Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

mabdulkarimAvatar border
TS
mabdulkarim
Barat Ngambek jika Rusia Ikut G20, RI Harus Bagaimana


Indonesia dalam posisi sulit memegang presidensi dan tuan rumah G20 di tengah konflik Rusia vs Ukraina. (IStockphoto/Bet_Noire)
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia memutuskan mengundang seluruh negara anggota G20, termasuk Rusia. Keputusan itu membuat sejumlah negara Barat keberatan.
Sejumlah negara pun ancam bakal ngambek jika Rusia masih diajak ke G20. Di sisi lain, Indonesia mengambil sikap itu atas dasar prinsip-prinsip kenetralan sebagai negara non-blok.

Keputusan Indonesia itu muncul tak lama usai Duta Besar Rusia di Jakarta, Lyudmilla Vorobyova, mengatakan Presiden Rusia Vladimir Putin akan hadir dalam forum internasional itu.


Pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Indonesia, Hariyadi Wiarayawan, mengatakan RI tetap menerapkan bebas aktif sebagai sikap politik internasional.

"Kita ikut dalam resolusi PBB mengecam penggunaan kekerasan. Tapi di sisi lain kita tidak menghendaki upaya yang serius untuk menggeser kekuatan kelompok bertikai untuk mengikuti apa yang dikehendaki kelompok lain. Itu upaya kita mengerjakan politik internasional," kata Hariyadi dalam diskusi yang digelar di Cikini, Jakarta Pusat, Selasa (5/5).

Namun, ia mengakui posisi Indonesia dalam menjalankan keketuaan G20 menghadapi situasi yang sulit di tengah kecamuk perang di Eropa timur. Keputusan mengajak atau tak mengajak Rusia sama-sama bisa menyulitkan Indonesia.

Jika Indonesia tak merasa sanggup menjalankan presidensi ini, ada sejumlah hal yang bisa dilakukan.

Hariyadi menjelaskan, RI bisa saja menyerahkan presidensi G20 ke India sebagai ketua selanjutnya dan tetap menjalankan forum tersebut meski delegasi AS yang hadir hanya level Duta Besar.

Indonesia, lanjut dia, punya keterbatasan untuk terlibat lebih jauh dalam konflik ini. Terlebih, RI bukan anggota yang penting bagi Rusia-Amerika. Namun, Jakarta tetap perlu membicarakan hal tersebut.

"Mencoba mendekati pihak yang bermasalah untuk menjelaskan banyak agenda yang dibicarakan merupakan hal-hal yang sangat penting," tutur Hariyadi.



Indonesia disebut tak boleh didikte negara-negara lain. (ANTARA FOTO/LUKAS)
Indonesia harus bisa mengakomodasi aspirasi kepentingan para pihak dalam pertemuan puncak G20, bukan hanya Amerika dan Rusia. Namun, ada negara lain yang punya kepentingan di forum tersebut, demikian menurut anggota DPR Komisi I, Rizki Natakusumah.

Pemerintah, lanjut Riski, harus bisa menyelenggarakan forum ini dengan hati-hati, mengatur agenda secara positif dan meyakinkan negara sahabat banyak isu lain yang dibicarakan selain perang.

"Itu yang saya sayangkan belum terlihat berhasil dari pemerintah Indonesia sebagai host (tuan rumah) G20," ujar Rizki.


Ia kemudian menyentil Kementerian Luar Negeri yang seharusnya bisa lebih proaktif dalam menyuarakan pesan-pesan perdamaian dan menggencarkan diplomasi.

Kekesalan Barat, menurutnya, tak akan terjadi jika ada iktikad baik dari pemerintah selaku tuan rumah terhadap pihak-pihak yang bersengketa.

"Saya harap Kementerian Luar Negeri, pemerintah Indonesia bisa lebih proaktif lagi dalam berdiplomasi menyampaikan pesan iktikad baik bahwa ini serius enggak (menyelesaikan masalah di Ukraina)," ucap Riski.

Senada dengan Hariyadi, pengamat dari Universitas Islam Negeri Jakarta, Achmad Ubaedillah, mengatakan RI harus menyatakan diri sebagai negara yang tidak bisa didikte karena punya prinsip.

"Sebagai negara non-blok, RI tetap menjadikan presidensinya di G20 untuk berusaha melakukan upaya-upaya mediasi menuju perdamaian antara Rusia dan Ukraina," kata Ubaedillah saat dihubungi CNNIndonesia.com, Selasa (5/4).

Namun demikian, RI juga harus bisa meyakinkan AS bahwa pihaknya bisa menginisiasi perdamaian sebagai penengah.

"Toh AS pun menginginkan penghentian perang, artinya tak ada alasan AS dkk tidak mendukung upaya RI dalam forum G20 nanti, sebagai agenda tambahan yang penting, selain agenda economy recovery," ucap dia.

Pemerintah, lanjut dia, juga harus mendorong aktor-aktor non-pemerintah sebagai diplomasi non-formal untuk mengisi perhelatan G20.

"Lakukan pertemuan tokoh LSM dan agama dari negara anggota G20 untuk bertemu dan menyuarakan perdamaian dunia, khususnya seruan damai terhadap konflik Rusia-Ukraina," ucap Ubaedillah.

Indonesia sebagai negara Islam moderat sangat relevan menggelar pertemuan tokoh-tokoh agama dunia yang dilakukan organisasi masyarakat muslim moderat.

Pertemuan puncak G20 akan berlangsung pada November mendatang di Bali. Sejumlah pihak, menyarankan agar pemerintah lebih kencang melakukan diplomasi ke negara yang berkonflik, sebelum agenda itu mulai.

https://www.cnnindonesia.com/interna...s-bagaimana/2.


Lihat aja langkah Kemenlu dan Presiden Jokowi
MasterSims
T2Y
gta007
gta007 dan 5 lainnya memberi reputasi
6
2.6K
60
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Berita dan Politik
Berita dan PolitikKASKUS Official
671.1KThread41KAnggota
Tampilkan semua post
cl0709Avatar border
cl0709
#4
Dahulu indonesia non block malah kena tabok lawan kanan kiri, jika misal nanti terjadi perang dunia posisi non block saat ini menguntungkan?
muhamad.hanif.2
supremacist
supremacist dan muhamad.hanif.2 memberi reputasi
2
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.