- Beranda
- Stories from the Heart
Half of Me Cerbung (Thriller, Misteri) Bab 3
...
TS
sakkahashira467
Half of Me Cerbung (Thriller, Misteri) Bab 3
#SabuSAbu_JP_Part2
#Project_MenulisNovel_30H
Link bab sebelumnya : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...558e3ece6458d9
Bab 3 TERBUNUH
****
Setelah kedatangan ayahnya tadi siang dan dia berkata ingin membunuhnya. Membuat Illa tidak bisa tidur dengan tenang. Karena jika dia mengatakan ingin membunuhnya, maka pasti akan dilakukan olehnya.
"Tenangkan pikiranmu Illa. Tarik napas, hembuskan." Illa mencoba menenangkan diri. Matanya sudah sangat mengantuk, namun tidak bisa tidur. Hal tersebut membuat Illa benar-benar tidak nyaman.
Dirasa agak tenang, Illa mencoba untuk tidur. Sebelum tidur Illa sempat melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.
Saat mulai terlelap, tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangannya. Illa pikir itu adalah Suster Letta, maka dari itu Illa membuka matanya.
Illa terkejut bukan main, ketika mengetahui yang datang bukan Suster Letta. Melainkan, orang lain yang tengah memegang sebilah pisau ditangannya.
"AAA!!!"
***
Mungkin ini adalah sebuah keberuntungan bagi Illa. Dirinya untuk sementara waktu tidak harus berhadapan dengan ayahnya itu. Setidaknya ia bisa menenangkan hatinya sementara waktu. Kata dokter yang menanganinya, ia harus menjalani perawatan intensif karena luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya juga belum sembuh total.
Dokter tersebut juga bertanya, bagaimana Illa bisa mendapatkan luka ini. Illa hanya tersenyum, tak ingin menjawab pertanyaan sang dokter. Untungnya, dokter itu mau memahaminya, jadi beliau tak menanyakan lagi.
Akan tetapi, ada satu hal yang masih mengganjal di kepalanya. Siapa yang membiayai pengobatannya? Illa tidak yakin jika itu adalah pihak sekolah. ketika sedang berpikir serius, Illa dikejutkan dengan kehadiran seorang suster yang hendak memeriksa kondisinya. Namanya adalah Suster Letta.
"Permisi, Nona. Bagaimana kabar Nona Illa? Sudah merasa baikan? Apakah masih sering sakit kepala? Atau mual?" tanya Suster Letta.
"Kalo pusing agak sih, sama badan masih pegel-pegel. Tapi gak mual kok" jawab Illa sambil membenarkan posisi duduknya.
"Baiklah, Illa mau susu hangat atau teh hangat? Biar Suster yang membuatkan."
"Eh, gak usah suster. Ngerepotin banget, makan sama minum air bening aja udah cukup."
"Gak papa kok, kebetulan jadwal suster tidak padat. Santai saja, ya sudah suster bikinkan susu hangat ya?"
"Ta-tapi--" Sebelum Illa menyelesaikan kalimatnya Suster Letta sudah melengos duluan. Mau tidak mau harus menerima tawaran tadi. Bukan tawaran sih, pemaksaan ini mah, namanya, Illa kan belum bilang setuju.
Akan tetapi, Illa merasa perlakuan yang didapatkannya sedikit berbeda. Bisa dibilang lumayan istimewa. Bahkan ruangan yang ia tempati sekarang terbilang cukup mewah.
"Duh, jadi makin penasaran. Siapa sih yang mendanai pengobatanku?
"Oiya, kenapa gak tanya Suster Letta ya? Astaga gak kepikiran."
Illa memutuskan menunggu kehadiran Suster Letta sembari menonton TV, kebetulan remote TV tidak jauh dari jangkauannya. Baru saja menyalakan TV, matanya sudah ternodai oleh berita pembunuhan. Awalnya Illa tak tertarik sama sekali dengan berita tersebut, namun ketika mendengar nama orang yang telah dibunuh itu. Illa mendadak menjatuhkan remote TV yang tengan dipegangnya.
"Korban pembunuhan ini adalah seorang pria berusia 40 tahun yang bernama Cavano Elbrath. Diduga beliau sedang berjalan di gang kecil, namun dicegat oleh seseorang yang tak dikenal dan dibunuh di tempat."
Kepalanya mendadak sakit mendengar berita tersebut. Ia tak menyangka jika ayahnya akan mati dibunuh. Illa tahu bahwa ayahnya selalu tak mempedulikannya dan melakukannya dengan kasar, bahkan kerap kali memukulnya tanpa belas kasihan. Tapi bagaimanapun juga, orang itu adalah ayah kandungnya. Sebrengsek apapun orang itu, tidak akan merubah fakta bahwa dirinya adalah anak kandung. Entah mengapa mengingat kenyataan itu membuat Illa kesal.
"Tapi bagaimanapun ini terlalu janggal, aku baru bertemu dengan orang itu sekitar 2 hari yang lalu."Perasaan Illa benar-benar campur aduk, tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Akan tetapi, di hati kecilnya yang mendalam Illa merasa senang. Karena penderitaannya sedikit berkurang.
Illa kembali melihat berita tentang pembunuhan ayahnya. Ternyata sang pelaku meninggalkan jejak di tembok. Di sana tertulis tulisan 'Guess Who Am I' . Illa ingat kalimat itu muncul di mimpinya ketika bertemu seseorang. Di dalam mimpinya itu adalah sebuah permainan.
"Apa maksudnya ini astaga, aku tak mengerti." Illa memijit keningnya, sakit di kepalanya tidak kunjung sembuh.
"Nona ada apa Nona? Kepalanya sakit? "
"Yah lumayan."
"Sebentar, Suster panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaanmu."
Permainan baru saja dimulai Vila Senate. Hihihihi....
***
Seminggu kemudian, Illa sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang, ia mampir ke makam ayahnya. Illa tidak ikut ke pemakaman ayahnya waktu itu dikarenakan dokter belum mengizinkannya keluar. Luka di sekujur tubuhnya memang cukup fatal. Maka dari itu, Illa harus dirawat intensive seminggu full di rumah sakit.
Beberapa polisi sempat mendatangi Illa untuk menanyakan soal ayahnya. Illa hanya menjawab apa adanya, setelah itu mereka pergi.
"Apakah ada barang yang tertinggal, Nona?" tanya Suster Letta.
"Gak ada kok."
"Obatnya jangan lupa diminum ya. Kalau ada keluhan lain jangan segan-segan telpon Suster Letta."
"OK, Suster! Aku pamit dulu," ucap Illa sembari melambaikan tangan.
Illa diantar oleh supir dari pihak rumah sakit. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga meminta maaf secara langsung atas kejadian itu. Illa benar-benar tak menduga hal seperti ini akan terjadi padanya. Tak dapat dipungkiri bahwa Illa merasa senang. Akan tetapi, di sisi lain banyak kejanggalan yang ditemukan olehnya.
Kejanggalan pertama adalah ayahnya yang tiba-tiba terbunuh. Kedua terdapat tulisan "Guess Who Am I" di tembok tersebut. Ketiga, ia merasa bahwa ini adalah pembunuhan berencana.
"Akhh--" Kepala Illa kembali berdenyut sakit. Illa ingat bahwa dirinya tidak boleh overthinking. Jika tidak, kepalanya sakit lagi.
"Sebaiknya aku beristirahat dulu. Lagi pula dokter menyarankan ku untuk beristirahat selama 3 hari di rumah sebelum beraktivitas seperti biasa."
Sesampainya di rumah, Illa baru ingat, bahwa dirinya tidak memiliki uang sepeser pun. Mau tidak mau, Illa tak bisa beristirahat melainkan kerja part time. Ia pun menghubungi kafe tempat dulu ia bekerja. Apakah dirinya masih bisa bekerja atau tidak.
"Permisi boss, saya Vila Senate, apakah saya boleh kembali bekerja di kafe?"
"Astaga, dek Vila kemana aja toh, dek?"
"Panjang ceritanya. Jadi boleh gak?"
"Boleh kok, kebetulan kita kekurangan karyawan nich."
"Terima kasih boss, nanti sore saya berangkat buat shift malam."
"Okiee!"
TUUT!
Setelah menutup telepon, Illa berjalan ke kamarnya. Saat membuka pintu kamarnya, Illa terkejut bahwa dekorasi di kamarnya telah berubah. Bukan hanya berubah, bahkan penataan perabotannya juga ikut berubah. Illa melihat di atas meja ada amplop putih. Illa pun membuka amplop itu, ternyata isi amplop tersebut adalah beberapa lembar uang.
"Hah?! Siapa yang meletakan uang di sini? Uang siapa ini?"
Illa melihat ada secarik kertas kecil yang terselip di antara lembaran uang tersebut. Illa pun membaca isi kertas itu.
"Apa maksudnya ini?"
#Project_MenulisNovel_30H
Link bab sebelumnya : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...558e3ece6458d9
Bab 3 TERBUNUH
****
Setelah kedatangan ayahnya tadi siang dan dia berkata ingin membunuhnya. Membuat Illa tidak bisa tidur dengan tenang. Karena jika dia mengatakan ingin membunuhnya, maka pasti akan dilakukan olehnya.
"Tenangkan pikiranmu Illa. Tarik napas, hembuskan." Illa mencoba menenangkan diri. Matanya sudah sangat mengantuk, namun tidak bisa tidur. Hal tersebut membuat Illa benar-benar tidak nyaman.
Dirasa agak tenang, Illa mencoba untuk tidur. Sebelum tidur Illa sempat melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.
Saat mulai terlelap, tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangannya. Illa pikir itu adalah Suster Letta, maka dari itu Illa membuka matanya.
Illa terkejut bukan main, ketika mengetahui yang datang bukan Suster Letta. Melainkan, orang lain yang tengah memegang sebilah pisau ditangannya.
"AAA!!!"
***
Mungkin ini adalah sebuah keberuntungan bagi Illa. Dirinya untuk sementara waktu tidak harus berhadapan dengan ayahnya itu. Setidaknya ia bisa menenangkan hatinya sementara waktu. Kata dokter yang menanganinya, ia harus menjalani perawatan intensif karena luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya juga belum sembuh total.
Dokter tersebut juga bertanya, bagaimana Illa bisa mendapatkan luka ini. Illa hanya tersenyum, tak ingin menjawab pertanyaan sang dokter. Untungnya, dokter itu mau memahaminya, jadi beliau tak menanyakan lagi.
Akan tetapi, ada satu hal yang masih mengganjal di kepalanya. Siapa yang membiayai pengobatannya? Illa tidak yakin jika itu adalah pihak sekolah. ketika sedang berpikir serius, Illa dikejutkan dengan kehadiran seorang suster yang hendak memeriksa kondisinya. Namanya adalah Suster Letta.
"Permisi, Nona. Bagaimana kabar Nona Illa? Sudah merasa baikan? Apakah masih sering sakit kepala? Atau mual?" tanya Suster Letta.
"Kalo pusing agak sih, sama badan masih pegel-pegel. Tapi gak mual kok" jawab Illa sambil membenarkan posisi duduknya.
"Baiklah, Illa mau susu hangat atau teh hangat? Biar Suster yang membuatkan."
"Eh, gak usah suster. Ngerepotin banget, makan sama minum air bening aja udah cukup."
"Gak papa kok, kebetulan jadwal suster tidak padat. Santai saja, ya sudah suster bikinkan susu hangat ya?"
"Ta-tapi--" Sebelum Illa menyelesaikan kalimatnya Suster Letta sudah melengos duluan. Mau tidak mau harus menerima tawaran tadi. Bukan tawaran sih, pemaksaan ini mah, namanya, Illa kan belum bilang setuju.
Akan tetapi, Illa merasa perlakuan yang didapatkannya sedikit berbeda. Bisa dibilang lumayan istimewa. Bahkan ruangan yang ia tempati sekarang terbilang cukup mewah.
"Duh, jadi makin penasaran. Siapa sih yang mendanai pengobatanku?
"Oiya, kenapa gak tanya Suster Letta ya? Astaga gak kepikiran."
Illa memutuskan menunggu kehadiran Suster Letta sembari menonton TV, kebetulan remote TV tidak jauh dari jangkauannya. Baru saja menyalakan TV, matanya sudah ternodai oleh berita pembunuhan. Awalnya Illa tak tertarik sama sekali dengan berita tersebut, namun ketika mendengar nama orang yang telah dibunuh itu. Illa mendadak menjatuhkan remote TV yang tengan dipegangnya.
"Korban pembunuhan ini adalah seorang pria berusia 40 tahun yang bernama Cavano Elbrath. Diduga beliau sedang berjalan di gang kecil, namun dicegat oleh seseorang yang tak dikenal dan dibunuh di tempat."
Kepalanya mendadak sakit mendengar berita tersebut. Ia tak menyangka jika ayahnya akan mati dibunuh. Illa tahu bahwa ayahnya selalu tak mempedulikannya dan melakukannya dengan kasar, bahkan kerap kali memukulnya tanpa belas kasihan. Tapi bagaimanapun juga, orang itu adalah ayah kandungnya. Sebrengsek apapun orang itu, tidak akan merubah fakta bahwa dirinya adalah anak kandung. Entah mengapa mengingat kenyataan itu membuat Illa kesal.
"Tapi bagaimanapun ini terlalu janggal, aku baru bertemu dengan orang itu sekitar 2 hari yang lalu."Perasaan Illa benar-benar campur aduk, tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Akan tetapi, di hati kecilnya yang mendalam Illa merasa senang. Karena penderitaannya sedikit berkurang.
Illa kembali melihat berita tentang pembunuhan ayahnya. Ternyata sang pelaku meninggalkan jejak di tembok. Di sana tertulis tulisan 'Guess Who Am I' . Illa ingat kalimat itu muncul di mimpinya ketika bertemu seseorang. Di dalam mimpinya itu adalah sebuah permainan.
"Apa maksudnya ini astaga, aku tak mengerti." Illa memijit keningnya, sakit di kepalanya tidak kunjung sembuh.
"Nona ada apa Nona? Kepalanya sakit? "
"Yah lumayan."
"Sebentar, Suster panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaanmu."
Permainan baru saja dimulai Vila Senate. Hihihihi....
***
Seminggu kemudian, Illa sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang, ia mampir ke makam ayahnya. Illa tidak ikut ke pemakaman ayahnya waktu itu dikarenakan dokter belum mengizinkannya keluar. Luka di sekujur tubuhnya memang cukup fatal. Maka dari itu, Illa harus dirawat intensive seminggu full di rumah sakit.
Beberapa polisi sempat mendatangi Illa untuk menanyakan soal ayahnya. Illa hanya menjawab apa adanya, setelah itu mereka pergi.
"Apakah ada barang yang tertinggal, Nona?" tanya Suster Letta.
"Gak ada kok."
"Obatnya jangan lupa diminum ya. Kalau ada keluhan lain jangan segan-segan telpon Suster Letta."
"OK, Suster! Aku pamit dulu," ucap Illa sembari melambaikan tangan.
Illa diantar oleh supir dari pihak rumah sakit. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga meminta maaf secara langsung atas kejadian itu. Illa benar-benar tak menduga hal seperti ini akan terjadi padanya. Tak dapat dipungkiri bahwa Illa merasa senang. Akan tetapi, di sisi lain banyak kejanggalan yang ditemukan olehnya.
Kejanggalan pertama adalah ayahnya yang tiba-tiba terbunuh. Kedua terdapat tulisan "Guess Who Am I" di tembok tersebut. Ketiga, ia merasa bahwa ini adalah pembunuhan berencana.
"Akhh--" Kepala Illa kembali berdenyut sakit. Illa ingat bahwa dirinya tidak boleh overthinking. Jika tidak, kepalanya sakit lagi.
"Sebaiknya aku beristirahat dulu. Lagi pula dokter menyarankan ku untuk beristirahat selama 3 hari di rumah sebelum beraktivitas seperti biasa."
Sesampainya di rumah, Illa baru ingat, bahwa dirinya tidak memiliki uang sepeser pun. Mau tidak mau, Illa tak bisa beristirahat melainkan kerja part time. Ia pun menghubungi kafe tempat dulu ia bekerja. Apakah dirinya masih bisa bekerja atau tidak.
"Permisi boss, saya Vila Senate, apakah saya boleh kembali bekerja di kafe?"
"Astaga, dek Vila kemana aja toh, dek?"
"Panjang ceritanya. Jadi boleh gak?"
"Boleh kok, kebetulan kita kekurangan karyawan nich."
"Terima kasih boss, nanti sore saya berangkat buat shift malam."
"Okiee!"
TUUT!
Setelah menutup telepon, Illa berjalan ke kamarnya. Saat membuka pintu kamarnya, Illa terkejut bahwa dekorasi di kamarnya telah berubah. Bukan hanya berubah, bahkan penataan perabotannya juga ikut berubah. Illa melihat di atas meja ada amplop putih. Illa pun membuka amplop itu, ternyata isi amplop tersebut adalah beberapa lembar uang.
"Hah?! Siapa yang meletakan uang di sini? Uang siapa ini?"
Illa melihat ada secarik kertas kecil yang terselip di antara lembaran uang tersebut. Illa pun membaca isi kertas itu.
Buat makan kamu ya, aku gak mau kamu sakit konyol gegara gak makan.
28-02-21
28-02-21
"Apa maksudnya ini?"
Diubah oleh sakkahashira467 14-04-2022 16:56
khuman dan 3 lainnya memberi reputasi
4
611
6
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52.1KAnggota
Tampilkan semua post
TS
sakkahashira467
#1
Half of Me Cerbung (Thriller, Misteri) Bab 3
#SabuSAbu_JP_Part2
#Project_MenulisNovel_30H
Link bab sebelumnya : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...558e3ece6458d9
Bab 3 TERBUNUH
****
Setelah kedatangan ayahnya tadi siang dan dia berkata ingin membunuhnya. Membuat Illa tidak bisa tidur dengan tenang. Karena jika dia mengatakan ingin membunuhnya, maka pasti akan dilakukan olehnya.
"Tenangkan pikiranmu Illa. Tarik napas, hembuskan." Illa mencoba menenangkan diri. Matanya sudah sangat mengantuk, namun tidak bisa tidur. Hal tersebut membuat Illa benar-benar tidak nyaman.
Dirasa agak tenang, Illa mencoba untuk tidur. Sebelum tidur Illa sempat melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.
Saat mulai terlelap, tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangannya. Illa pikir itu adalah Suster Letta, maka dari itu Illa membuka matanya.
Illa terkejut bukan main, ketika mengetahui yang datang bukan Suster Letta. Melainkan, orang lain yang tengah memegang sebilah pisau ditangannya.
"AAA!!!"
***
Mungkin ini adalah sebuah keberuntungan bagi Illa. Dirinya untuk sementara waktu tidak harus berhadapan dengan ayahnya itu. Setidaknya ia bisa menenangkan hatinya sementara waktu. Kata dokter yang menanganinya, ia harus menjalani perawatan intensif karena luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya juga belum sembuh total.
Dokter tersebut juga bertanya, bagaimana Illa bisa mendapatkan luka ini. Illa hanya tersenyum, tak ingin menjawab pertanyaan sang dokter. Untungnya, dokter itu mau memahaminya, jadi beliau tak menanyakan lagi.
Akan tetapi, ada satu hal yang masih mengganjal di kepalanya. Siapa yang membiayai pengobatannya? Illa tidak yakin jika itu adalah pihak sekolah. ketika sedang berpikir serius, Illa dikejutkan dengan kehadiran seorang suster yang hendak memeriksa kondisinya. Namanya adalah Suster Letta.
"Permisi, Nona. Bagaimana kabar Nona Illa? Sudah merasa baikan? Apakah masih sering sakit kepala? Atau mual?" tanya Suster Letta.
"Kalo pusing agak sih, sama badan masih pegel-pegel. Tapi gak mual kok" jawab Illa sambil membenarkan posisi duduknya.
"Baiklah, Illa mau susu hangat atau teh hangat? Biar Suster yang membuatkan."
"Eh, gak usah suster. Ngerepotin banget, makan sama minum air bening aja udah cukup."
"Gak papa kok, kebetulan jadwal suster tidak padat. Santai saja, ya sudah suster bikinkan susu hangat ya?"
"Ta-tapi--" Sebelum Illa menyelesaikan kalimatnya Suster Letta sudah melengos duluan. Mau tidak mau harus menerima tawaran tadi. Bukan tawaran sih, pemaksaan ini mah, namanya, Illa kan belum bilang setuju.
Akan tetapi, Illa merasa perlakuan yang didapatkannya sedikit berbeda. Bisa dibilang lumayan istimewa. Bahkan ruangan yang ia tempati sekarang terbilang cukup mewah.
"Duh, jadi makin penasaran. Siapa sih yang mendanai pengobatanku?
"Oiya, kenapa gak tanya Suster Letta ya? Astaga gak kepikiran."
Illa memutuskan menunggu kehadiran Suster Letta sembari menonton TV, kebetulan remote TV tidak jauh dari jangkauannya. Baru saja menyalakan TV, matanya sudah ternodai oleh berita pembunuhan. Awalnya Illa tak tertarik sama sekali dengan berita tersebut, namun ketika mendengar nama orang yang telah dibunuh itu. Illa mendadak menjatuhkan remote TV yang tengan dipegangnya.
"Korban pembunuhan ini adalah seorang pria berusia 40 tahun yang bernama Cavano Elbrath. Diduga beliau sedang berjalan di gang kecil, namun dicegat oleh seseorang yang tak dikenal dan dibunuh di tempat."
Kepalanya mendadak sakit mendengar berita tersebut. Ia tak menyangka jika ayahnya akan mati dibunuh. Illa tahu bahwa ayahnya selalu tak mempedulikannya dan melakukannya dengan kasar, bahkan kerap kali memukulnya tanpa belas kasihan. Tapi bagaimanapun juga, orang itu adalah ayah kandungnya. Sebrengsek apapun orang itu, tidak akan merubah fakta bahwa dirinya adalah anak kandung. Entah mengapa mengingat kenyataan itu membuat Illa kesal.
