• Beranda
  • ...
  • The Lounge
  • 4 Alasan Indonesia Kurang Cocok Gelar Formula 1, Sangat Berbeda Dengan MotoGP

cintadineAvatar border
TS
cintadine
4 Alasan Indonesia Kurang Cocok Gelar Formula 1, Sangat Berbeda Dengan MotoGP

MotoGP di Mandalika telah digelar. Dengan demikian, Indonesia akhirnya menggelar kembali MotoGP setelah 25 tahun absen dan terakhirnya kalinya Indonesia jadi tuan rumah MotoGP adalah pada musim 1997 yang saat itu digelar di Sirkuit Sentul.

Meskipun ada kekekurangan dan kendala di sana-sini, namun penyelenggaraan MotoGP di Mandalika terbilang sukses dan balapan yang tersaji cukup seru. Mandalika pun akan menggelar lagi MotoGP tahun depan.

Setelah sukses menggelar MotoGP lalu wacana baru pun timbul, yaitu apakah Indonesia akan menggelar Formula 1? Baru-baru ini dikabarkan Mandalika juga memiliki wacana tersebut, kemudian ada wacana pembangungan sirkuit di Pulau Bintan. Pertanyaannya, apakah Indonesia layak dan cocok menggelar Formula 1? Mengingat balapan jet darat ini adalah kompetisi balap termahal di dunia dengan segala persyaratannya yang rumit.

1. Sirkuit Mandalika Kurang Cocok Untuk F1


Meskipun Mandalika dikatakan bisa menggelar F1 dengan catatan harus lolos Homologasi dari Asosiasi Otomotif Internasional (FIA), namun sirkuit indah ini dikatakan tak cocok untuk menggelar balapan F1, dikarenakan lebar lintasan yang tidak terlalu besar dan juga track lurus yang kurang panjang. Hal ini penting dikarenakan F1 berbeda dengan MotoGP yang menggunakan motor dan potensi over take-nya lebih besar. Kecepatan mobil F1 sangat gila dan membutuhkan sirkuit yang cocok agar dapat terjadi over take sesering mungkin.

Loh, bukannya Sirkuit Monaco juga lintasannya begitu sempit dan track lurusnya sangat sedikit dan minim over take? Sirkuit Monaco adalah sirkuit istimewa dan bersejarah di F1. Meskipun balapannya sering kali membosankan, namun Sirkuit Monaco adalah sirkuit dengan daya tarik yang tinggi, mengingat ini adalah sirkuit jalan raya dengan lokasi Kota Monaco yang glamor.

2. Formula 1 Ongkosnya Mahal

Perlu diketahui, kalau biaya menggelar F1 lebih mahal daripada MotoGP. Biayanya bisa semakin tinggi dari ke tahun ke tahun mengingat F1 adalah balapan paling bergengsi di segmen roda empat. Pemerintah harus siap merogoh kocek lebih dalam jika harus menggelar balapan F1 di Indonesia. Pastinya biaya tersebut jauh lebih mahal dibandingkan dengan Formula E yang sampai saat ini penyelanggaraannya ribut terus dan sirkuitnya tak jadi-jadi.

Mahalnya ongkos menggelar F1 akan menjadi kontroversi di tengah masyarakat dan akan masuk ke ranah politik. Bukan tidak mungkin ada sebagian pihak yang tak senang jika F1 digelar di Indonesia.

3. Pamor Formula 1 Sangat Kurang di Indonesia

Salah satu faktor kenapa MotoGP bisa sukses di Indonesia karena masyarakat Indonesia memang sangat menyukai balapan roda dua dan banyak yang menggilai MotoGP. Mulai dari anak-anak sampai yang tua begitu gemar nonton MotoGP apalagi waktu eranya Valentino Rossi. Banyak orang Indonesia yang tahu nama-nama rider MotoGP. Bandingkan dengan F1, orang Indonesia yang suka balapan ini tidak terlalu banyak. Salah satu alasannya F1 dianggap membosankan. Tidak terlalu banyak orang Indonesia yang tahu nama-nama pembalap F1 selain di jamannya Michael Schumacher.

Berpotensi Rugi

Sirkuit Sepang, Malaysia berhenti menggelar F1 sejak 2017 yang lalu dikarenakan pihak penyelanggara merasa rugi terus dalam beberapa tahun terakhir. Ini dikarenakan ongkos menggelar F1 yang sangat mahal namun tidak berbanding dengan pendapatannya. Peminat F1 di Malaysia terus menurun dan penonton yang datang ke sirkuit terus berkurang. Indonesia juga berpotensi rugi jika memaksakan diri jadi tuan rumah F1, bukan tidak mungkin bakal sepi penonton karena tiket yang mahal dan penggemar F1 yang sedikit.

Tentunya negara akan rugi jika hal yang demikian terjadi. Kecuali ada pihak swasta yang ingin membiayai dan tentunya pihak swasta tersebut harus berpikir seribu kali sebelum melakukannya.

Nah, kalau menurut agan bagaimana? Kalau ane sih bangga Indonesia bisa jadi tuan rumah MotoGP, waktu GP Mandalika kemarin ane sangat menikmati nonton balapannya yang seru walaupun cuma di tv emoticon-Big Grin

Tapi kalau F1, coba pikir-pikir duli deh. Kalau Formula E? Apalagi emoticon-Ngakak

Referensi
chrysalis99
asamboigan
hirudora
hirudora dan 29 lainnya memberi reputasi
30
14.1K
147
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
The Lounge
The LoungeKASKUS Official
922.8KThread82.4KAnggota
Tampilkan semua post
junaedi1982newAvatar border
junaedi1982new
#1
Nomor 3 adalah alasan utama.

Masyarakat kita mayoritas hanya punya motor, keseharian nya terbiasa menggunakan motor.
Karena itu balap motor lebih bisa diterima, penetrasi nya lebih luas, dan tidak segmented.

F1 jaman nya Michael Schumacher masih rada populer, tapi makin ke sini makin meredup.
alvaroaditya
benche87
chrysalis99
chrysalis99 dan 18 lainnya memberi reputasi
19
Tutup
Ikuti KASKUS di
© 2023 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved.