- Beranda
- Stories from the Heart
CHAPT 15 - DUNIA PARALEL & AWAL PERJALANAN MEWARISI SEJARAH NUSANTARA.
...
TS
aksadaru
CHAPT 15 - DUNIA PARALEL & AWAL PERJALANAN MEWARISI SEJARAH NUSANTARA.
CHAPT 15 - DUNIA PARALEL & AWAL PERJALANAN MEWARISI SEJARAH NUSANTARA.
"Setelah ini, mulailah perjalanan menuju peninggalan leluhur bangsa ini. Aku utusan dari leluhurmu akan membantumu membuka tabir yang masih tertutup "
Aku sempat memperhatikan buku dan kitab yang beterbangan di sekelilingnya, dan ada satu kitab yang terbuka dan mengarah kepadaku...

------------------------------------------------------------------------
Awalanya sulit kubaca, tapi sekilas seperti bahasa sansekerta yg tidak begitu kupahami, hanya saja ada kata "Arya" dan gambar seperti relief disana.
Setelah selesai berdoa kami lekas menyudahi perjalanan malam ini, kemudia melangkahkan kaki keluar pasar matahari.
Kami bertiga masih asik bercengkrama sembari menikmati malam, mengingat peristiwa-peristiwa penting yang telah kami alami sendiri.
Malam mulai pudar, kami telah kembali ke rumah masing-masing. keesokan harinya aku melakukan aktivitas seperti biasanya, istriku kerja dan aku mengurus bisnis sembari mengawasi tingkah laku Anaku "Dhira" yang semakin menggemaskan. Hampir setiap hari Dhira bersama Nyai Sekar, di ajak kesana kemari agar aku bisa leluasa mengurus bisnisku. Nyai Sekar pernah mengatakan kepadaku bahwa Dhira itu anak yang istimewa, masa kecilnya memang sangat aktif dan menuntut kesabaran extra kami. Tak jarang Nyai Sekar memberiku nasehat agar bisa lebih sabar dalam mengurus Anak, ini yang selalu membuatku haru karena nyai sekar sudah seperti ibuku sendiri.
Sore hari waktunya aku membantu abah membuka warung kopinya, karena malam ini bulan sedang berada dalam cahaya yang terang. Selepas maghrin aku bersama anak istriku ikut nongkrong di warung abah, bercerita banyak hal sembari membantu melayani pembeli.
Abah : Nak Diva bgaimana kerjaanya, lancar? (bertanya kepada istriku)
Dhiva : Alhamdulillah lancar abah, ya biasa di tempat baru harus sedikit menyesuaikan. Kebetulan kantorku itu juga bekas gedung belanda , jadi terkadang ada rasa takut juga kalau sendirian.
Abah : oalah, bener juga. Area itu memang masih banyak gedung tua yang masih digunakan sebagai kantor pemerintahan. Tidak apa-apa, yang penting selalu berdoa agar selalu dilindungi. Kalau ada hal yang janggal nanti biar nak aksa yang maju.
Aksa : Iya saya pasti maju dong abah, tapi tetap di belakang abah. hehhe
Diva : Suami saya ini sukanya meang begitu kok abah, kalau saya cerita yang aneh-aneh dikit pasti bawaanya bercanda, padahal memang saya mengalami sendiri.
Abah : Lhoh, memang nak dhiva mengalami apa?
Diva : ya gak tau juga ini beneran atau cuma ilusi, tapi dikantor itu saya sering kaya di ikuti sosok perempuan berambut panjang, tapi aneh saya gak merasa takut karena yang saya rasakan itu ya dia cuma ikut aja. Malah yang merasa takut itu teman-tean saya, katanya sering lihat saya di ikuti bayangan.
Aksa : lhah, serem. Halah paling ya bayangmu sendiri itu, atau mungkin makhluk astral yang pengen di traktir sama anak baru. hahahaha
Diva : ya kaya gini ini abah, sukanya bercanda kalau saya lagi serius.
Abah memberi tanda kepadaku dan aku paham kalau yang di ceritakan istriku itu memang benar, yang selalu mengikuti istriku itu sosok noni belanda. Sosok ini senang mendekat tapi tak berani terlalu dekat, ya karena istriku itu memang punya sosok pendamping dari leluhurnya terdahulu. (ini akan kuceritakan lain waktu karena ada peristiwa penting yang melibatkan leluhur dari istriku, leluhurnya itu masih ada keturunan kerajaan solo dan mangkunegaran)
Abah : Tidak usah terlalu di pikirkan nak Diva, fokus dengan kerjaan saja. Hal-hal seperti itu sudah pasti ada dimanapun kita berpijak. Kalau nak diva sudah terbekali doa maka hal seperti itu gak bakal berani mendekat.
Diva : Ya abah, insya allah saya selalu ingat untuk berdoa.
Dari kejauhan ada suara yang tak asing bagi kami, berteriak memanggil nama anakku.
Jenaka : Dhiraaaaaaaaaaaaaaaaa...Dhiraaaaa ... om punya mainan ni, mau (sambil membawa boneka kucing yang bisa bergerak)
Dhira : Mau om mau (Dhira berlari ke arah Jenaka dan ekspresinya senang bukan main).
Abah : Jenaka lagi jenaka lagi. Apa ya gak ada manusia lain disni?hahaha
Aku dan istriku ikut tertawa mendengar candaan abah
Jenaka : lho .. lho .. aku ini bisa dibilang penglaris warung abah lho, dengan kharismaku orang-orang jadi mau datang. Jangan sembarangan lho bah, kopi susu satu bah.
Abah : sana bikin sendiri, orang tua di suruh-suruh.
Jenaka : lhah, yang jualan siapa sih? hahaha
Seperti namanya " Jenaka", dia selalu bisa membuat suasana menjadi lebih cair dan santai.
Malam semakin larut, Diva dan Dhira pamit untukk istirahat lebih dulu. Kami bertiga masih asik ngobrol di warkop abah.
Jenaka : bah, kita jadi lannjut ekspedisi? halah .. gaya-gayaan aku ini.
Aksa : Aku baru mau tanya sudah di dahului.
Jenaka : Aku sudha bisa membaca pikiranmu aksa, jangan sembrono. hahaha
Abah : Dasar bocah kebanyakan gaya, disini aja berani tapi kalau di ajak ekspedisi banyak protes dan ngajak pindah tempat.
Jenaka : hehe, kan beda bah. Disini kalau ada yang aneh saya bisa mumpet di rumah abah.
Dari arah belakang Nyai Sekar datang dan ikut dalam obrolan.
Nyai Sekar : Serunya kalau ada Jenaka.... sana mumpet dirumah sendirian
Jenaka : lhah, kalau nyai keluar ya saya mumpetnya disini aja, hahaha.
Abah : Nah , ini mumpung ada nyai sekar. Abah ceritakan sedikit mengenai rencana kita yang nantinya akan ada hubungannya dengan nyai sekar. Jadi begini Jenaka dan Aksa. Abah sudah melihat kesungguhan kalian dalam belajar spiritual dan metafisika, tapi rasanya kurang bila tidak di bekali dasar ilmu dalam meditasi dan penyelarasan diri. Sebelum kita melanjutkan perjalan yang sebenarnya, nyai sekar akan membekali kalian tekhnik meditasi dan penyelaran diri dengan tubuh dan rasa. Kalau kalian tidak ada acara sebentar lagi kita ke rumah dan mulai belajar meditasi.
Aksa : Ya abah, rasanya memang saya pribadi masih kurang dalam hal itu.
Jenaka : Nah, seru ini. Aku seneng kalau ada mata pelajaran baru dan gak melulu soal aneh-aneh. Apalagi horor.
Nyai Sekar : Ada-ada saja kamu ini Jenaka, padahal meditasi ini agak berbeda karena nyai akan coba memngajari kalian Meditasi yang fokusnya ke dunia paralel.
Jenaka : Hmmm, tetap aja hal yang diluar nalar. Dunia paralel itu dunia ghaib cabang mana nyai?
Abah : Cabang warung kopi Damar Sasmita. Haha
Jenaka : bah, gak boleh bercanda, nanti disuruh tidur di luar sama nyai.
Karena merasa di ejek Jenaka, abah melempar pisang di meja ke arah Jenaka. Dengan gesit Jenaka menangkap.
Aksa : wihh, tangkapan manis.
Jenaka : Makasih bang, nasi sama lauknya sekalian. Haha
Nyai : Jenaka , Aksa. Secara Teori Dunia Paralel itu seperti Alam semesta yang berbeda , tapi berjalan dengan waktu yang bersamaan dan ber iringan.Masing masing dari semesta tidak menyadari kehadirannya karna semesta yang satu merupakan ilusi bagi semesta yang lain nya, jadi tidak ada yang bisa memastikan yang mana semesta yang sebenarnya yang nyata. Untuk pendapat nyai sedikit berbeda, Dunia Paralel memang belum secara utuh ditemukan, tetapi setiap alam semesta sebenarnya memilik Dunia Paralelnya sendiri.
Dari ya yang nyai dan abah amati, sebenarnya kalian pernah bersinggungan dunia paralel, bahkan mulai terkoneksi.
Untuk lebih jelasnya setelah ini kita coba belajar meditasi di dalam rumah saja.
Aksa & Jenaka : Baik Nyai.
Kami membantu abah dan nyai membereskan warkop, kemudian melanjutkan obrolan di dalam rumah. Kami diminta nyai untuk memposisikan diri untuk meditasi sembari nyai menjelaskan.
Nyai : Kalau sudah merasa santai, cobalah untuk mengatur nafas dan fokus dalam kepasrahan. Niatkan hati kalian untuk mencari tahu tentang dunia paralel, hanya niatakn di awal saja. Tak perlu ada keinginan untuk melihat, selebihnya pasrah kepada Allah Swt.
Kamipun memulai meditasi dengan tetap mendengar instruksi dari Nyai. Setelah beberapa saat aku mulai tenggelam dalam meditasi, rasanya sangat nyaman sampai aku bisa mendengar detak jantung dan nafasku sendiri. Samar-samar aku mendengar suara orang sedang membaca mantra, suara ini tak asing bagiku. Ruang yang kulihat hanya putih tanpa ada Jeda, lalu muncuk tulisan yang dulu pernah diberikan murid Eyang.

Mantra ini yang pernah menyelamatkanku dari Dimensi Ghaib Kerajaan Siluman. Kubaca mantra ini perlahan sampai ada sosok murid Eyang hadir di depanku, sambil memberi salam ia berkomunikasi denganku melalui batin. Kali ini komunikasinya sangat jelas, ia memberiku pesan tentang pentingnya kita bersinergi dengan alam semesta. Terlebih perjalanan kedepan kami akan banyak bersinggungan dengan alam dan peninggalan leluhur, karena memang banyak sekali peninggalan leluhur yang masih di sembunyikan oleh alam semesta. Tutur katanya sangat halus seperti eyang walaupun dari wujudnya sedikit tegas dan cenderung galak. Buku / kitab yang pernah dilihatkan kepadaku kembali terbuka dan semakin jelas, isinya lebih banyak tentang pesan dan catatan masa lalu yang mungkin akan membantu perjalananku kedepan.
Selang beberapa saat aku merasa cukup karena sosok murid eyang tiba-tiba memintaku untuk mengakhiri meditasi. Ia manyampaikan untuk mencoba masuk ke dimensi Jenaka, ada sesuatu yang salah dari pencapaian dan niatannya. Aku jadi kepikiran dan mengakhiri meditasi.
Kulihat abah dan nyai juga ikut bermeditasi bersama kami, tapi bersamaan denganku membuka mata dan tertujulah pandangan kami kepada Jenaka. Ia masih hanyut dalam meditasinya.
Nyai : Nak Aksa, sepertinya kamu juga sadar ada yang keliru dari Jenaka ya?
Aksa : Iya nyai, aku mendapat pesan dari murid Eyang mengenai Jenaka.
Abah : Jenaka sepertinya belum mampu masuk ke dunia paralel, tetapi ia justru masuk ke visi masa lalu. Ini bukan hal yang berbahaya, ini justru menarik untuk di ikuti karena tanpa sadar Jenaka membuka cakra mahkotanya walau baru setengahnya. Ada semacam sisa energi masa lalu yang aktif bersamaan dengan terbukanya cakra mahkota, kalau abah tidak salah menebak mungkin Jenaka masuk ke dimensi masa lalu dari Bumi Nusantara ini.
Nyai : Sepertinya kita harus membantu Jenaka dan masuk juga ke dimensi yang sama, Nyai akan coba menyelaraskan energi dan sinyal yang di dapat Jenaka. Abah, nak aksa, melingkarlah dan posisikan Jenaka di tengah kita, Aku akan coba membagi energi yang sudah diselaraskan kepada kalian agar kita bisa ikut kedalam dimensi Jenaka.
Kami mengikuti instruksi nyai, ada semacam energi hangat yang masuk melalui tulang belakang dan mengarah ke atas kepala. Energi itu berputar-putar sebentar dan kemudian masuk lagi menjadi rasa yang berbeda, sekejab kami seperti terseret ke dalam lorong cahaya yang mengarah kedalam batin Jenaka. Aku melihat Abah dan nyai dalam wujud Ghaibnya, ternyata kami masuk dalam fase wujud Ghaib agar mudah terkoneksi dengan dimensi dimana Jenaka Berada.
Aksa : Nyai, apa nanti kita akan ke dimensi ghaib lagi?
Nyai : ini berbeda dengan dimensi ghain yang pernah kamu masuki nak aksa, dimensi ini lebih halus dan tertata rapi seperti dunia kita. Kamu nanti akan merasakan bagaimana tubuhmu beradaptasi dengan banyak dimensi.
Abah : Jangan sampai kamu lengah nak aksa, walaupun kita memasuki dimensi yang lebih baik dari sebelumnya tetap gunakan akal dan logikamu agar tidak tersesat.
Tiba-tiba ada semacam cahaya yang berpendar sangat terang, setelah itu kami seperti berada di taman yang sangat indah. Kami bertiga melihat Jenaka sedang duduk di bawah pohon sambil melihat pemandangan alam yang indah, disana ada semacam layar lebar yang memperlihatkan kejadian masa lalu. Di samping Jenaka ada seperti sosok kakek-kakek bercahaya yang tidak nampak wajahnya, hanya berupa cahaya dan suara. Kami mengahampiri Jenaka dan ikut duduk di sebelahnya, bersama mendengarkan suara yang teduh dan halus. Beliau seperti seorang Guru yang sedang mengajari muridnya.
Disaat beliau menjelaskan, nampak di layar lebar proyeksi dari apa yang dijelaskan. Beliau berkata bahwa aku bukanlah siapa-siapa.
Sosok Bercahaya : aku adalah sisa energi masa lalu yang diberi tugas untuk mewariskan perjuangan orang-orang terdahulu. Para pendahulu kalian adalah mereka yang berjuang di jalannya masing-masing, dengan cara dan jalan tempuh yang berbeda pula, tujuannya hanya untuk membangun peradaban yang lebih baik dengan tetap menjaga alam, dengan tetap berjalan dengan keyakinan masing-masing.
Gambaran di layar berganti menjadi alam semesta yang sangat indah dengan kehidupan sederhana orang-orang terdahulu, sepintas seperti era sebelum masehi yang masih sangat asri, masih sangat memperhatikan nilai agama dan hidup sederhana. Disana banyak orang yang masih sangat menjunjung tinggi kebersamaan, saling membantu, beribadah dan setia kepada rajanya. Kalau dilihat lebih detail lagi, aku merasakan ini era bangsa Arya nenek moyang orang jawa.
Tanpa diduga gambaran berubah cepat berganti menjadi kumpulan para prajurit yang sedang bersiap merebut suatu wilayah, dadaku bergetar hebat, kulihat abah dan Nyai juga merasakan hal yang sama. Jenaka masih hanyut dalam suasana.
Sosok Bercahaya : Perang tak bisa di hindari, bergantinya jaman manusia akan lebih kuat dan memiliki tujuan yang berbeda. Masing-masing orang akan memilih kelompoknya, kemudia terpecah dan terurai kembali. Hanya saja bangsa kita adalah bangsa yang unggul, tetap bersatu walau haru tercerai berai berulang kali. Polanya akan terulang terus menerus.
Sambil mendengarkan aku seperti melihat sosok yang ku kenal, lebih kagetnya ia seperti menatapku. Hatiku bergetar, merinding dan campur aduk rasanya. Sosok itu berdiri di atas bukit melihat orang-orang sedang berperang, ia seperti menatap sedih dan kembali manatapku,

Itu kan eyang .. Mataku berbinar sampai berlinang air mata, Eyang Dharmawangsa...
LANJUT CHAPTER 16.
PESAN PENTING EYANG DHARMAWANGSA - JENAKA BERTEMU LELUHURNYA.
"Setelah ini, mulailah perjalanan menuju peninggalan leluhur bangsa ini. Aku utusan dari leluhurmu akan membantumu membuka tabir yang masih tertutup "
Aku sempat memperhatikan buku dan kitab yang beterbangan di sekelilingnya, dan ada satu kitab yang terbuka dan mengarah kepadaku...

------------------------------------------------------------------------
Awalanya sulit kubaca, tapi sekilas seperti bahasa sansekerta yg tidak begitu kupahami, hanya saja ada kata "Arya" dan gambar seperti relief disana.
Setelah selesai berdoa kami lekas menyudahi perjalanan malam ini, kemudia melangkahkan kaki keluar pasar matahari.
Kami bertiga masih asik bercengkrama sembari menikmati malam, mengingat peristiwa-peristiwa penting yang telah kami alami sendiri.
Malam mulai pudar, kami telah kembali ke rumah masing-masing. keesokan harinya aku melakukan aktivitas seperti biasanya, istriku kerja dan aku mengurus bisnis sembari mengawasi tingkah laku Anaku "Dhira" yang semakin menggemaskan. Hampir setiap hari Dhira bersama Nyai Sekar, di ajak kesana kemari agar aku bisa leluasa mengurus bisnisku. Nyai Sekar pernah mengatakan kepadaku bahwa Dhira itu anak yang istimewa, masa kecilnya memang sangat aktif dan menuntut kesabaran extra kami. Tak jarang Nyai Sekar memberiku nasehat agar bisa lebih sabar dalam mengurus Anak, ini yang selalu membuatku haru karena nyai sekar sudah seperti ibuku sendiri.
Sore hari waktunya aku membantu abah membuka warung kopinya, karena malam ini bulan sedang berada dalam cahaya yang terang. Selepas maghrin aku bersama anak istriku ikut nongkrong di warung abah, bercerita banyak hal sembari membantu melayani pembeli.
Abah : Nak Diva bgaimana kerjaanya, lancar? (bertanya kepada istriku)
Dhiva : Alhamdulillah lancar abah, ya biasa di tempat baru harus sedikit menyesuaikan. Kebetulan kantorku itu juga bekas gedung belanda , jadi terkadang ada rasa takut juga kalau sendirian.
Abah : oalah, bener juga. Area itu memang masih banyak gedung tua yang masih digunakan sebagai kantor pemerintahan. Tidak apa-apa, yang penting selalu berdoa agar selalu dilindungi. Kalau ada hal yang janggal nanti biar nak aksa yang maju.
Aksa : Iya saya pasti maju dong abah, tapi tetap di belakang abah. hehhe
Diva : Suami saya ini sukanya meang begitu kok abah, kalau saya cerita yang aneh-aneh dikit pasti bawaanya bercanda, padahal memang saya mengalami sendiri.
Abah : Lhoh, memang nak dhiva mengalami apa?
Diva : ya gak tau juga ini beneran atau cuma ilusi, tapi dikantor itu saya sering kaya di ikuti sosok perempuan berambut panjang, tapi aneh saya gak merasa takut karena yang saya rasakan itu ya dia cuma ikut aja. Malah yang merasa takut itu teman-tean saya, katanya sering lihat saya di ikuti bayangan.
Aksa : lhah, serem. Halah paling ya bayangmu sendiri itu, atau mungkin makhluk astral yang pengen di traktir sama anak baru. hahahaha
Diva : ya kaya gini ini abah, sukanya bercanda kalau saya lagi serius.
Abah memberi tanda kepadaku dan aku paham kalau yang di ceritakan istriku itu memang benar, yang selalu mengikuti istriku itu sosok noni belanda. Sosok ini senang mendekat tapi tak berani terlalu dekat, ya karena istriku itu memang punya sosok pendamping dari leluhurnya terdahulu. (ini akan kuceritakan lain waktu karena ada peristiwa penting yang melibatkan leluhur dari istriku, leluhurnya itu masih ada keturunan kerajaan solo dan mangkunegaran)
Abah : Tidak usah terlalu di pikirkan nak Diva, fokus dengan kerjaan saja. Hal-hal seperti itu sudah pasti ada dimanapun kita berpijak. Kalau nak diva sudah terbekali doa maka hal seperti itu gak bakal berani mendekat.
Diva : Ya abah, insya allah saya selalu ingat untuk berdoa.
Dari kejauhan ada suara yang tak asing bagi kami, berteriak memanggil nama anakku.
Jenaka : Dhiraaaaaaaaaaaaaaaaa...Dhiraaaaa ... om punya mainan ni, mau (sambil membawa boneka kucing yang bisa bergerak)
Dhira : Mau om mau (Dhira berlari ke arah Jenaka dan ekspresinya senang bukan main).
Abah : Jenaka lagi jenaka lagi. Apa ya gak ada manusia lain disni?hahaha
Aku dan istriku ikut tertawa mendengar candaan abah
Jenaka : lho .. lho .. aku ini bisa dibilang penglaris warung abah lho, dengan kharismaku orang-orang jadi mau datang. Jangan sembarangan lho bah, kopi susu satu bah.
Abah : sana bikin sendiri, orang tua di suruh-suruh.
Jenaka : lhah, yang jualan siapa sih? hahaha
Seperti namanya " Jenaka", dia selalu bisa membuat suasana menjadi lebih cair dan santai.
Malam semakin larut, Diva dan Dhira pamit untukk istirahat lebih dulu. Kami bertiga masih asik ngobrol di warkop abah.
Jenaka : bah, kita jadi lannjut ekspedisi? halah .. gaya-gayaan aku ini.
Aksa : Aku baru mau tanya sudah di dahului.
Jenaka : Aku sudha bisa membaca pikiranmu aksa, jangan sembrono. hahaha
Abah : Dasar bocah kebanyakan gaya, disini aja berani tapi kalau di ajak ekspedisi banyak protes dan ngajak pindah tempat.
Jenaka : hehe, kan beda bah. Disini kalau ada yang aneh saya bisa mumpet di rumah abah.
Dari arah belakang Nyai Sekar datang dan ikut dalam obrolan.
Nyai Sekar : Serunya kalau ada Jenaka.... sana mumpet dirumah sendirian
Jenaka : lhah, kalau nyai keluar ya saya mumpetnya disini aja, hahaha.
Abah : Nah , ini mumpung ada nyai sekar. Abah ceritakan sedikit mengenai rencana kita yang nantinya akan ada hubungannya dengan nyai sekar. Jadi begini Jenaka dan Aksa. Abah sudah melihat kesungguhan kalian dalam belajar spiritual dan metafisika, tapi rasanya kurang bila tidak di bekali dasar ilmu dalam meditasi dan penyelarasan diri. Sebelum kita melanjutkan perjalan yang sebenarnya, nyai sekar akan membekali kalian tekhnik meditasi dan penyelaran diri dengan tubuh dan rasa. Kalau kalian tidak ada acara sebentar lagi kita ke rumah dan mulai belajar meditasi.
Aksa : Ya abah, rasanya memang saya pribadi masih kurang dalam hal itu.
Jenaka : Nah, seru ini. Aku seneng kalau ada mata pelajaran baru dan gak melulu soal aneh-aneh. Apalagi horor.
Nyai Sekar : Ada-ada saja kamu ini Jenaka, padahal meditasi ini agak berbeda karena nyai akan coba memngajari kalian Meditasi yang fokusnya ke dunia paralel.
Jenaka : Hmmm, tetap aja hal yang diluar nalar. Dunia paralel itu dunia ghaib cabang mana nyai?
Abah : Cabang warung kopi Damar Sasmita. Haha
Jenaka : bah, gak boleh bercanda, nanti disuruh tidur di luar sama nyai.
Karena merasa di ejek Jenaka, abah melempar pisang di meja ke arah Jenaka. Dengan gesit Jenaka menangkap.
Aksa : wihh, tangkapan manis.
Jenaka : Makasih bang, nasi sama lauknya sekalian. Haha
Nyai : Jenaka , Aksa. Secara Teori Dunia Paralel itu seperti Alam semesta yang berbeda , tapi berjalan dengan waktu yang bersamaan dan ber iringan.Masing masing dari semesta tidak menyadari kehadirannya karna semesta yang satu merupakan ilusi bagi semesta yang lain nya, jadi tidak ada yang bisa memastikan yang mana semesta yang sebenarnya yang nyata. Untuk pendapat nyai sedikit berbeda, Dunia Paralel memang belum secara utuh ditemukan, tetapi setiap alam semesta sebenarnya memilik Dunia Paralelnya sendiri.
Dari ya yang nyai dan abah amati, sebenarnya kalian pernah bersinggungan dunia paralel, bahkan mulai terkoneksi.
Untuk lebih jelasnya setelah ini kita coba belajar meditasi di dalam rumah saja.
Aksa & Jenaka : Baik Nyai.
Kami membantu abah dan nyai membereskan warkop, kemudian melanjutkan obrolan di dalam rumah. Kami diminta nyai untuk memposisikan diri untuk meditasi sembari nyai menjelaskan.
Nyai : Kalau sudah merasa santai, cobalah untuk mengatur nafas dan fokus dalam kepasrahan. Niatkan hati kalian untuk mencari tahu tentang dunia paralel, hanya niatakn di awal saja. Tak perlu ada keinginan untuk melihat, selebihnya pasrah kepada Allah Swt.
Kamipun memulai meditasi dengan tetap mendengar instruksi dari Nyai. Setelah beberapa saat aku mulai tenggelam dalam meditasi, rasanya sangat nyaman sampai aku bisa mendengar detak jantung dan nafasku sendiri. Samar-samar aku mendengar suara orang sedang membaca mantra, suara ini tak asing bagiku. Ruang yang kulihat hanya putih tanpa ada Jeda, lalu muncuk tulisan yang dulu pernah diberikan murid Eyang.

Mantra ini yang pernah menyelamatkanku dari Dimensi Ghaib Kerajaan Siluman. Kubaca mantra ini perlahan sampai ada sosok murid Eyang hadir di depanku, sambil memberi salam ia berkomunikasi denganku melalui batin. Kali ini komunikasinya sangat jelas, ia memberiku pesan tentang pentingnya kita bersinergi dengan alam semesta. Terlebih perjalanan kedepan kami akan banyak bersinggungan dengan alam dan peninggalan leluhur, karena memang banyak sekali peninggalan leluhur yang masih di sembunyikan oleh alam semesta. Tutur katanya sangat halus seperti eyang walaupun dari wujudnya sedikit tegas dan cenderung galak. Buku / kitab yang pernah dilihatkan kepadaku kembali terbuka dan semakin jelas, isinya lebih banyak tentang pesan dan catatan masa lalu yang mungkin akan membantu perjalananku kedepan.
Selang beberapa saat aku merasa cukup karena sosok murid eyang tiba-tiba memintaku untuk mengakhiri meditasi. Ia manyampaikan untuk mencoba masuk ke dimensi Jenaka, ada sesuatu yang salah dari pencapaian dan niatannya. Aku jadi kepikiran dan mengakhiri meditasi.
Kulihat abah dan nyai juga ikut bermeditasi bersama kami, tapi bersamaan denganku membuka mata dan tertujulah pandangan kami kepada Jenaka. Ia masih hanyut dalam meditasinya.
Nyai : Nak Aksa, sepertinya kamu juga sadar ada yang keliru dari Jenaka ya?
Aksa : Iya nyai, aku mendapat pesan dari murid Eyang mengenai Jenaka.
Abah : Jenaka sepertinya belum mampu masuk ke dunia paralel, tetapi ia justru masuk ke visi masa lalu. Ini bukan hal yang berbahaya, ini justru menarik untuk di ikuti karena tanpa sadar Jenaka membuka cakra mahkotanya walau baru setengahnya. Ada semacam sisa energi masa lalu yang aktif bersamaan dengan terbukanya cakra mahkota, kalau abah tidak salah menebak mungkin Jenaka masuk ke dimensi masa lalu dari Bumi Nusantara ini.
Nyai : Sepertinya kita harus membantu Jenaka dan masuk juga ke dimensi yang sama, Nyai akan coba menyelaraskan energi dan sinyal yang di dapat Jenaka. Abah, nak aksa, melingkarlah dan posisikan Jenaka di tengah kita, Aku akan coba membagi energi yang sudah diselaraskan kepada kalian agar kita bisa ikut kedalam dimensi Jenaka.
Kami mengikuti instruksi nyai, ada semacam energi hangat yang masuk melalui tulang belakang dan mengarah ke atas kepala. Energi itu berputar-putar sebentar dan kemudian masuk lagi menjadi rasa yang berbeda, sekejab kami seperti terseret ke dalam lorong cahaya yang mengarah kedalam batin Jenaka. Aku melihat Abah dan nyai dalam wujud Ghaibnya, ternyata kami masuk dalam fase wujud Ghaib agar mudah terkoneksi dengan dimensi dimana Jenaka Berada.
Aksa : Nyai, apa nanti kita akan ke dimensi ghaib lagi?
Nyai : ini berbeda dengan dimensi ghain yang pernah kamu masuki nak aksa, dimensi ini lebih halus dan tertata rapi seperti dunia kita. Kamu nanti akan merasakan bagaimana tubuhmu beradaptasi dengan banyak dimensi.
Abah : Jangan sampai kamu lengah nak aksa, walaupun kita memasuki dimensi yang lebih baik dari sebelumnya tetap gunakan akal dan logikamu agar tidak tersesat.
Tiba-tiba ada semacam cahaya yang berpendar sangat terang, setelah itu kami seperti berada di taman yang sangat indah. Kami bertiga melihat Jenaka sedang duduk di bawah pohon sambil melihat pemandangan alam yang indah, disana ada semacam layar lebar yang memperlihatkan kejadian masa lalu. Di samping Jenaka ada seperti sosok kakek-kakek bercahaya yang tidak nampak wajahnya, hanya berupa cahaya dan suara. Kami mengahampiri Jenaka dan ikut duduk di sebelahnya, bersama mendengarkan suara yang teduh dan halus. Beliau seperti seorang Guru yang sedang mengajari muridnya.
Disaat beliau menjelaskan, nampak di layar lebar proyeksi dari apa yang dijelaskan. Beliau berkata bahwa aku bukanlah siapa-siapa.
Sosok Bercahaya : aku adalah sisa energi masa lalu yang diberi tugas untuk mewariskan perjuangan orang-orang terdahulu. Para pendahulu kalian adalah mereka yang berjuang di jalannya masing-masing, dengan cara dan jalan tempuh yang berbeda pula, tujuannya hanya untuk membangun peradaban yang lebih baik dengan tetap menjaga alam, dengan tetap berjalan dengan keyakinan masing-masing.
Gambaran di layar berganti menjadi alam semesta yang sangat indah dengan kehidupan sederhana orang-orang terdahulu, sepintas seperti era sebelum masehi yang masih sangat asri, masih sangat memperhatikan nilai agama dan hidup sederhana. Disana banyak orang yang masih sangat menjunjung tinggi kebersamaan, saling membantu, beribadah dan setia kepada rajanya. Kalau dilihat lebih detail lagi, aku merasakan ini era bangsa Arya nenek moyang orang jawa.
Tanpa diduga gambaran berubah cepat berganti menjadi kumpulan para prajurit yang sedang bersiap merebut suatu wilayah, dadaku bergetar hebat, kulihat abah dan Nyai juga merasakan hal yang sama. Jenaka masih hanyut dalam suasana.
Sosok Bercahaya : Perang tak bisa di hindari, bergantinya jaman manusia akan lebih kuat dan memiliki tujuan yang berbeda. Masing-masing orang akan memilih kelompoknya, kemudia terpecah dan terurai kembali. Hanya saja bangsa kita adalah bangsa yang unggul, tetap bersatu walau haru tercerai berai berulang kali. Polanya akan terulang terus menerus.
Sambil mendengarkan aku seperti melihat sosok yang ku kenal, lebih kagetnya ia seperti menatapku. Hatiku bergetar, merinding dan campur aduk rasanya. Sosok itu berdiri di atas bukit melihat orang-orang sedang berperang, ia seperti menatap sedih dan kembali manatapku,

Itu kan eyang .. Mataku berbinar sampai berlinang air mata, Eyang Dharmawangsa...
LANJUT CHAPTER 16.
PESAN PENTING EYANG DHARMAWANGSA - JENAKA BERTEMU LELUHURNYA.
nurulardiantoro dan 21 lainnya memberi reputasi
20
8.1K
70
Komentar yang asik ya
Mari bergabung, dapatkan informasi dan teman baru!
Stories from the Heart
32.7KThread•52KAnggota
Tampilkan semua post
TS
aksadaru
#20
CHAPT 16 - PESAN PENTING EYANG DHARMAWANGSA - JENAKA BERTEMU LELUHURNYA.
CHAPT 16 - PESAN PENTING EYANG DHARMAWANGSA - JENAKA BERTEMU LELUHURNYA.
Sambil mendengarkan aku seperti melihat sosok yang ku kenal, lebih kagetnya ia seperti menatapku. Hatiku bergetar, merinding dan campur aduk rasanya. Sosok itu berdiri di atas bukit melihat orang-orang sedang berperang, ia seperti menatap sedih dan kembali manatapku,
Itu kan eyang .. Mataku berbinar sampai berlinang air mata, Eyang Dharmawangsa...
-----------------------------------------------------------------------

Eyang Dharmawangsa menatap sendu kearah kerumunan orang yang sedang berperang, dari jaman sebelum masehi sudah ada peperangan, perebutan wilayah, sampai tak jarang membuat peradaban yang sudah tertata rapi menjadi porak poranda. Eyang adalah sosok pertapa sekaligus penasehat suatu kerajaan, hanya saja tidak boleh di publikasikan mengenai detailnya.
Kemudian sosok bercahaya kembali melanjutkan penjelasannya, seperti sedang mendengarkan dakwah hanya saja temanya sejarah.
Sosok Bercahaya : Setiap jaman memiliki perannya sendiri, begitu juga setiap tokoh yang ada di dalamnya. Dari Para Pertapa, Raja-Raja, Para pujangga, Peramal, bahkan rakyat biasa sudah memiliki tugasnya sendiri di dunia ini. Tak perduli ia terlahir sebagai pahlawan atau penjahat, orang sakti atau orang biasa, status dan strata dalam kehidupan, semuanya sudah digariskan olah sang Hyang Widhi, Sang Hyang Tunggal, Tuhan Yang Maha Esa.
Tak ada satupun dari kami yang berani melihat sosok tersebut, semua hanya bisa tertunduk khusuk mendengarkan. Semakin lama semakin teduh rasanya, kemudian gambaran berganti menjadi era pembangunan kerajaan, ada candi-candi yang ku kenal dan cukup familiar. Kulihat Eyang Dharmawangsa masih berada di tempatnya, berdiri dengan kewibawaan yang sangat teduh sembari mengucapkan kata-kata seperti orang berdzikir. Setelah beberapa saat sosok bercahaya tersebut mulai menghilang dan berpesan kepada kami.
"Jagalah bumi semesta ini, warisi semangat dan perjuangan para leluhur dan ingat akan sang pencipta. Dunia ini terbagi menjadi banyak dimensi, dihuni oleh manusia dan makhluk tak kasat mata. Semuanya adalah makhluk ciptaan Sang Hyang Tunggal, segala ilmu dan pengetahuan adalah miliknya semata, syukuri apa yang telah kalian miliki. Tugas kalian adalah untuk menjaga dan mewarisi, ilmu yang kalian miliki memang lebih dari manusia biasa, jangan sombong terhadapnya karena ini hanyalah titipan untuk nantinya dipertanggung jawabkan. Pergunakanlah untuk membantu sesama dan jangan pernah meminta imbalan"
Tiba-tiba Jenaka seperi meneteskan air mata, aku dan Nyai sempat saling tatap karena kaget dengan kejadian ini.
Abah : Jenaka sedang hanyut kedalam masa lalunya , kemudian tanpa disadari ia melompat ke masa depan, ini membuat gejolak hatinya tidak stabil. Coba kalian lihat gambaran disana , ada sosok seperti seorang raja yang tak asing bukan?
Aksa : Kalau tidak salah beliau yang kita temui dulu ya abah, yang sempat masuk ke gelang tasbihku? Leluhur Jenaka?

Aksa : Benar Nak Aksa , beliau adalah leluhur Jenaka. Melalui batin mungkin mereka sedang berkomunikasi, ini adalah titik temu antara Jenaka dan Leluhurnya. Hanya saja mungkin masih melalui sebuah pesan dan abah yakin dalam perjalanan nanti Jenaka akan bertemu leluhurnya secara langsung.
Di dalam gambaran, sosok leluhur Jenaka sangat gagah, sosok Raja yang tegas berwibawa tapi tutur katanya ramah Khas leluhur Sunda. Beliau dijaga beberapa Panglima kerajaa dan sosok Ghaib hewan mitologi yang besar. Ada seperti burung bersayap besar di atasnya, kemudian ada seperti naga dan beberapa macan kumbang. Hampir semua makhluk Ghaib itu memakai seperti mahkota yang mirip peci. Sepintas leluhur Jenaka seperti sedang tersenyum kepada Jenaka dan mengulurkan tangannya, dari tangan tersebut muncul cahaya yang kemudian masuk kedalam tubuh Jenaka.
Abah : Kau lihat Nak Aksa, itu adalah ilmu leluhurnya yang masuk, hanya saja masih akan aktif bila Jenaka sudah benar-benar siap.
Kemudian sosok tersebut menghilang, cahayanya berpendar kepada kami, ada semacam hawa sejuk yang masuk melalui kepala dan menyebar keseluruh tubuh.
Abah : Nak Aksa, yang baru saja terjadi adalah karomah dari beliau. Kamu tak perlu tau siapa beliau, hanya saja beliau adalah salah satu leluhur yang menjadi wali sepuh untuk nusantara ini. Apa yang baru saja masuk ke tubuhmu belum saatnya kamu ketahui, suatu saat akan kamu sadari sendiri keberadaanya. Begitu juga dengan jenaka.
Aksa : Baik abah, rasanya memang berbeda, yang masuk ke tubuhku tadi seperti saat kalacakra dari eyang masuk tapi kali ini lebih luar biasa rasanya.
Nyai Sekar : Suatu saat bila memang tubuhmu sudah singkron maka akan terkoneksi dengan sendirinya, perbanyaklah berlatih meditasi.
Di tengah pembicaraan tiba-tiba muncul sosok Eyang Dharmawangsa di depan kami.
Eyang Dharmawangsa : Dhamar Sasmitha, Sekar, pada akhirnya kalian menepati janji untuk mengantarkan cucuku sampai disini, bertemu denganku dalam wujud utuh seperti ini. Semoga Sanga Hyang Widhi dan Semesta senantiasa merestui niat baik kalian.
Abah : Sudah menjadi tugas dan sumpah kami eyang untuk menjaga keturunan sekaligus menepati janji mengawalnya sampai pada titik yang sudah ditentukan.
Nyai Sekar : Benar Eyang, Nak Aksa adalah keturunan yang sudah digariskan untuk menerima ilmu dan pengetahuan dan mengemban tugas besar. Dari perjalanan yang masih awal ini, kami sudah cukup melihat kesungguhan serta keteguhan hatinya. Apalagi saat ini sudah muncul sahabat yang akan menemani perjalanannya kelak, sahabat yang sudah digariskan pula.
Eyang Dharmawangsa : Terima kasih sudah menjaga dan mendampingi proses cucuku ini. (aku hanya bisa tertunduk mendengarkan pembicaraan mereka). Untuk anak ini (mununjuk Jenaka) telah digariskan sejak awal untuk menjadi pendamping perjalananmu cucuku. Cucuku...Walaupun dia tidak sebaik dirimu dalam hal spiritual, tapi dia lebih darimu dalam hal akal dan logika. Nantinya kalian akan seperti hukum alam, sebab dan akibat, menerima dan menolak, hitam putih, baik buruk, positif negatif, yin dan yang. Dari dalam tubub anak ini terpancar aura yang cukup unik, energi di dalam tubuhnya bisa menangkis hawa negatif dengan cepat, bisa menetralkan tubuhnya sendiri dari energi sekitar. Hanya saja ia belum mampu untuk menggunakan atau mengaturnya, kelak dari perjalanan kedepan akan terbuka dengan sendirinya. Satu lagi Eyang melihat dari dalam dirimu dan anak ini memiliki visi pengelihatan yang bertolak belakang, anak ini terbuka pengelihatan masa depan dan kamu cucuku terbuka visi pengelihatan masa lalu. Eyang akan membuka simpul cakra kalian agar visi pengelihatan menjadi lebih jelas, tapi ingat jangan memaksakan diri untuk menggunakannya. Gunakan hanya untuk kepentingan perjalanan dan pengetahuan saja.
Aksa : Eyang, terima kasih untuk segala hal yang eyang berikan. Aku masih merasa belum sanggup menerima hal luar biasa ini , masih merasa belum pantas. Akan tetapi seperti yang sudah abah dan Nyai ajarkan, bahwa segala hal yang telah diberikan kepadaku adalah jalan takdir yang tak bisa ku tolak, justru harus di syukuri.
Eyang Dharmawangsa : Benar yang di ajarkan Damar Sasmitha dan Sekar, bersyukurlah atas segala yang telah kau miliki. Cucuku, setelah ini bersiaplah untuk mewarisi sejarah Nusantara. Damar Sasmita akan membimbingmu, sahabatmu ini kelak akan menemui jalan takdirnya.
Aksa : Insyaallah Eyang, cucumu ini akan berusaha sebaik mungkin untuk mengemban tugas dari Eyang dan Leluhur Nusantara. Eyang, kalau boleh tau apa tujuan eyang memintaku untuk melakukan perjalanan mewarisi sejarah nusantara? dan mengapa ada kata mewarisi?.
Eyang Dharmawangsa : Tujuan besarnya belum waktunya untuk kau ketahui, tetapi jangan terjebak dengan tujuan akhir karena di setiap perjalanan nanti akan ada tujuan dan pencapaian tersendiri. Mewarisi bukan berarti hanya kau saja, terlebih Nusantara bukan hanya kata semata.
Cucuku, kelak dalam perjalananmu akan banyak tokoh leluhur yang kau temui, banyak peristiwa yang akan kau lalui, teguhkan hatimu dan pasrah kepada sang Hyang Tunggal. Ingat, jangan mudah percaya dengan makhluk yang mengaku leluhurmu atau leluhur bangsa ini, hatimu harus bisa menembus lebih dalam agar tidak terseset. Itulah mengapa takdir memilih Damar Sasmita dan Anak ini (Jenaka) sebagai pendamping perjalananmu, bukan lain adalah untuk memberi keseimbangan. Sepertinya sudah waktunya kalian kembali, anak ini?(Jenaka) belum terbiasa masuk dimensi Ghaib dalam waktu lama. Bila waktunya tiba eyang akan hadir kembali, Semoga Sang Hang Tunggal dan Semesta senantiasa menuntun dan melindungi kalian. Salam.
Sosok eyang berjalan ke arah depan dan perlahan menghilang. Abah memintaku untuk menyentuh Jenaka agar bisa tertarik kembali ke Dimensi Normal.
Abah dan Nyai saling berhadapan dalam bermeditasi untuk membuka portal, dari aura abah dan nyai yang menyatu kemudian membentuk portal ghaib, akhirnya sudah tiba kami kembali.
Selang beberapa saat kubuka mata dan kami sudah kembali ke Rumah Abah.
Aksa : Abah .. Nyai.. peristiwa barusan itu apa bisa di bilang nyata?
Nyai Sekar : Memang sulit menjawab pertanyaanmu itu nak aksa tapi memang terjadi. Tugas luar biasa sudah menanti kalian, sepertinya Nyai harus menyiapkan ramuan khusus untuk tubuh kalian biar selalu sehat. Ada yang mau wedang uwuh?
Abah : Ya jelas mau, minuman tradisionalmu itu terbaik nyai.
Aksa : Wah, sepertinya mantep ini. Saya jg mau Nyai.
Samar-samar terdengar suara dari arah belakangku yang membuat merinding mendadak.
"Aku Juga Mauuuuuuuu........ uuuuuuuu..... uuuuuuuuu"
Aksa : Astagfirullah. .. Jenaka.... !!!
Lantas abah dan Nyai tertawa lepas.
Abah : Hahaha, dasar bocah gemblung.
Jenaka : Hehe. maafkan aku yang masih newbie ini bah. lha enak bener meditasi barengan gini. Eh, tadi aku dapet gambaran yang cukup unik lho, cuma gak tau apa artinya. Rasanya seperti di kasih gambaran tentang kerajaan jaman dulu dan anehnya seperti ada sosok yang baru menjelaskan. Aku gak bisa lihat jelas karena silau banget. Ini maksudnya apa ya bah?
Abah : lHa kamu itu ya melenceng sendiri kok jenaka. Yang lain meditasi fokusnya ke Dunia Paralel kamu malah kesasar ke Dimensi masa lalu, untung aja tadi sempat di kejar, kalau gak kamu dijadiin pekerja candi jenaka.
Jenaka : lhah, aku kan gak tau bah. Hemm.
terus itu maksudnya apa bah? Apa ini Tugas buat kita?
Abah : Ya kurang lebih seperti itu Jenaka. Besuk kita akan bahas mengenai perjalanan awal kita untuk mewarisi sejarah nusantara sembari nguri-uri peninggalan leluhur Nusantara.
Nyai : Ini sambil di nikmati wedang uwuhnya biar seger badannya.
Jenaka : Wah, ndak usah repot-repot Nyai, kurang cemilan. Hahahahaha
Telinga Jenaka di jewer nyai sampai si Jenaka menjerit.
Ampuunnn Nyai.
Sambil menikmati wedang uwuh ini, kami sempatkan ngobrol sebentar untuk rencana hari minggu ke suatu lokasi bersejarah.
LANJUT CHAPT 17.
PETUNJUK AWAL EKSPEDISI DI SEBUAH CANDI DAN MENDAPAT GAMBARAN KEHIDUPAN LELUHUR
Sambil mendengarkan aku seperti melihat sosok yang ku kenal, lebih kagetnya ia seperti menatapku. Hatiku bergetar, merinding dan campur aduk rasanya. Sosok itu berdiri di atas bukit melihat orang-orang sedang berperang, ia seperti menatap sedih dan kembali manatapku,
Itu kan eyang .. Mataku berbinar sampai berlinang air mata, Eyang Dharmawangsa...
-----------------------------------------------------------------------

Eyang Dharmawangsa menatap sendu kearah kerumunan orang yang sedang berperang, dari jaman sebelum masehi sudah ada peperangan, perebutan wilayah, sampai tak jarang membuat peradaban yang sudah tertata rapi menjadi porak poranda. Eyang adalah sosok pertapa sekaligus penasehat suatu kerajaan, hanya saja tidak boleh di publikasikan mengenai detailnya.
Kemudian sosok bercahaya kembali melanjutkan penjelasannya, seperti sedang mendengarkan dakwah hanya saja temanya sejarah.
Sosok Bercahaya : Setiap jaman memiliki perannya sendiri, begitu juga setiap tokoh yang ada di dalamnya. Dari Para Pertapa, Raja-Raja, Para pujangga, Peramal, bahkan rakyat biasa sudah memiliki tugasnya sendiri di dunia ini. Tak perduli ia terlahir sebagai pahlawan atau penjahat, orang sakti atau orang biasa, status dan strata dalam kehidupan, semuanya sudah digariskan olah sang Hyang Widhi, Sang Hyang Tunggal, Tuhan Yang Maha Esa.
Tak ada satupun dari kami yang berani melihat sosok tersebut, semua hanya bisa tertunduk khusuk mendengarkan. Semakin lama semakin teduh rasanya, kemudian gambaran berganti menjadi era pembangunan kerajaan, ada candi-candi yang ku kenal dan cukup familiar. Kulihat Eyang Dharmawangsa masih berada di tempatnya, berdiri dengan kewibawaan yang sangat teduh sembari mengucapkan kata-kata seperti orang berdzikir. Setelah beberapa saat sosok bercahaya tersebut mulai menghilang dan berpesan kepada kami.
"Jagalah bumi semesta ini, warisi semangat dan perjuangan para leluhur dan ingat akan sang pencipta. Dunia ini terbagi menjadi banyak dimensi, dihuni oleh manusia dan makhluk tak kasat mata. Semuanya adalah makhluk ciptaan Sang Hyang Tunggal, segala ilmu dan pengetahuan adalah miliknya semata, syukuri apa yang telah kalian miliki. Tugas kalian adalah untuk menjaga dan mewarisi, ilmu yang kalian miliki memang lebih dari manusia biasa, jangan sombong terhadapnya karena ini hanyalah titipan untuk nantinya dipertanggung jawabkan. Pergunakanlah untuk membantu sesama dan jangan pernah meminta imbalan"
Tiba-tiba Jenaka seperi meneteskan air mata, aku dan Nyai sempat saling tatap karena kaget dengan kejadian ini.
Abah : Jenaka sedang hanyut kedalam masa lalunya , kemudian tanpa disadari ia melompat ke masa depan, ini membuat gejolak hatinya tidak stabil. Coba kalian lihat gambaran disana , ada sosok seperti seorang raja yang tak asing bukan?
Aksa : Kalau tidak salah beliau yang kita temui dulu ya abah, yang sempat masuk ke gelang tasbihku? Leluhur Jenaka?

Aksa : Benar Nak Aksa , beliau adalah leluhur Jenaka. Melalui batin mungkin mereka sedang berkomunikasi, ini adalah titik temu antara Jenaka dan Leluhurnya. Hanya saja mungkin masih melalui sebuah pesan dan abah yakin dalam perjalanan nanti Jenaka akan bertemu leluhurnya secara langsung.
Di dalam gambaran, sosok leluhur Jenaka sangat gagah, sosok Raja yang tegas berwibawa tapi tutur katanya ramah Khas leluhur Sunda. Beliau dijaga beberapa Panglima kerajaa dan sosok Ghaib hewan mitologi yang besar. Ada seperti burung bersayap besar di atasnya, kemudian ada seperti naga dan beberapa macan kumbang. Hampir semua makhluk Ghaib itu memakai seperti mahkota yang mirip peci. Sepintas leluhur Jenaka seperti sedang tersenyum kepada Jenaka dan mengulurkan tangannya, dari tangan tersebut muncul cahaya yang kemudian masuk kedalam tubuh Jenaka.
Abah : Kau lihat Nak Aksa, itu adalah ilmu leluhurnya yang masuk, hanya saja masih akan aktif bila Jenaka sudah benar-benar siap.
Kemudian sosok tersebut menghilang, cahayanya berpendar kepada kami, ada semacam hawa sejuk yang masuk melalui kepala dan menyebar keseluruh tubuh.
Abah : Nak Aksa, yang baru saja terjadi adalah karomah dari beliau. Kamu tak perlu tau siapa beliau, hanya saja beliau adalah salah satu leluhur yang menjadi wali sepuh untuk nusantara ini. Apa yang baru saja masuk ke tubuhmu belum saatnya kamu ketahui, suatu saat akan kamu sadari sendiri keberadaanya. Begitu juga dengan jenaka.
Aksa : Baik abah, rasanya memang berbeda, yang masuk ke tubuhku tadi seperti saat kalacakra dari eyang masuk tapi kali ini lebih luar biasa rasanya.
Nyai Sekar : Suatu saat bila memang tubuhmu sudah singkron maka akan terkoneksi dengan sendirinya, perbanyaklah berlatih meditasi.
Di tengah pembicaraan tiba-tiba muncul sosok Eyang Dharmawangsa di depan kami.
Eyang Dharmawangsa : Dhamar Sasmitha, Sekar, pada akhirnya kalian menepati janji untuk mengantarkan cucuku sampai disini, bertemu denganku dalam wujud utuh seperti ini. Semoga Sanga Hyang Widhi dan Semesta senantiasa merestui niat baik kalian.