"Tapi bagaimanapun ini terlalu janggal, aku baru bertemu dengan orang itu sekitar 2 hari yang lalu."Perasaan Illa benar-benar campur aduk, tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Akan tetapi, di hati kecilnya yang mendalam Illa merasa senang. Karena penderitaannya sedikit berkurang.
Illa kembali melihat berita tentang pembunuhan ayahnya. Ternyata sang pelaku meninggalkan jejak di tembok. Di sana tertulis tulisan 'Guess Who Am I' . Illa ingat kalimat itu muncul di mimpinya ketika bertemu seseorang. Di dalam mimpinya itu adalah sebuah permainan.
"Apa maksudnya ini astaga, aku tak mengerti." Illa memijit keningnya, sakit di kepalanya tidak kunjung sembuh.
"Nona ada apa Nona? Kepalanya sakit? "
"Yah lumayan."
"Sebentar, Suster panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaanmu."
Permainan baru saja dimulai Vila Senate. Hihihihi....
***
Seminggu kemudian, Illa sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang, ia mampir ke makam ayahnya. Illa tidak ikut ke pemakaman ayahnya waktu itu dikarenakan dokter belum mengizinkannya keluar. Luka di sekujur tubuhnya memang cukup fatal. Maka dari itu, Illa harus dirawat intensive seminggu full di rumah sakit.
Beberapa polisi sempat mendatangi Illa untuk menanyakan soal ayahnya. Illa hanya menjawab apa adanya, setelah itu mereka pergi.
"Apakah ada barang yang tertinggal, Nona?" tanya Suster Letta.
"Gak ada kok."
"Obatnya jangan lupa diminum ya. Kalau ada keluhan lain jangan segan-segan telpon Suster Letta."
"OK, Suster! Aku pamit dulu," ucap Illa sembari melambaikan tangan.
Illa diantar oleh supir dari pihak rumah sakit. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga meminta maaf secara langsung atas kejadian itu. Illa benar-benar tak menduga hal seperti ini akan terjadi padanya. Tak dapat dipungkiri bahwa Illa merasa senang. Akan tetapi, di sisi lain banyak kejanggalan yang ditemukan olehnya.
Kejanggalan pertama adalah ayahnya yang tiba-tiba terbunuh. Kedua terdapat tulisan "Guess Who Am I" di tembok tersebut. Ketiga, ia merasa bahwa ini adalah pembunuhan berencana.
"Akhh--" Kepala Illa kembali berdenyut sakit. Illa ingat bahwa dirinya tidak boleh overthinking. Jika tidak, kepalanya sakit lagi.
"Sebaiknya aku beristirahat dulu. Lagi pula dokter menyarankan ku untuk beristirahat selama 3 hari di rumah sebelum beraktivitas seperti biasa."
Sesampainya di rumah, Illa baru ingat, bahwa dirinya tidak memiliki uang sepeser pun. Mau tidak mau, Illa tak bisa beristirahat melainkan kerja part time. Ia pun menghubungi kafe tempat dulu ia bekerja. Apakah dirinya masih bisa bekerja atau tidak.
"Permisi boss, saya Vila Senate, apakah saya boleh kembali bekerja di kafe?"
"Astaga, dek Vila kemana aja toh, dek?"
"Panjang ceritanya. Jadi boleh gak?"
"Boleh kok, kebetulan kita kekurangan karyawan nich."
"Terima kasih boss, nanti sore saya berangkat buat shift malam."
"Okiee!"
TUUT!
Setelah menutup telepon, Illa berjalan ke kamarnya. Saat membuka pintu kamarnya, Illa terkejut bahwa dekorasi di kamarnya telah berubah. Bukan hanya berubah, bahkan penataan perabotannya juga ikut berubah. Illa melihat di atas meja ada amplop putih. Illa pun membuka amplop itu, ternyata isi amplop tersebut adalah beberapa lembar uang.
"Hah?! Siapa yang meletakan uang di sini? Uang siapa ini?"
Illa melihat ada secarik kertas kecil yang terselip di antara lembaran uang tersebut. Illa pun membaca isi kertas itu.
"Apa maksudnya ini?"
#Project_MenulisNovel_30H
Link bab sebelumnya : https://www.kaskus.co.id/show_post/6...558e3ece6458d9
Bab 3 TERBUNUH
****
Setelah kedatangan ayahnya tadi siang dan dia berkata ingin membunuhnya. Membuat Illa tidak bisa tidur dengan tenang. Karena jika dia mengatakan ingin membunuhnya, maka pasti akan dilakukan olehnya.
