hanya dirapalkan setiap kali akan bergerak.

Ada juga yang sepertinya tak ambil pusing. Seorang serdadu Kopassus malah menuliskan kalimat ini di rompi bajanya: Now I'm Nothing. Dia sebenarnya masih muda. Kalau tak salah ingat kelahiran pada 1979. Saya kira dia termasuk di antara serdadu yang masa mudanya "habis dimakan ransel."
widi0407
sormin180
necromongers
necromongers dan 17 lainnya memberi reputasi
18
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.