Abah : Sudah menjadi tugas dan sumpah kami eyang untuk menjaga keturunan sekaligus menepati janji mengawalnya sampai pada titik yang sudah ditentukan.
Nyai Sekar : Benar Eyang, Nak Aksa adalah keturunan yang sudah digariskan untuk menerima ilmu dan pengetahuan dan mengemban tugas besar. Dari perjalanan yang masih awal ini, kami sudah cukup melihat kesungguhan serta keteguhan hatinya. Apalagi saat ini sudah muncul sahabat yang akan menemani perjalanannya kelak, sahabat yang sudah digariskan pula.
Eyang Dharmawangsa : Terima kasih sudah menjaga dan mendampingi proses cucuku ini. (aku hanya bisa tertunduk mendengarkan pembicaraan mereka). Untuk anak ini (mununjuk Jenaka) telah digariskan sejak awal untuk menjadi pendamping perjalananmu cucuku. Cucuku...Walaupun dia tidak sebaik dirimu dalam hal spiritual, tapi dia lebih darimu dalam hal akal dan logika. Nantinya kalian akan seperti hukum alam, sebab dan akibat, menerima dan menolak, hitam putih, baik buruk, positif negatif, yin dan yang. Dari dalam tubub anak ini terpancar aura yang cukup unik, energi di dalam tubuhnya bisa menangkis hawa negatif dengan cepat, bisa menetralkan tubuhnya sendiri dari energi sekitar. Hanya saja ia belum mampu untuk menggunakan atau mengaturnya, kelak dari perjalanan kedepan akan terbuka dengan sendirinya. Satu lagi Eyang melihat dari dalam dirimu dan anak ini memiliki visi pengelihatan yang bertolak belakang, anak ini terbuka pengelihatan masa depan dan kamu cucuku terbuka visi pengelihatan masa lalu. Eyang akan membuka simpul cakra kalian agar visi pengelihatan menjadi lebih jelas, tapi ingat jangan memaksakan diri untuk menggunakannya. Gunakan hanya untuk kepentingan perjalanan dan pengetahuan saja.
Aksa : Eyang, terima kasih untuk segala hal yang eyang berikan. Aku masih merasa belum sanggup menerima hal luar biasa ini , masih merasa belum pantas. Akan tetapi seperti yang sudah abah dan Nyai ajarkan, bahwa segala hal yang telah diberikan kepadaku adalah jalan takdir yang tak bisa ku tolak, justru harus di syukuri.
Eyang Dharmawangsa : Benar yang di ajarkan Damar Sasmitha dan Sekar, bersyukurlah atas segala yang telah kau miliki. Cucuku, setelah ini bersiaplah untuk mewarisi sejarah Nusantara. Damar Sasmita akan membimbingmu, sahabatmu ini kelak akan menemui jalan takdirnya.
Aksa : Insyaallah Eyang, cucumu ini akan berusaha sebaik mungkin untuk mengemban tugas dari Eyang dan Leluhur Nusantara. Eyang, kalau boleh tau apa tujuan eyang memintaku untuk melakukan perjalanan mewarisi sejarah nusantara? dan mengapa ada kata mewarisi?.
Eyang Dharmawangsa : Tujuan besarnya belum waktunya untuk kau ketahui, tetapi jangan terjebak dengan tujuan akhir karena di setiap perjalanan nanti akan ada tujuan dan pencapaian tersendiri. Mewarisi bukan berarti hanya kau saja, terlebih Nusantara bukan hanya kata semata.
Cucuku, kelak dalam perjalananmu akan banyak tokoh leluhur yang kau temui, banyak peristiwa yang akan kau lalui, teguhkan hatimu dan pasrah kepada sang Hyang Tunggal. Ingat, jangan mudah percaya dengan makhluk yang mengaku leluhurmu atau leluhur bangsa ini, hatimu harus bisa menembus lebih dalam agar tidak terseset. Itulah mengapa takdir memilih Damar Sasmita dan Anak ini (Jenaka) sebagai pendamping perjalananmu, bukan lain adalah untuk memberi keseimbangan. Sepertinya sudah waktunya kalian kembali, anak ini?(Jenaka) belum terbiasa masuk dimensi Ghaib dalam waktu lama. Bila waktunya tiba eyang akan hadir kembali, Semoga Sang Hang Tunggal dan Semesta senantiasa menuntun dan melindungi kalian. Salam.
Sosok eyang berjalan ke arah depan dan perlahan menghilang. Abah memintaku untuk menyentuh Jenaka agar bisa tertarik kembali ke Dimensi Normal.
Abah dan Nyai saling berhadapan dalam bermeditasi untuk membuka portal, dari aura abah dan nyai yang menyatu kemudian membentuk portal ghaib, akhirnya sudah tiba kami kembali.
Selang beberapa saat kubuka mata dan kami sudah kembali ke Rumah Abah.
Aksa : Abah .. Nyai.. peristiwa barusan itu apa bisa di bilang nyata?
Nyai Sekar : Memang sulit menjawab pertanyaanmu itu nak aksa tapi memang terjadi. Tugas luar biasa sudah menanti kalian, sepertinya Nyai harus menyiapkan ramuan khusus untuk tubuh kalian biar selalu sehat. Ada yang mau wedang uwuh?
Abah : Ya jelas mau, minuman tradisionalmu itu terbaik nyai.
Aksa : Wah, sepertinya mantep ini. Saya jg mau Nyai.
Samar-samar terdengar suara dari arah belakangku yang membuat merinding mendadak.
"Aku Juga Mauuuuuuuu........ uuuuuuuu..... uuuuuuuuu"
Aksa : Astagfirullah. .. Jenaka.... !!!
Lantas abah dan Nyai tertawa lepas.
Abah : Hahaha, dasar bocah gemblung.
Jenaka : Hehe. maafkan aku yang masih newbie ini bah. lha enak bener meditasi barengan gini. Eh, tadi aku dapet gambaran yang cukup unik lho, cuma gak tau apa artinya. Rasanya seperti di kasih gambaran tentang kerajaan jaman dulu dan anehnya seperti ada sosok yang baru menjelaskan. Aku gak bisa lihat jelas karena silau banget. Ini maksudnya apa ya bah?
Abah : lHa kamu itu ya melenceng sendiri kok jenaka. Yang lain meditasi fokusnya ke Dunia Paralel kamu malah kesasar ke Dimensi masa lalu, untung aja tadi sempat di kejar, kalau gak kamu dijadiin pekerja candi jenaka.
Jenaka : lhah, aku kan gak tau bah. Hemm.
terus itu maksudnya apa bah? Apa ini Tugas buat kita?
Abah : Ya kurang lebih seperti itu Jenaka. Besuk kita akan bahas mengenai perjalanan awal kita untuk mewarisi sejarah nusantara sembari nguri-uri peninggalan leluhur Nusantara.
Nyai : Ini sambil di nikmati wedang uwuhnya biar seger badannya.
Jenaka : Wah, ndak usah repot-repot Nyai, kurang cemilan. Hahahahaha
Telinga Jenaka di jewer nyai sampai si Jenaka menjerit.
Ampuunnn Nyai.
Sambil menikmati wedang uwuh ini, kami sempatkan ngobrol sebentar untuk rencana hari minggu ke suatu lokasi bersejarah.
LANJUT CHAPT 17.
PETUNJUK AWAL EKSPEDISI DI SEBUAH CANDI DAN MENDAPAT GAMBARAN KEHIDUPAN LELUHUR
erman123 dan 15 lainnya memberi reputasi
16