"Tenangkan pikiranmu Illa. Tarik napas, hembuskan." Illa mencoba menenangkan diri. Matanya sudah sangat mengantuk, namun tidak bisa tidur. Hal tersebut membuat Illa benar-benar tidak nyaman.
Dirasa agak tenang, Illa mencoba untuk tidur. Sebelum tidur Illa sempat melirik jam dinding yang sudah menunjukkan pukul 1 dini hari.
Saat mulai terlelap, tiba-tiba ada yang membuka pintu ruangannya. Illa pikir itu adalah Suster Letta, maka dari itu Illa membuka matanya.
Illa terkejut bukan main, ketika mengetahui yang datang bukan Suster Letta. Melainkan, orang lain yang tengah memegang sebilah pisau ditangannya.
"AAA!!!"
***
Mungkin ini adalah sebuah keberuntungan bagi Illa. Dirinya untuk sementara waktu tidak harus berhadapan dengan ayahnya itu. Setidaknya ia bisa menenangkan hatinya sementara waktu. Kata dokter yang menanganinya, ia harus menjalani perawatan intensif karena luka-luka yang ada di sekujur tubuhnya juga belum sembuh total.
Dokter tersebut juga bertanya, bagaimana Illa bisa mendapatkan luka ini. Illa hanya tersenyum, tak ingin menjawab pertanyaan sang dokter. Untungnya, dokter itu mau memahaminya, jadi beliau tak menanyakan lagi.
Akan tetapi, ada satu hal yang masih mengganjal di kepalanya. Siapa yang membiayai pengobatannya? Illa tidak yakin jika itu adalah pihak sekolah. ketika sedang berpikir serius, Illa dikejutkan dengan kehadiran seorang suster yang hendak memeriksa kondisinya. Namanya adalah Suster Letta.
"Permisi, Nona. Bagaimana kabar Nona Illa? Sudah merasa baikan? Apakah masih sering sakit kepala? Atau mual?" tanya Suster Letta.
"Kalo pusing agak sih, sama badan masih pegel-pegel. Tapi gak mual kok" jawab Illa sambil membenarkan posisi duduknya.
"Baiklah, Illa mau susu hangat atau teh hangat? Biar Suster yang membuatkan."
"Eh, gak usah suster. Ngerepotin banget, makan sama minum air bening aja udah cukup."
"Gak papa kok, kebetulan jadwal suster tidak padat. Santai saja, ya sudah suster bikinkan susu hangat ya?"
"Ta-tapi--" Sebelum Illa menyelesaikan kalimatnya Suster Letta sudah melengos duluan. Mau tidak mau harus menerima tawaran tadi. Bukan tawaran sih, pemaksaan ini mah, namanya, Illa kan belum bilang setuju.
Akan tetapi, Illa merasa perlakuan yang didapatkannya sedikit berbeda. Bisa dibilang lumayan istimewa. Bahkan ruangan yang ia tempati sekarang terbilang cukup mewah.
"Duh, jadi makin penasaran. Siapa sih yang mendanai pengobatanku?
"Oiya, kenapa gak tanya Suster Letta ya? Astaga gak kepikiran."
Illa memutuskan menunggu kehadiran Suster Letta sembari menonton TV, kebetulan remote TV tidak jauh dari jangkauannya. Baru saja menyalakan TV, matanya sudah ternodai oleh berita pembunuhan. Awalnya Illa tak tertarik sama sekali dengan berita tersebut, namun ketika mendengar nama orang yang telah dibunuh itu. Illa mendadak menjatuhkan remote TV yang tengan dipegangnya.
"Korban pembunuhan ini adalah seorang pria berusia 40 tahun yang bernama Cavano Elbrath. Diduga beliau sedang berjalan di gang kecil, namun dicegat oleh seseorang yang tak dikenal dan dibunuh di tempat."
Kepalanya mendadak sakit mendengar berita tersebut. Ia tak menyangka jika ayahnya akan mati dibunuh. Illa tahu bahwa ayahnya selalu tak mempedulikannya dan melakukannya dengan kasar, bahkan kerap kali memukulnya tanpa belas kasihan. Tapi bagaimanapun juga, orang itu adalah ayah kandungnya. Sebrengsek apapun orang itu, tidak akan merubah fakta bahwa dirinya adalah anak kandung. Entah mengapa mengingat kenyataan itu membuat Illa kesal.
"Tapi bagaimanapun ini terlalu janggal, aku baru bertemu dengan orang itu sekitar 2 hari yang lalu."Perasaan Illa benar-benar campur aduk, tak tahu lagi harus bereaksi seperti apa. Akan tetapi, di hati kecilnya yang mendalam Illa merasa senang. Karena penderitaannya sedikit berkurang.
Illa kembali melihat berita tentang pembunuhan ayahnya. Ternyata sang pelaku meninggalkan jejak di tembok. Di sana tertulis tulisan 'Guess Who Am I' . Illa ingat kalimat itu muncul di mimpinya ketika bertemu seseorang. Di dalam mimpinya itu adalah sebuah permainan.
"Apa maksudnya ini astaga, aku tak mengerti." Illa memijit keningnya, sakit di kepalanya tidak kunjung sembuh.
"Nona ada apa Nona? Kepalanya sakit? "
"Yah lumayan."
"Sebentar, Suster panggilkan dokter dulu untuk memeriksa keadaanmu."
Permainan baru saja dimulai Vila Senate. Hihihihi....
***
Seminggu kemudian, Illa sudah diizinkan untuk pulang. Sebelum pulang, ia mampir ke makam ayahnya. Illa tidak ikut ke pemakaman ayahnya waktu itu dikarenakan dokter belum mengizinkannya keluar. Luka di sekujur tubuhnya memang cukup fatal. Maka dari itu, Illa harus dirawat intensive seminggu full di rumah sakit.
Beberapa polisi sempat mendatangi Illa untuk menanyakan soal ayahnya. Illa hanya menjawab apa adanya, setelah itu mereka pergi.
"Apakah ada barang yang tertinggal, Nona?" tanya Suster Letta.
"Gak ada kok."
"Obatnya jangan lupa diminum ya. Kalau ada keluhan lain jangan segan-segan telpon Suster Letta."
"OK, Suster! Aku pamit dulu," ucap Illa sembari melambaikan tangan.
Illa diantar oleh supir dari pihak rumah sakit. Tidak hanya itu, pihak sekolah juga meminta maaf secara langsung atas kejadian itu. Illa benar-benar tak menduga hal seperti ini akan terjadi padanya. Tak dapat dipungkiri bahwa Illa merasa senang. Akan tetapi, di sisi lain banyak kejanggalan yang ditemukan olehnya.
Kejanggalan pertama adalah ayahnya yang tiba-tiba terbunuh. Kedua terdapat tulisan "Guess Who Am I" di tembok tersebut. Ketiga, ia merasa bahwa ini adalah pembunuhan berencana.
"Akhh--" Kepala Illa kembali berdenyut sakit. Illa ingat bahwa dirinya tidak boleh overthinking. Jika tidak, kepalanya sakit lagi.
"Sebaiknya aku beristirahat dulu. Lagi pula dokter menyarankan ku untuk beristirahat selama 3 hari di rumah sebelum beraktivitas seperti biasa."
Sesampainya di rumah, Illa baru ingat, bahwa dirinya tidak memiliki uang sepeser pun. Mau tidak mau, Illa tak bisa beristirahat melainkan kerja part time. Ia pun menghubungi kafe tempat dulu ia bekerja. Apakah dirinya masih bisa bekerja atau tidak.
"Permisi boss, saya Vila Senate, apakah saya boleh kembali bekerja di kafe?"
"Astaga, dek Vila kemana aja toh, dek?"
"Panjang ceritanya. Jadi boleh gak?"
"Boleh kok, kebetulan kita kekurangan karyawan nich."
"Terima kasih boss, nanti sore saya berangkat buat shift malam."
"Okiee!"
TUUT!
Setelah menutup telepon, Illa berjalan ke kamarnya. Saat membuka pintu kamarnya, Illa terkejut bahwa dekorasi di kamarnya telah berubah. Bukan hanya berubah, bahkan penataan perabotannya juga ikut berubah. Illa melihat di atas meja ada amplop putih. Illa pun membuka amplop itu, ternyata isi amplop tersebut adalah beberapa lembar uang.
"Hah?! Siapa yang meletakan uang di sini? Uang siapa ini?"
Illa melihat ada secarik kertas kecil yang terselip di antara lembaran uang tersebut. Illa pun membaca isi kertas itu.
Buat makan kamu ya, aku gak mau kamu sakit konyol gegara gak makan.
28-02-21
28-02-21
"Apa maksudnya ini?"
Diubah oleh sakkahashira467 14-04-2022 16:56
0